Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Serunya Snorkeling di Perairan Pulau Abang, Batam

14 November 2016   13:22 Diperbarui: 14 November 2016   14:56 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok Pri/Diberi arahan teknis dulu sebelum snorkeling.

Awan tampak menggelayut menutupi matahari yang biasanya bersinar hangat. Semakin siang gugusan awan kian menghitam. Benar saja, tak berapa lama hujan turun dengan deras. Beruntung kami 28 Kompasianer dan Bloger Kepri sudah aman duduk manis di coaster yang akan membawa kami ke Pelabuhan PT Pari Pulau Nguan, Jembatan 6 Barelang, Galang Baru, Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

Dok Pri/Menjelajah Pulau dengan boat.
Dok Pri/Menjelajah Pulau dengan boat.
Pagi itu Minggu (13/11), kami dundang untuk menjelajah peraian Pulau Abang. Konon katanya di perairan tersebut banyak spot underwater menarik. Sehingga, saat beberapa hari lalu diajak untuk snorkeling di perairan tersebut, tanpa ragu saya mengatakan “ya”. Padahal saya sama sekali tidak bisa berenang, apalagi menyelam di laut. Maklum saya besar di Bogor, Jawa Barat, yang sama sekali tidak ada pantai. Apalagi biasanya tiap kali bermain ke beberapa pantai di sekitaran Jawa Barat, seperti Pelabuhan Ratu dan Pangandaran, orangtua selalu melarang untuk berenang, katanya takut hanyut.

Dok Pri/Peserta snorkeling bersiap dari Pulau Nguan.
Dok Pri/Peserta snorkeling bersiap dari Pulau Nguan.
Saat hujan terus mengguyur di sepanjang perjalanan menuju pelabuhan, saya sebenarnya sempat ragu untuk ikut. Khawatir air laut pasang dan berbahaya untuk melakukan snorkeling. Namun ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti. Semakin mendekati pelabuhan, hujan mereda. Selain itu, meski air laut sempat pasang, team guide yang digandeng Galang Bahari Wisata, membuat peserta snorkeling nyaman. Hal tersebut dikarenakan mereka menyesuaikan spot dengan arus laut saat itu. Sehingga meski air laut lebih tinggi, peserta tetap nyaman dan aman menjelajah pemandangan bawah laut perairan Pulau Abang.

Snorkeling di sekitar Pulau Dedap.
Snorkeling di sekitar Pulau Dedap.
Apalagi mereka juga dengan sabar memandu peserta yang sama sekali belum tahu seperti apa itu snorkeling – salah satunya saya. Mereka mengajari bagaimana bernafas dalam air dengan menggunakan snorkel. Caranya ternyata kita harus bernafas melalui mulut sambil menggigit snorkel. Saat kami snorkeling, ada 10 team guide bersertifikat yang diturunkan, sehingga meski sama sekali tidak bisa berenang, tetap merasa aman.

Dok Pri/Diberi arahan teknis dulu sebelum snorkeling.
Dok Pri/Diberi arahan teknis dulu sebelum snorkeling.
Menjelajah Tiga Pulau

Saya dan 27 teman-teman berangkat ke Pelabuhan PT Pari dari Pusat Perbelanjaan Top 100 Batuaji, Batam. Kami berangkat dari pukul 08:00 WIB. Perjalanan ke pelabuhan tersebut lumayan panjang, sekitar 60 menit. Namun jangan khawatir, meski cukup memakan waktu, pemandangan di sepanjang jalan menuju pelabuhan sangat menarik. Kita bisa melihat gugusan bukit hingga hamparan laut luas.

Sebelum snorkeling dimulai, team guide Galang Bahari Wisata membawa kami ke Pulau Nguan dengan menggunakan dua boat yang cukup besar. Pulau tersebut ditempuh sekitar 15 menit dari Pelabuhan PT Pari. Sama seperti umumnya wilayah pesisir, rumah-rumah di Pulau Nguan sangat unik. Rumah penduduk umumnya didirikan diatas laut dengan menggunakan bambu atau kayu yang cukup kuat.

