Ia berhenti karena merasa diperlakukan tidak profesional. Apalagi ia bekerja di perusahaan multinasional, bukan perusahaan kecil yang dikelola asal-asalan. Perusahaan kecil saja sekarang sudah dijalankan secara profesional katanya, masa sekelas perusahaan yang memiliki beberapa cabang di kota besar malah dipimpin oleh boss yang hobi mengata-ngatai tidak sopan.
MEMINTA MELAKUKAN PEKERJAAN PRIBADI
Pernahkah diminta boss untuk melakukan pekerjaan yang sama sekali tidak berhubungan dengan pekerjaan? Misalkan mematikan listrik di rumah karena sang atasan sedang berada di luar kota, atau membantu membeli makanan untuk binatang kesayangan si boss?Â
Bila hanya sekali dua kali mungkin tidak masalah, namun bila harus dilakukan terus-menerus akan sangat mengganggu. Apalagi bila posisi kita bukan personal asistant atau sekretaris, namun lebih ke staf profesional yang seharusnya tidak mengerjakan tugas pribadi seperti itu.
MEMAKSA MENDUKUNG AMBISI PRIBADI
Diluar karir, seseorang pasti memiliki ambisi pribadi. Sebenarnya sah-sah saja bila seorang pimpinan memiliki suatu ambisi untuk meng-up grade dirinya. Hanya saja, apakah untuk mencapai ambisi tersebut dilakukan dengan cara yang elegan atau tidak. Terkadang ada boss yang memanfaatkan tenaga karyawannya hanya untuk mencapai ambisi pribadi.
Karyawan diwajibkan ikut salah satu organisasi yang ia pimpin hanya karena ingin mengatrol posisi dirinya di organisasi tersebut guna mencapai target yang ditetapkan secara pribadi – diluar kepentingan pekerjaan. Misalkan karena ingin menjadi anggota dari kalangan tertentu, atau menjadi bagian dari komunitas tertentu.
TIDAK KONSISTEN DENGAN PERKATAAN
Pernah memiliki atasan yang hobi berubah-ubah perkataan? Sebentar berkata A, beberapa waktu kemudian berkata B. Bukan berubah pikiran, namun lebih cenderung untuk menyelamatakan diri. Saat staf meminta pendapat waktu mengerjakan proyek tertentu, ia menyarankan untuk melakukan dengan cara A. Namun saat cara tersebut tidak berhasil, ia menyalahkan staf tersebut selaku eksekutor, mengapa melakukan dengan cara A, seharusnya dengan cara B.
Sang boss intinya tidak mau disalahkan, apalagi menanggung kesalahan dari staf. Padahal, bukankah ada istilah staf tidak pernah salah, yang salah adalah kurang arahan dari bos?
Di dunia ini memang tidak ada manusia yang sempurna – begitupula dengan para boss, tidak ada boss yang sempurna di sebuah perusahaan.  Namun alangkah lebih baiknya bila kita saling menjaga profesionalisme agar menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi. Ayo semangat bekerja! Salam Kompasiana! (*)