Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Kesuksesan ATB Berlakukan "Water Rationing"

14 Januari 2016   15:40 Diperbarui: 14 Januari 2016   18:20 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Dok ATB/Salah satu intake yang dikelola ATB. Intake tersebut digunakan untuk mengabil air baku dari Dam Duriangkang kemudian diolah menjadi air layak konsumsi sesuai standar Permenkes dan WHO."][/caption] 2015 merupakan tahun yang cukup menantang bagi Perusahaan Air Minum (PAM) maupun PDAM. El Nino yang melanda beberapa kota di dunia, menyebabkan curah hujan berkurang sangat signifikan dan mengakibatkan air baku yang akan diolah sebagai air bersih berkurang drastis.

PT. Adhya Tirta Batam (ATB) selaku pengelola air bersih di Pulau Batam bahkan terpaksa harus melakukan penggiliran suplai air (water rationing) untuk menghemat cadangan air baku. Apalagi Batam tidak memiliki sumber air baku alami dan hanya mengandalkan air baku dari air hujan yang ditampung di lima dam. Meski tidak mudah, ATB berhasil melalui masa-masa sulit El Nino. Bagaimana upaya ATB melewati El Nino?

 [caption caption="Dok ATB/Salah satu wilayah pemukiman di Batam."]

[/caption]

Selama mengabdi 20 tahun di Pulau Batam, ATB sudah dua kali mengalami dampak El Nino. Pertama pada medio 1997/1998, kedua pada 2015 lalu. El Nino 1997/1998 tidak terlalu berdampak kepada pelayanan air bersih ATB. Hal tersebut dikarenakan pelanggan ATB saat itu belum terlalu banyak – masih diangka 27.049, sementara air baku sangat berlimpah.

Saat itu air baku yang dimanfaatkan ATB masih sekitar 450 liter/detik, sedangkan cadangan air baku ATB mencapai 3.850 liter/detik. Cadangan air baku yang melimpah, membuat ATB tidak terpengaruh oleh dampak El Nino. Suplai air kepada pelanggan tetap normal.

Baru pada El Nino 2015,  ATB mulai merasakan dampak El Nino. Curah hujan yang berkurang sangat signifikan membuat ATB was-was tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih Pulau Batam, akibat air baku yang terus menyusut dengan signifikan. Apalagi air baku di Batam sangat terpengaruh curah hujan karena tidak memiliki sumber air baku alami.

Untuk pemenuhuhan kebutuhan air bersih, Batam hanya mengandalkan air baku yang ditampung di lima dam. Sementara air baku di setiap dam kian susut. Dam Mukakuning mengalami penyusutan 3,39 meter, Dam Sei Ladi 3,20 meter, Dam Nongsa 3,71 meter, Dam Sei Harapan menyusut 3,14 meter, dan Dam Duriangkang yang menjadi tulang punggung air baku Batam juga menyusut hingga 2,22 meter.

Apalagi berdasarkan prediksi beberapa pakar kilmatologi yang dipublikasikan media cetak maupun daring, El Nino bisa berlangsung hingga awal tahun 2016. Alhasil ATB harus mulai menghemat air baku. Apalagi penggunaan air baku di Batam sudah mencapai 3.500 liter/detik, dengan cadangan air baku yang masih diangka 3.850 liter/detik.

Akhirnya dengan sangat terpaksa, per 1 September 2015 ATB mulai memberlakukan penggiliran suplai air (water rationing) untuk menjaga ketersediaan air baku Pulau Batam bertahan lebih lama. ATB memberlakukan water rationing di wilayah suplai Dam Sei Harapan yang melayani sekitar 16.218 pelanggan.

ATB melakukan penggiliran suplai air di wilayah suplai Dam Sei Harapan, karena dam tersebut mengalami penyusutan yang paling mengkhawatirkan. Saat itu, bila ATB tidak melakukan pengurangan produksi, Dam Sei Harapan hanya akan mampu bertahan hingga 50 hari – dengan kata lain, dam yang saat normal memiliki volume air 3.600.000 m3 tersebut hanya akan bertahan hingga awal Oktober 2015.

 [caption caption="Dok ATB/Kondisi salah satu dam yang menyusut parah hingga seperti ini saat El Nino 2015 llau."]

[/caption]

Berlakukan Sistem 2/3/2

Agar dapat tetap survive selama El Nino, ATB mengurangi jumlah produksi di Dam Sei Harapan. Awalnya ATB mengurangi jumlah produksi air baku selama 30 persen, tanpa menghentikan produksi di lima Instalasi Pengolahan Air (IPA). Saat itu, IPA ATB tetap beroperasi selama 24 jam hanya saja produksi air yang diolah hanya 70 persen.

Setelah dijalankan, program tersebut ternyata tidak sesuai seperti yang diharapkan. Sistem pengurangan produksi tersebut menyebabkan pelanggan tertinggi dan terjauh dari pipa semakin kesulitan mendapatkan suplai air bersih. Oleh karena itu, setelah dijalankan selama 10 hari, ATB mengubah sistem penghematan air baku.

ATB kemudian melakukan penghematan air baku dengan meng-offkan IPA Sei Harapan selama dua hari setiap Kamis dan Minggu. Sehingga IPA Dam Sei Harapan hanya beroperasi dan menyuplai air kepada pelanggan setiap Senin, Selasa, Rabu, Jumat dan Sabtu. 

Penghentian suplai air yang dilakukan setiap Minggu ternyata sedikit memberatkan pelanggan. Hal tersebut dikarenakan setiap Minggu pelanggan umumnya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Oleh karena itu, berdasarkan masukan dari anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang saat itu melakukan jaring pendapat ke ATB, jadwal rationing diubah menjadi Rabu dan Minggu.

ATB harus beberapa kali mengubah sistem rationing karena hal tersebut baru pertama kali dilakukan sepanjang beroperasi di Pulau Batam. Sehingga, ATB tidak memiliki gambaran ideal bagaimana seharusnya rationing dilakukan. Meski demikian,  water ratioing yang diberlakukan ATB hingga akhir Desember 2015 berjalan dengan baik.

Ajak Pelanggan Lebih Hemat Air

Untuk meminimalisir dampak rationing, ATB juga melakukan edukasi kepada pelanggan agar menampung air seperlunya. Edukasi tersebut dilakukan dengan melakukan sosialisasi melalui edukasi hemat air di berbagai kesempatan, seperti talkshow radio, informasi di surat kabar, hingga melakukan edukasi secara langsung di jalan raya utama Kota Batam.

Selain menghimbau pelanggan untuk lebih menghemat air, ATB juga meminta agar pelanggan yang berlokasi lebih dekat dan lebih rendah dari  IPA untuk bertoleransi dengan menampung air seperlunya sehingga pelanggan yang berlokasi lebih tinggi dan lebih jauh dari IPA dapat lebih cepat menikmati air bersih.

Awalnya mengajak pelanggan bertoleransi memang tidak mudah, apalagi ada ketakutan dari pelanggan, mereka tidak bisa mendapatkan air yang cukup untuk konsumsi sehari-hari. Namun ketakutan tersebut tidak terbukti, seluruh pelanggan ATB yang terdampak rationing tetap mendapatkan suplai air yang memadai – meski dengan waktu suplai yang berkurang.

ATB bahkan menyediakan bantuan suplai air melalui mobil tanki air kepada pelanggan yang tinggal di lokasi dengan elevansi sangat tinggi. Meski jumlah pelanggan tersebut tidak terlalu signifikan, namun ATB tetap memfasilitasi agar mereka tetap mendapatkan suplai air yang cukup.

Agar rationing tidak terlalu berdampak kepada pelanggan yang tinggal di lokasi yang tiggi dan jauh dari IPA, ATB mengubah sistem distribusi di wilayah rationing – dari sistem gravitasi ke sistem direct pumping, sehingga distribusi air kepada pelanggan diharapkan lebih merata. ATB juga menambah air valve hingga membangun jaringan pipa baru di beberapa titik yang diperlukan.

Selain itu, agar pelayanan umum di rumah sakit pemerintah – dalam hal ini RSBP yang berlokasi di Sekupang – tidak terganggu dengan program rationing, perusahaan yang sudah beroperasi sejak tahun 1995 tersebut membuat jalur pipa khusus, sehingga suplai air ke rumah sakit tersebut tetap handal.

Setelah melalui rationing selama hampir tiga bulan, ATB akhirnya menghentikan program tersebut karena air baku yang mulai bertambah. Air baku Dam Sei Harapan yang awalnya menyusut 3,14 meter, kini sudah normal. Air baku dam tersebut bahkan surplus 0,9 meter dari titik nol.

Beberapa bulan terakhir, intensitas hujan di Kota Batam memang meningkat cukup signifikan dan berpengaruh terhadap penambahan air baku. Oleh karena itu, per akhir Desember 2015 ATB menghentikan program rationing dan kembali memproduksi air dengan jumlah normal. ATB berhasil melalui salah satu tantangan tersulit sepanjang beroperasi di Pulau Batam. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun