Usai memarkirkan kendaraan, saya dan suami buru-buru menuju lobby Nongsa Point Marina & Resort, Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Tiba 120 menit lebih lambat dari waktu yang ditentukan, membuat kami tergopoh-gopoh menuju titik temu. Saat itu itu saya sudah pasrah tertinggal kapal yang akan membawa kami melihat secara langsung perhelatan 2nd Wonderful Indonesia Nongsa Regatta 2017 hari kedua.
Saat sampai di lobby kami berpapasan dengan lima blogger yang juga baru sampai. Sama seperti kami, mereka pun sepertinya sedikit khawatir tidak berkesempatan menonton langsung perlombaan dinghy, keelboat, dan radio control sailboat yang diadakan di perairan Nongsa tersebut. Maklum kami diminta hadir pukul 12:30 WIB, tetapi baru sampai sekitar jam 13:30 WIB karena ada keperluan mendadak yang tidak dapat ditinggalkan.
Perlombaan kali ini sedikit berbeda dengan tahun lalu. Bila sebelumnya dinghy dilombakan di tengah laut, pada perhelatan tahun kedua ini diadakan tak jauh dari marina. Sehingga, dari atas kapal pesiar yang diparkir di sekitar Nongsa Point Marina & Resort kita sudah bisa melihat para peserta beraksi.
Menurut Ketua Panitia 2nd Wonderful Indonesia Nongsa Regatta 2017 yang juga menjabat sebagai Marina & Water Sport Manager Nongsa Point Marina & Resort, Prakash Reddy, lokasi tersebut dipilih sebagai arena lomba karena tahun ini seluruh peserta dinghy berasal dari kalangan pelajar yang masih duduk di bangku SD dan SMP – bukan lagi peserta dari kalangan dewasa. Mereka umumnya pelajar Kota Batam yang memang setiap minggu dibina oleh Nongsa Point Marina & Resort. Meski beberapa ada juga yang berasal dari kota lain, salah satunya Banten.
Kami menonton perlombaan kolek tersebut sekitar 30 menit. Meski yang berlomba adalah anak-anak yang masih berusia delapan hingga 15 tahun, namun kompetisi tersebut berlangsung seru. Para pelajar tersebut sangat sigap mengendalikan kolek agar berlayar dengan stabil mengikuti arah angin dan jalur yang telah ditentukan panitia.
Seperti yang kita tahu, seluruh kegiatan 2nd Wonderful Indonesia Nongsa Regatta 2017 memanfaatkan angin musim utara (monsson). Para peserta harus memanfaatkan angin yang bertiup kencang tersebut agar yacht mereka dapat berlayar sesuai dengan peraturan yang sudah ditentukan panitia.
Sesekali hati saya mencelos saat salah satu perahu layar sedikit miring karena tertiup angin dan terkena gelombang yang cukup kuat. Apalagi cuaca saat itu sedikit mendung. Titik awan semakin menghitam, air laut juga tak lagi terlihat biru – namun menyerupai hijau tua pekat yang lebih tepat bila dibilang hitam.