Setiap akhir pekan, selalu ada pemandangan unik di beberapa pusat perbelanjaan Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Bukan, bukan karena ada pertunjukan seni atau atraksi. Namun adanya para pelancong dari negara tetangga yang berjalan-jalan sambil menggeret koper yang lumayan besar.
Para wisatawan dari Singapura dan Malaysia tersebut biasanya dengan santai menikmati beragam fasilitas mall dengan membawa tas-tas besar. Ada yang melihat-lihat beragam benda elektronik, mencoba beragam kuliner, memilih aneka pakaian, hingga menemani sang buah hati bermain di taman bermain berbayar.
Selain Sabtu dan Minggu, pemandangan para turis yang menenteng-nenteng koper tersebut juga kerap ditemui setiap Jumat dan Senin. Biasanya saya melihat pemandangan tersebut di dua pusat perbelanjaan Kota Batam, pertama di Nagoya Hill, kedua di Mega Mall. Biasanya mereka berjalan-jalan secara bergerombol empat hingga enam orang, namun beberapa ada juga yang hanya berdua.
Beberapa pekan lalu saya sempat mengobrol dengan salah satu wisatawan dari Singapura, Yi Ling. Ia mengungkapkan sudah beberapa kali berkunjung ke Batam. Biasanya hanya sekedar untuk menginap di hotel/resort sambil berjalan-jalan mencoba menikmati aneka kuliner khas Indonesia.
Sesekali ia juga mengajak sang buah hati bermain di beberapa playground berbayar yang ada hampir di setiap mall di Kota Batam. Yi Ling menuturkan, ia, suami dan sang anak biasanya mampir ke taman bermain saat baru sampai atau malah saat menjelang pulang ke negara asalnya, Singapura.
Sebelum ke hotel ia dan keluarga biasanya berpuas diri menjelajah mall, begitupula saat menjelang pulang. Ia biasa check outdari hotel lebih pagi dan memilih ferry dengan waktu pemberangkatan sore atau malam hari agar lebih dulu puas jalan-jalan di pusat perbelanjaan. Biasanya ia berkeliling di Mega Mall karena jaraknya sangat dekat dengan Pelabuhan Internasional Batamcentre.
Yi Ling mengungkapkan, sebenarnya ia juga suka menjelajah pusat perbelanjaan lain, salah satunya Kepri Mall yang memiliki taman bermain anak yang tak kalah menarik, namun saat menjelang pulang ia lebih memilih berkeliling di Mega Mall. Hal itu dikarenakan, saat sudah puas berkeliling ia tinggal menyebrang jembatan yang langsung menghubungkan pusat perbelanjaan tersebut dengan pelabuhan.
Saat awal-awal menetap di Batam, saya sempat bingung saat ada wisatawan mancanegara (wisman) yang berbelanja kebutuhan pokok terbilang banyak, mulai dari deterjen hingga mie instant. Uniknya belanjaan tersebut oleh sang kasir tidak dimasukan ke dalam kantung plastik seperti umumnya, namun disusun di sebuah kardus yang lumayan besar.
Belakangan saya baru tahu bahwa tak sedikit dari para wisatawan tersebut yang sekalian berbelanja kebutuhan pokok saat berwisata ke Batam, beberapa dari mereka bahkan katanya ada yang sengaja datang untuk berbelanja. Hal tersebut dikarenakan harga-harga baragam kebutuhan pokok di Batam jauh lebih terjangkau dibanding di Singapura. Terang saja lebih murah, saat ini nilai tukar dollar Singapura ke rupiah, nyaris mencapai Rp 10.000/dollar.
Wei Ji, wisatawan lain dari Singapura menuturkan, lumayan sering berkunjung ke Batam. Alasannya ia dan keluarga ingin makan enak sepuasnya tanpa merogoh kocek lebih dalam. Untuk mencicipi sepiring empek-empek campur di salah satu mall saja, hanya perlu mengeluarkan uang kurang dari 3 dollar Singapura. Belum lagi bila tempat makan tersebut menawarkan aneka promosi yang harganya Rp 8.800, kurang dari satu dollar sudah bisa menikmati sepiring soto atau nasi goreng.
Para wisatawan tersebut tetap membayar dengan menggunakan uang rupiah, meski kata Wei Ji terkadang ia membandingkan juga berapa  harga tersebut dikurskan ke dollar Singapura. Fyi, dulu sebelum pemberlakuan peraturan penggunaan Rupiah diperketat, tidak sedikit tempat makan yang menawakan harga dan menerima pembayaran dengan kurs dollar Singapura, namun sekarang sudah tidak ada lagi.
Nilai tukar dollar Singapura yang terbilang tinggi terhadap rupiah, juga membuat banyak wistawan Singapura yang memilih untuk menghabiskan waktu libur di hotel dan resort di Kota Batam. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Cluster Marketing Communication Harris Batam, Dilla Bachmid.
Ia mengungkapkan hampir 70 persen tamu Harris Resort dan Harris Hotel Batam berasal dari Singapura. Mereka tidak hanya menginap, namun terkadang juga hanya memanfaatkan waktu satu hari untuk melakukan kegiatan outdoor seperti team building. Pagi dijemput di pelabuhan, sorenya diantar kembali ke pelabuhan.
Bila dibandingkan dengan harga hotel dengan kelas yang sama di Singapura, Dilla menuturkan, tarif Harris Hotel/Resort yang sudah bintang empat jauh lebih terjangkau, apalagi fasilitas yang ditawarkan juga terbilang lengkap, mulai dari kolam renang, kids club, hingga fasilitas antar jemput hotel/resort ke bebarapa titik pusat perbelanjaan di Kota Batam. Oleh karena itu, tak heran bila banyak wisatawan dari Negeri Singa yang menghabiskan waktu libur di Batam. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H