Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mudik Asik (Tanpa) Harus Menggunakan Sepeda Motor

4 Juli 2016   03:45 Diperbarui: 4 Juli 2016   04:31 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulang Kampung saat menjelang Hari Raya Idul Fitri selalu menjadi fenomena tersendiri di Indonesia. Mudik seolah menjadi keharusan – menjadi ritual, yang harus dijalankan sebagian besar perantau setiap tahun. Mereka berlomba pulang ke kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama keluarga.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan tradisi pulang kampung saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Apalagi kita sebagai manusia memang senang berkumpul dan bersosialisasi – terlebih dengan kerabat pada hari spesial seperti lebaran. Rasa nikmat menyecap masakan khas Idul Fitri di kampung halaman – bersama keluarga tercinta, memang tidak tergantikan.

Namun sayang, keinginan yang begitu kuat untuk merayakan lebaran di kampung halaman, terkadang mengabaikan keselamatan pemudik di perjalanan. Meski rentan kecelakaan, tak sedikit pemudik yang nekat menggunakan moda transportasi paling terjangkau agar bisa sampai ke kota asal.

Banyak pemudik yang memanfaatkan sepeda motor untuk pulang kampung. Mungkin tidak masalah bila ia hanya mudik dari Jakarta ke Bogor, atau dari Bogor ke Sukabumi, atau dari Sukabumi ke Cianjur. Apalagi bila penumpangnya juga proporsional. Namun bila mudik dari Jakarta ke Semarang atau dari Jakarta ke Purwodadi – apalagi dengan penumpang yang melebihi kapasitas sepeda motor, tentu akan sangat membahayakan.

Beberapa pemudik sepeda motor memang ada yang bijak pulang kampung dengan aman. Mereka biasanya hanya pergi berdua, atau maksimal bertiga – dengan anak semata wayang mereka. Saat letih, pemudik tersebut pun tak segan untuk beristirahat sejenak di rest area atau malah di penginapan.

Akan tetapi tidak sedikit juga yang mengabaikan keselamatan. Ada pemudik sepeda motor yang memaksakan diri berangkat berlima. Meski sudah lelah, terkadang si pemudik tersebut juga memaksakan diri melanjutkan perjalanan karena khawatir tidak bisa sampai kampung halaman sesuai target waktu yang sudah ditetapkan.

MUDIK DENGAN SEPEDA MOTOR, BERBAHAYA?

Biaya yang terjangkau merupakan alasan mengapa sepeda motor menjadi moda transportasi favorit pemudik. Hanya dengan selembar uang Rp100 ribu, pemudik roda dua sudah bisa menjangkau jarak puluhan kilometer. Sementara, bila dengan menggunakan bus atau kereta api, pemudik harus mengeluarkan biaya lebih banyak. Apalagi bila mudik lebih dari satu orang.

Belum lagi tiket yang harus dipesan jauh-jauh hari. Terkadang bagi sebagian orang, malas atau malah belum terpikir bila harus meluangkan waktu mencari tiket beberapa bulan sebelum keberangkatan. Memang ada sebagian orang yang lebih suka spontan – memesan tiket saat akan berangkat. Apalagi bila belum tahu apakah cuti tambahan yang diajukan ke kantor akan disetujui atau tidak.

Namun menggunakan sepeda motor untuk mudik jarak jauh – apalagi dengan memboyong keluarga lebih dari tiga orang, sangat berbahaya. Menurut Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Palubuhu yang dirilis okezone.com, sepeda motor lebih rentan mengalami kecelakaan dijalan saat digunakan untuk perjalanan jarak jauh.

Dampak kecelakaan sepeda motor lebih parah dibanding alat transportasi darat lain karena tubuh pengendara dan penumpang langsung bersentuhan dengan kendaraan lain atau aspal. Bila pengendara atau penumpang sepeda motor kecelakaan, dampaknya langsung ke badan karena tidak ada alat pelindung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun