Sebelum Minggu (16/7), saya tidak pernah menyangka kalau di sekitar Jembatan Tiga Barelang, Batam, Kepulauan Riau, ada Balai Perikanan Budidaya Laut yang lumayan besar, lengkap dengan kantor dan perumahan untuk para pegawai yang bernaung dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. Tak tanggung-tanggung, ada 40 rumah dengan penghuni sekitar 100 orang.
Sebelumnya, saya mengira jika bangunan-bangunan di sekitar Jembatan Barelang itu hanya berupa rumah/kedai yang tidak permanen, lengkap dengan kebun pisang dan buah naga. Paling banter restoran-restoran seafood atau kelong yang kerap menjadi tujuan para wisatawan yang sedang berkunjung ke Batam.
Tak hanya benih ikan, Balai Perikanan Budidaya Laut Batam juga menjadi salah satu andalan penghasil ikan laut untuk konsumsi. Ada banyak deretan Keramba Jaring Apung (KJA) yang menjadi tempat untuk membudidayakan ikan-ikan bergizi yang super lezat. Hampir seluruh restoran dan kelong di sekitar Jembatan Barelang menjadi pembeli utama ikan-ikan laut konsumsi hasil budidaya balai perikanan tersebut.
Kunjungan ke Balai Perikanan Budidaya Laut Batam sebenarnya bonus. Akhir pekan lalu saya dan suami sebetulnya hanya berniat bersilaturahim ke salah satu rekan yang tergabung di salah satu komunitas. Namun karena perumahan dan tempat budidaya tersebut masih satu kawasan, akhirnya setelah puas berbincang kami diajak rekan tersebut untuk berkeliling.
Tempat budidaya tersebut tepat berada di sebrang kantor Balai Perikanan Budidaya Laut Batam. Hanya saja tempatnya agak sedikit di bawah. Ada beberapa deret tangga yang harus kita lalui. Tempat budidaya tersebut dibuat terpisah-pisah, ada tempat untuk si induk, benih, hingga ikan kecil. Saat kesana kami sempat melihat induk ikan kakap putih yang ukurannya sangat besar. Saya sampai mewanti-wanti anak saya berkali-kali untuk tidak mencelupkan jarinya ke air, takut digigit.
Diantara kotak-kotak kaca tersebut, ada beberapa bak-bak bulat besar berwarna biru. Bak-bak itu juga berisi beberapa jenis ikan, salah satunya clownfish/ikan badut --atau sejak film Finding Nemobooming dikenal juga dengan nama ikan Nemo. Ikan pada bak biru tersebut dipisahkan dua-dua di dalam setiap penyaring. Saya sempat bertanya mengapa harus dipisahkan seperti itu. Ternyata katanya untuk dijodohkan agar mereka bisa bertelur.
Beberapa sekolah dan perguruan tinggi di Kota Batam ternyata sudah banyak yang berkunjung ke Balai Perikanan Budidaya Laut Batam. Tak hanya siswa yang sudah remaja, namun juga anak-anak yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Meski untuk kalangan anak-anak, tidak sampai ke keramba jaring apung, siswa TK tersebut hanya melihat deretan ikan-ikan hias yang ada di dalam ruangan tertutup.
Berkeliling di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam memang seru, apalagi juga bisa sambil menambah ilmu. Berkeliling di tempat itu, jadi teringat dengan konservasi ikan di  film Finding Dory, bagaimana ikan-ikan itu dipisahkan, yang sakit diobati, dan lain-lain, namun dengan versi yang lebih mini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H