Dok Pri/Pulau Ranoh yang dijadikan tempat latihan sebelum snorkeling di tengah laut.
Dok Pri/Pulau Ranoh yang dijadikan tempat latihan sebelum snorkeling di tengah laut.
Tujuan kami ke Pulau Nguan adalah untuk menyimpan beberapa barang yang tidak digunakan selama snorkeling. Pengelola tour memang menyediakan satu rumah khusus untuk peserta snorkeling di pulau tersebut. Rumahnya cukup luas, ada tiga kamar tidur, empat kamar mandi, dapur, ruang tamu sekaligus ruang keluarga, dan teras cukup luas yang langsung menghadap laut. Satu hal yang paling menggembirakan, semua kamar mandi di rumah tersebut bersih dan berkeramik rapi. Selain itu, rumah tersebut juga memang khusus disediakan untuk peserta wisata snorkeling– bukan rumah penduduk yang disewakan.

Usai memilah barang yang akan dibawa dan ditinggal, kami berkumpul diteras. Sambil mencicipi segelas teh dan kopi hangat, kami mendengarkan arahan dari owner Galang Bahari Wisata, Zakaria atau biasa dipanggil Zak. Sebagai orang yang baru pertama kali ikut snorkeling, saya memasang mata dan telinga tajam-tajam, khawatir ada arahan yang terlewat.

Dok Pri/Walaupun tidak bisa berenang tetap dapat menikmati panorama bawah laut.
Dok Pri/Walaupun tidak bisa berenang tetap dapat menikmati panorama bawah laut.
Arahan yang paling ditekankan oleh pengelola wisata snorkeling tersebut adalah peserta harus selalu mematuhi arahan dari team guide agar snorkeling di perairan Pulau Abang aman seperti yang diharapkan. Selain itu, peserta juga diingatkan jangan sekali-kali menginjak beberapa terumbu karang, seperti Acropora Acuminata, Acropora Micropthalma, hingga Acropora Grandis. Hal tersebut tentu saja bertujuan agar biota laut tetap terjaga dengan baik meski perairan tersebut dijadikan tempat wisata. Bila peserta letih, disarankan untuk mengambang, kalaupun terpaksa harus menginjak terumbu karang diharapkan terumbu karang yang tidak rapuh.

Usai mendapat arahan awal, kami menuju Pulau Ranoh. Perlu waktu sekitar 40 menit dari Pulau Nguan ke Pulau Ranoh. Meski memerlukan waktu yang cukup lama, perjalanan tidak begitu terasa. Hal tersebut dikarenakan pemandangan kiri-kanan begitu menarik, ada banyak pulau-pulau kecil yang memiliki pemandangan indah. Namun sayang, saya tidak tahu itu pulau apa saja. Sedikit saran, mungkin ada baiknya kedepan team guide menjelaskan apa saja yang menarik di sepanjang perjalanan. Sehingga, ada tambahan informasi bagi peserta snorkeling – terutama bagi pengunjung luar Batam atau yang baru pertama kali berkunjung ke pulau-pulau tersebut. Tour guide di boat yang saya tumpangi sebenarnya tahu banyak hal mengenai perairan Pulau Abang, namun bila ditanya saja baru menjelaskan. Entah karena takut mengganggu peserta yang hobi menikmati hening, atau khawatir merusak percakapan yang dijalin antar peserta.

Dok Pri/Bersantai di Pulau Dedap.
Dok Pri/Bersantai di Pulau Dedap.
Setelah sampai di Pulau Ranoh, kami kembali berkumpul. Kali ini pengelola wisata menjelaskan secara teknis bagaimana agar bisa menikmati snorkeling. Selain dijelaskan secara detail, satu persatu kami juga diminta belajar snorkeling di pantai pulau yang tidak terlalu dalam tersebut. Awal-awal saya gagal melihat pemandangan bawah laut, tiap kali kepala dibenamkan ke air, selalu saja air terminum – alhasil saya batuk-batuk karena air laut yang begitu asin. Setelah beberapa kali mencoba baru berhasil, ternyata snorkelnya harus dibenamkan lebih dalam ke dalam mulut.

Setelah dinilai cukup ahli, rombongan melanjutkan perjalanan untuk melakukan snorkeling betulan. Kami menuju Pulau Dedap. Setelah mendapat spot yang menarik dan aman untuk melakukan snorkeling, perahu berhenti. Satu persatu kami mengenakan alat snorkeling dan mulai terjun ke laut.

