Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Fiksi Kuliner] Kisah Pada Secangkir Teh Tarik Panas

9 Juni 2016   17:39 Diperbarui: 9 Juni 2016   19:04 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Amien,” ucapku singkat.

“Setelah menikah, aku akan menetap di Batam. Saat ada waktu luang, kita jalan bareng lagi ya, Ndi. Maafkan aku yang sempat mengabaikanmu ya, Anindiya Prastiwi, maaf.  Waktu di Jogya aku menyibukan diri agar tidak kangen Batam, kangen keluarga, kangen sahabatku yang manis dan tomboi kayak kamu. Aku janji tidak akan begitu lagi,” tegas Aya.

“Beneran janji ya, Ya,” ujarku.

Saya juga berjanji dalam hati hanya akan menganggap Aya sebagai sahabat. Saya juga sepertinya sudah harus mulai memutuskan untuk menapaki hidup bersama Arman, teman kuliah yang selalu menguatkan saya. Menjadi istri Arman, sekaligus menjadi sahabat Aya sepertinya akan menjadi sesuatu yang sempurna.

Benar kata Arman, perasaanku yang menyimpang pada Aya perlahan akan hilang. Anindiya Prastiwi akan menjadi seorang perempuan seutuhnya, bahkan bukan tidak mungkin menjadi seorang ibu. Ah, saya jadi tidak sabar untuk mengecek kalender agar bisa secepatnya mencari hari baik untuk melangsungkan pernikahan dengan Arman.

“Saya juga janji, Ya, untuk tidak lagi meminum teh tarik panas yang sudah didinginkan. Saya akan mencoba meminum es teh tarik, atau mungkin mencoba menyeruput teh tarik itu saat masih hangat.” (*)

    ***cerita ini hanya karangan, bila ada kesamaan kejadian atau nama tokoh hanya kebetulan***

 

Maaf terlambat mimin Fiksiana... haha terlambat empat hari =D

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun