Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Seru, Team Building di Pulau Terpencil Kota Batam

23 April 2016   20:50 Diperbarui: 24 April 2016   06:17 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok Pribadi/Team Building di Pulau Bali, Kota Batam, Kepulauan Riau."][/caption]Selamat datang di Pondok Alam. Selamat berkeliling di pulau kecil sekitar Jembatan Barelang, Kota Batam, Kepulauan Riau.

Kalimat tersebut diucapkan salah satu fasilitator team building saat saya dan rombongan tiba di bangunan terbuka yang terletak persis di sebelah kanan Jembatan Satu Barelang. Hari itu, Selasa (19/4) saya dan beberapa teman kantor sengaja “diliburkan” agar bisa mengikuti acara team building yang rutin diadakan kantor setiap tahun.

[caption caption="Dok Pribadi/Titik keberangkatan awal yang persis di sebelah Jembatan Barelang."]

[/caption]Silakan mengisi daftar hadir dan mengambil sarapan.

Saya yang memang belum mengganjal perut bergegas mengisi daftar hadir, kemudian mengambil sarapan pagi berupa nasi lemak dan segelas teh o. Nasi lemak dan teh manis hangat tersebut hasil olahan warga sekitar. Meski tidak sesedap olahan koki kopitiam, rasa nasi lemak itu cukup lumayan. Hamparan laut yang memanjakan mata, diiringi dengan air sepoi-sepoi, sukses membuat saya dan teman-teman tandas melahap nasi tersebut.

Usai sarapan, fasilitator membagi kami ke dalam beberapa kelompok. Satu kelompok beranggotakan tujuh hingga delapan orang. Kelompok tersebut difasilitasi dengan satu perahu untuk berkeliling ke empat pulau di sekitar Jembatan Satu Barelang. Tentu dengan tugas khusus yang ditentukan panitia.

Beragam tantangan yang diberikan fasilitator sebenarnya tidak terlalu sulit, hanya saja memang diperlukan kekompakan antar anggota tim. Apalagi tujuan utama kegiatan tersebut bukan untuk lomba, namun untuk piknik sambil lebih mengeratkan silaturahmi antar rekan kerja.

[caption caption="Dok: Pribadi/Mengumpulkan sampah di Pulau Akar."]

[/caption]MENGAIS SAMPAH DI PULAU AKAR

Berlayar ke Pulau Akar. Perhatikan sekitar, ambil bendera sesuai warna kelompok Anda sebelum sampai di Pulau Akar.

Setelah mendapat penugasan dari fasilitator melalui secarik kertas yang dilaminating, saya dan tim langsung bergegas menuju boat pancung yang sudah disiapkan panitia. Saya dan enam rekan kerja yang tergabung dalam satu tim, saling membantu naik ke atas boat. Beruntung seluruh personil yang satu kelompok dengan saya sudah terbiasa naik perahu. Sehingga, tidak ada drama takut air atau khawatir jatuh.

[caption caption="Dok: Pribadi/Beramai-ramai naik boat."]

[/caption]Usai mengenakan pelampung, boat yang kami tumpangi meluncur ke Pulau Akar. Namun karena harus mendapatkan bedera ungu terlebih dahulu, kami beberapa kali mampir ke gugusan pulau terdekat. Ternyata bendera tersebut ditancapkan di sebuah pulau kecil tanpa penghuni yang letaknya persis di ujung Jembatan Satu Barelang yang menuju Pulau Rempang-Galang.

Beruntung, saya dan tim tidak harus turun dari perahu. Hanya dengan menjulurkan tangan, bendera ungu yang harus didapat bisa langsung di raih. Otomatis, saya tidak sempat menjejak pulau tersebut. Saya hanya melihat dari kejauhan pulau mungil yang rimbun ditumbuhi beragam pohon itu.

Pada bendera tersebut digantungkan satu buah karung yang dilengkapi dengan secarik kertas – tantangan yang harus kami lakukan selanjutnya. Kami ternyata diminta ke Pulau Akar untuk mengumpulkan sampah yang ada di sekitar pulau yang dapat ditempuh sekitar 15 menit dari ujung Pulau Batam tersebut.

Tak perlu waktu lama untuk mengumpulkan sampah plastik di Pulau Akar. Turun dari perahu sudah terlihat hamparan sampah yang cukup mengganggu. Tanpa membuang waktu, kami memasukan sampah-sampah tersebut ke dalam karung, lantas menyerahkannya kepada fasilitator.

[caption caption="Dok Pribadi/Tantangan menguji kekompakan."]

[/caption]Sampah plastik sepertinya menjadi masalah tersendiri di pulau-pulau kecil Kota Batam. Selain Pulau Akar, Pulau Belakang Padang yang lebih lengkap fasilitasnya juga tak luput dari sampah. Saya tidak tahu, apakah sampah-sampah tersebut berasal dari sampah yang dibuang penduduk sekitar, atau dari pulau lain – ada kemungkinan juga dari sampah hasil buangan pengunjung Jembatan Barelang yang akhirnya terbawa ke pulau tersebut.

Entahlah! Namun yang pasti, ada sisi baiknya juga mengerahkan peserta team building untuk ikut serta membersihkan sampah di sekitar pulau tersebut. Apalagi menurut salah satu fasilitator, banyak pengunjung lokal dan mancanegara yang menghabiskan waktu di pulau-pulau kecil Kota Batam untuk liburan, terutama saat akhir pekan. Semakin banyak pengunjung yang peduli untuk membantu mengumpulkan sampah, semakin bersih pulau-pulau tersebut.

[caption caption="Dok Pribadi/Salah satu rumah penduduk di Pulau Akar."]

[/caption]Usai mengais sampah, kami ditantang untuk mengeluarkan bola pingpong dari dalam galon. Kami harus mengisi penuh-penuh galon tersebut dengan air laut yang disalurkan melalui pipa yang terpotong-potong. Alhasil, bila tidak pintar menutup pipa, air akan mengalir kemana-mana dan galon tidak akan penuh.

Selesai melewati tantangan mengeluarkan bola, kami diminta untuk kembali ke boat. Rombongan akan menuju Pulau Panjang. Perlu perjalanan sekitar 10 menit dari Pulau Akar ke Pulau Panjang dengan menggunakan boat. Apalagi boat yang kami naiki memang berjalan pelan agar dapat menikmati indahnya Jembatan Barelang dari atas laut.

[caption caption="Dok Pribadi/Deretan rumah di Pulau Panjang."]

[/caption]PENDUDUK RAMAH DAN BERBAUR

Sile... sile...

Ujar salah satu penduduk saat kami sampai di Pulau Panjang. Tanpa diminta, wanita paruh baya tersebut kemudian menunjukan arah lokasi team building. Perempuan berambut sepunggung itu bukan panitia, ia hanya kebetulan berpapasan dengan kami yang baru turun dari perahu.

Para penduduk di pulau-pulau kecil sekitar Jembatan Barelang sepertinya mulai terbiasa menerima kehadiran orang asing di kampung mereka. Meski ada beberapa yang masih malu-malu, umumnya mereka mau berinterkasi dengan pengunjung. Saat diajak mengobrol, mereka antusias menanggapi obrolan tersebut.

[caption caption="Dok Pribadi/Warga Pulau Akar yang malu-malu saat saya potret."]

[/caption]Saya sendiri senang medapatkan beragam informasi dari penduduk sekitar terkait fasilitas di pulau terpencil tersebut. Berdasarkan hasil obrol-obrol dengan beberapa warga, Pulau Panjang merupakan pulau yang paling besar di banding pulau lain di sekitar Jembatan Barelang. Pulau tersebut dihuni sekitar 195 kepala keluarga.

Selain itu, fasilitas di Pulau Panjang juga relatif lengkap bila dbandingkan dengan pulau lain di sekitar jembatan Barelang. Pulau yang mulai dihuni sejak tahu 1970-an tersebut memiliki fasilitas pendidikan untuk tingkat SD, lapangan sepakbola, puskesams pembantu, posyandu, energi listrik yang didapatkan dari tenaga diesel dan solar home system (SHS) yang beroperasi dari pukul 18:00 hingga 24:00 WIB, hingga air bersih yang disalurkan pemerintah melalui pipa bawah laut.

[caption caption="Dok Pribadi/Halaman belakang rumah penduduk di Pulau Lance. Lengkap ya pancinya."]

[/caption]Warga sekitar umumnya berprofesi sebagai nelayan dan penarik kapal pancung. Namun sejak pulau-pulau kecil di sekitar Jembatan Barelang dilirik sebagai destinasi wisata, ada beberapa warga juga yang mencoba peruntungan dengan menawarkan makanan siap santap.

Makanan yang ditawarkan ibu-ibu Pulau Panjang lumayan lezat lho. Saya sempat mencicipi udang asam manis, kepiting saos tiram, tapis, gong gong hingga beragam masakan ikan. Namun karena memerlukan waktu untuk memasak, pengunjung tentu harus terlebih dahulu memasan. Kecuali, memang mau menunggu ibu-ibu tersebut untuk memasak terlebih dahulu.

Selain itu, bagi yang ingin mencoba memainkan jong bisa juga menghubungi penduduk setempat. Saat team building kemarin, kami beramai-ramai mencoba memainkan jong yang merupakan permainan tradisional warga melayu di Kepualauan Riau. Cukup seru juga melihat jong tersebut berlayar cukup jauh mengikuti arah angin.

[caption caption="Dok Pribadi/Saya dan tim berfoto bersama usai berhasil membentuk kata "adventure"."]

[/caption]MENJELAJAH PULAU LANCE

Selama menjelajah di Pulau Panjang, kami melewati beberapa tantangan. Tantangan pertama adalah menyusun huruf “adventure”. Meski terkesan sederhana, sebenarnya permainan tersebut cukup melelahkan karena huruf harus disusun oleh salah satu personil tim dalam keadaan tidak menapak tanah. Agar personil tersebut dapat melayang, tentu teman-teman satu tim harus membantu mengangkat. Tangan lumayan pegal juga mengangkat satu personel yang beratnya lebih dari 50 kg sambil bolak-balik membentuk kata “adventure”.

Ada beberapa permainan lain yang lumayan seru di Pulau Panjang, hingga akhirnya kami harus berangkat ke Pulau Lance untuk mencoba permainan memanah. Menembus target yang sudah ditentukan dengan anak panah ternyata lumayan sulit. Apalagi bagi yang belum pernah memanah seperti saya. Berkali-kali mencoba, tidak ada satupun anak panah yang tepat sasaran.

[caption caption="Dok Pribadi/Bermain jong."]

[/caption]Puas menjelajah Pulau Lance, kami berangkat ke Pulau Bali. Yup, Pulau Bali, tapi bukan Pulau Dewata. Saya tidak tahu mengapa penduduk sekitar menamakan pulau yang berada tepat di sebrang Jembatan Satu Barelang itu Pulau Bali, mungkin karena ingin terkenal seperti Bali, atau karena bentuknya yang sama-sama mungil.

Pulau Akar, Panjang, Lance dan Bali sebenarnya bertetangga dekat. Bila ada jembatan yang menghubungkan pulau-pulau tersebut, pengunjung hanya tinggal berjalan kaki beberapa meter. Namun, karena pulau-pulau tersebut terpisah laut, pengunjung mau tidak mau, harus bolak-balik menaiki boat.

[caption caption="Dok Pribadi/Pulau Bali Batam."]

[/caption]Jujur sebenarnya saya sedikit dag dig dug saat berkunjung ke Pulau Lance, Bukan apa-apa, pelantarnya terbuat dari kayu. Ada tangga kayu yang harus dinaiki pengunjung pelan-pelan agar bisa sampai ke pulau tersebut. Saya sempat khawatir jatuh, namun ternyata setelah dijalani seru-seru saja. Pelantar tersebut justru sebenarnya membantu agar kita bisa langsung ke daratan tanpa khawatir pakaian yang kita kenakan basah terkena air laut.

[caption caption="Dok Pribadi/Peserta team building saat mengiringi penari dankong."]

[/caption]MENIKMATI DANKONG, TARIAN KHAS MELAYU

Saat kelompok team building saya sampai d Pulau Bali, beberapa rekan kantor ada yang sudah asik ikut berjoget dengan penari dankong. Mereka meliuk-liukan badannya di tengah pulau. Panitia sepertinya sengaja menyisipkan salah satu budaya khas melayu tersebut ke acara team building.

Meski dengan tampilan sederhana karena hanya mengandalkan energi listrik dari genset, atraksi tarian dankong menghibur seluruh peserta. Apalagi lagu-lagu pada tarian tersebut dinyanyikan oleh Nek Nurma. Perempuan berusia 76 tahun yang sudah menggeluti tarian dankong dan makyong sejak ia berusia belasan tahun.

[caption caption="Dok Pribadi/Nenek Nurma saat bernyanyi."]

[/caption]Nenek Nurma merupakan penduduk Pulau Panjang. Ia salah satu pendiri dan pengelola sanggar tarian tradisional Melayu. Konon katanya, ia begitu giat melestarikan tarian Melayu dengan mengajarkan anak dan cucunya berkesenian. Saat tampil di Pulau Bali, Kota Batam, Nenek Nurma mengajak dua anaknya memainkan biola, empat cucunya menari, dan beberapa cucunya yang lain memainkan alat musik pendukung.

Meski sudah sepuh, Nek Nurma mengaku masih kuat menerima undangan. Umumnya undangan tampil saat ada pesta pernikahan di sekitaran Kota Batam. Dulu saat belum memasuki usia senja, Nek Nurma sering tampil di beberapa kota di Indonesia. Ia pernah tampil di Jakarta hingga Bandung. Kalau tampil di Malaysia dan Singapura sudah tidak terhitung dengan jari.

[caption caption="Dok Pribadi/Jembatan Barelang dilihat dari Pulau Bali, Batam."]

[/caption]Saat menikmati tampilan penari dankong, saya sempat berpikir, ah semoga tahun depan acara team buildng kantor bisa sama serunya seperti tahun ini. Selain lebih mengakrabkan sesama rekan kerja, juga bisa melihat lebih dekat melihat wisata-wisata alam di sekitaran Pulau Batam.

Bagiamana dengan pengalaman team building paling tak terlupakan teman-teman Kompasianer? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar. Salam Kompasiana! (*)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun