Gedung berwarna kuning-putih itu terlihat cukup menyita perhatian setiap pendatang yang baru pertama kali menginjakan kaki di Pelabuhan Bintan Pura, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Selain berukuran cukup besar, bangunan tersebut juga terlihat unik. Bentuknya seperti keong yang melingkar.
Namun ternyata itu bukan keong. Itu adalah bangunan yang menyerupai seafood khas di wilayah Kepulauan Riau, gonggong. Bentuk gonggong dan tutut (keong) memang mirip. Hanya saja cangkang gonggong biasanya berwarna putih bersih, ukurannya juga lebih besar dan lonjong.
Sementara dagingnya lebih gurih dan grenyel-grenyel. Pada ujung daging ada lengkungan tajam yang tak bisa dimakan. Biasanya digunakan untuk lebih memudahkan mencabut gonggong keluar dari cangkang –meski terkadang kita membutuhkan bantuan tusuk gigi juga untuk mencongkel daging gonggong tersebut.
Saya cukup terpaku menatap gedung itu. Sebenarnya Senin (15/5) bukan kali pertama ke Tanjungpinang, saya sudah beberapa kali ke kota tersebut, hanya saja dulu bangunan tersebut belum ada. Gedung Gonggong Laman Boenda memang baru diresmikan Oktober 2016 lalu oleh Menteri Pariwisata RI Arief Yahya.
Akan Dijadikan Seperti Opera House Sydney
Gedung Gonggong difungsikan sebagai Tourism Information Center (TIC). Siapa saja dapat berkunjung ke gedung yang berjarak hanya beberapa meter dari pelabuhan tersebut. Meski secara resmi hanya beroperasi Senin sampai Minggu dari pukul 08:00 hingga 16:00 WIB, namun pada kenyataannya gedung tersebut dapat beroperasi hingga pukul 20:00 WIB –disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan.
Gedung itu memang selalu ramai dikunjungi pengunjung yang sekedar duduk-duduk atau berswafoto. Ada juga yang memang sengaja mencari informasi mengani objek-objek wisata di Tanjungpinang. Pengunjung tak hanya ramai saat hari libur atau akhir pekan, namun juga pada hari kerja. Saat peserta Famtrip Pemerintah Kota Tanjungpinang –blogger, wartawan, dan travel agent dari Indonesia, Malaysia dan Singapura, berkunjung, Selasa (16/5), setidaknya ada dua rombongan lain yang menghabiskan waktu di sekitar gedung tersebut. Mereka berfoto dengan latar belakang gedung, maupun laut yang membentang.
Gedung tersebut memang nyaman untuk dikunjungi. Angin laut yang bertiup sepoi membuat siapapun betah berlama-lama menghabiskan waktu di tempat tersebut. Belum lagi ruangan gedung yang didesign sangat baik dan tertata. Ada deretan kursi dan sofa yang dilengkapi televisi lumayan besar. Melalui televisi tersebut ditayangkan beragam informasi mengenai Tanjungpinang, baik tempat-tempat wisata maupun informasi secara umum.
Sementara bagian depan ditampilkan beragam oleh-oleh berupa kerajinan khas Tanjungpinang, salah satunya adalah tanjak –kain yang dililitkan di kepala para pria Melayu. Namun tanjak yang dijual di Gedung Gonggong adalah tanjak yang sudah jadi dan tinggal dikenakan.
Sayang oleh-oleh yang ditawarkan ditempat tersebut masih sangat terbatas. Kedepan mungkin ada baiknya menyediakan juga oleh-oleh Batik Gonggong, batik khas Tanjungpinang yang dijual di Ruko Metro Garden yang berjarak beberapa kilometer dari tempat tersebut. Selain itu, sebaiknya disiapkan juga oleh-oleh makanan khas Tanjungpinang yang bisa bertahan beberapa hari. Sehingga, pengunjung dapat lebih mudah membawa buah tangan untuk keluarga atau kerabat yang ditinggalkan di kampung halaman. Jangan lupa, harganya jangan dipatok terlalu tinggi.
Walikota Tanjungpinang, Lis Darmansyah mengungkapkan, Pemerintah Kota Tanjungpinang memang akan terus mengembangkan gedung tersebut untuk menarik lebih banyak wisatawan. Ia bahkan akan membuat Gedung Gonggong seperti Opera House di Sydney, Australia.