Awalnya saya sempat takut-takut, apalagi itu di tengah laut yang kedalamannya sekitar tiga meter – dan saya tidak bisa berenang. Namun setelah beberapa waktu, akhirnya saya berani juga, apalagi setelah melihat clownfish atau lebih akrab disebut ikan Nemo, saya langsung semangat membenamkan diri sedikit lebih dalam.

Dok Pri/Umang umang di Pulau Dedap.
Dok Pri/Umang umang di Pulau Dedap.
Ada tiga spot yang kami jelajahi. Dua spot di sekitar Pulau Dedap dan satu spot di sekitar Pulau Abang Kecil. Satu spot dilakukan sebelum makan siang, dua spot berikutnya setelah makan siang. Maklum bagi pemula, snorkeling 60 menit saja sudah bikin perut keroncongan, apalagi waktu memang sudah mendekati makan siang. Sebelum masuk angin, kami akhirnya memutuskan makan siang dulu, baru melanjutkan ke spot berikutnya. Sedikit saran, sebelum snorkeling sebaiknya sarapan dulu yang cukup, selain itu bawa bekal makanan yang memadai.

Menurut saya – yang baru pertama kali mencoba snorkeling, spot yang paling menarik adalah Pulau Abang Kecil. Lautnya tidak begitu dalam, selain itu ada lebih banyak Nemo disana. Namun sayang karena kamera dan ponsel yang saya bawa tidak dilengkapi cover anti air, bintang Finding Nemo itu tidak bisa saya abadikan. Saya hanya sempat memotret ubur-ubur yang kebetulan muncul usai saya selesai snorkeling.

Dok Pri/Suasana makan siang di Pulau Dedap.
Dok Pri/Suasana makan siang di Pulau Dedap.
Makan Siang di Pasir Putih Pulau Dedap

Masih dengan pakaian kuyup sehabis snorkeling babak pertama, boat yang kami tumpangi meluncur ke salah satu pulau tak berpenghuni. Pasir putih yang menghampar dari pulau tersebut sudah terlihat dari jauh. Apalagi laut juga saat itu berwarna kehijauan, sehingga sedikit kontras.

“Selamat Datang di Pulau Dedap,” kata salah satu pengelola Galang Bahari Wisata, Muhammad Sani. Sambil menunggu makanan disiapkakan, Sani bercerita bahwa mereka biasa membawa para peserta snorkeling ke pulau-pulau di sekitar perairan Pulau Abang. Hal tersebut tentu saja untuk mengenalkan pengunjung bahwa Kepri memiliki banyak pulau-pulau kecil yang cantik, namun tanpa penghuni.

Selain berupaya memperkenalkan pulau-pulau kecil, ia menuturkan usaha snorkeling yang dikelolanya juga selalu berupaya memberdayakan warga sekitar. Menu makan siang yang dihidangkan adalah hasil kreasi warga Pulau Nguan. Ah, pantas makanan yang disajikan sangat berbau laut – ikan asam manis yang super lezat khas olahan daerah pesisir.

Dok Pri/Wefie di Pulau Dedap.
Dok Pri/Wefie di Pulau Dedap.
Makan ikan asam pedas sambil duduk di atas haparan pasir putih halus memang memberi sensasi tersendiri. Apalagi setiap berapa detik ombak berdebur halus. Sehabis makan, beberapa peserta ada yang terlelap diatas pasir, sebagian asik menjelajah pulau tersebut sambil berfoto ria. Apalagi cuaca juga mendukung – tidak hujan, namun juga tidak terik. Air laut yang awalnya pasang juga perlahan tenang. Satu hal yang paling berkesan saat berkunjung ke Pulau Dedap adalah bisa melihat umang umang berjalan dengan natural. Ternyata mereka suka berkumpul di sabut kelapa.

Ah, saya jadi ketagihan snorkeling dan menjelajah pulau-pulau kecil Kepri. Mungkin kapan-kapan harus mencoba lagi dengan spot yang berbeda, apalagi harganya juga cukup terjangkau, mulai dari 280.000/orang. Mudah-mudahan ada kesempatan lagi buat menjelajah pemandangan bawah laut. Teman-teman punya cerita seru jugakah dengan snorkeling? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar. Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun