Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

BIFF 2015, Upaya Menjaring Lebih Banyak Wisman

9 Desember 2015   19:42 Diperbarui: 9 Desember 2015   22:25 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok Pribadi/Iring-iringan carnival."][/caption]

Untuk menarik lebih banyak wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara, Batam tidak hanya mengandalkan wisata belanja maupun water sport. Kota yang berbatasan langsung dengan Singapura tersebut kini mulai merintis wisata alternatif dengan menggelar Batam International Fashion and Food Festival (BIFF) 2015.

 [caption caption="Dok Pribadi/Carnival yang meriah."]

[/caption]

Acara yang digelar akhir November 2015 tersebut menggandeng 300 talent dari seluruh Kepri, mulai dari Batam, Tanjung Pinang, Bintan hingga Lingga. Para talent tersebut tidak hanya memperagakan beragam kostum menawan pada acara carnival yang diadakan disekitar Engku Putri, Batam, namun juga merancang dan membuat kostum tersebut.

Kostum yang dibawakan para talent cukup beragam dan sangat menarik perhatian, mulai dari kostum ala Ratu Pantai Laut Selatan hingga kostum yang menyerupai aneka binatang laut seperti kepiting dan cumi-cumi., Beberapa talent memang ada yang memperagakan kostum yang dikenakan saat acara Wonderful Artchipelago yang diadakan di Jember, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

 [caption caption="Dok Pribadi/Talent yang memperagakan busana sangat meriah."]

[/caption]

Selain aneka kostum yang memanjakan mata, pada kegiatan tersebut juga ditampilkan aneka kesenian tradisional. Salah satunya adalah Reog Ponorogo yang cukup banyak menarik perhatian pengunjung lokal maupun mancanegara yang menyemut di Sumatera Convention Centre.

[caption caption="Dok Pribadi/Pertunjukan Reog Ponorogo."]

[/caption]

Para pengunjung tak henti mengabadikan setiap talent dengan kostum andalan mereka. Ada yang sengaja meminta foto bersama, ada juga yang lebih suka mengabadikan talent tersebut dengan kostum kebesaran mereka. Talent yang menggunakan kostum Ratu Pantai Laut Selatan menjadi favorit para pelancong Singapura untuk diabadikan.

[caption caption="Dok Pribadi/Pengunjung yang antri untuk berfoto dengan talent."]

[/caption]

Meski diwarnai hujan rintik-rintik, carnival tersebut tetap ramai dikunjungi masyarakat maupun wisatawan. Pengunjung seolah tak peduli tetesan hujan yang mulai turun. Mereka hanya mulai berhati-hati mengeluarkan kamera dan ponsel agar tidak terkena rintik hujan. Saat carnival berlangsung, saya sempat mendengar salah satu pengunjung berkomentar, “Keren! Ternyata tak harus ke Jember untuk melihat fashion carnival seperti ini.”

[caption caption="Dok Pribadi/talent yang menggunakan kostum gurita."]

[/caption]

Saya sendiri belum pernah melihat secara langsung Jember Fashion Carnaval yang rutin digelar setiap tahun. Hanya saja menurut pelaksana acara, Silvia Hilda Kusumaningtyas, carnival yang diadakan di Kota Batam memang terinspirasi dari Jember Fashion Carnaval.

 [caption caption="Dok Pribadi/Talent yang menggunakan kostum tak kalah heboh."]

[/caption]

Silvia mengungkapkan, ia bersama rekan-rekan yang lain ingin menjadikan Batam (dan Kepri) sebagai destinasi wisata internasional. Apalagi Batam memiliki lokasi yang cukup strategis karena berdekatan dengan negara-negara tetangga, mulai dari Singapura, Malaysia, Thailand hingga negara-negara Asia Tenggara lainnya. Bila dibandingkan harus berkunjung ke Jember, para wisatawan tersebut sebenarnya akan lebih dekat dan mudah bila berkunjung ke Batam.

 

Itu makanya sejak beberapa tahun terakhir, Batam merintis wisata alternatif dengan menggelar carnival dan peragaan busana. Suatu saat nanti, Batam juga ingin dikunjungi 2.7000 wartawan dan fotografer dan seluruh belahan dunia secara sukarela dengan biaya sendiri.

 [caption caption="Dok Pribadi/Talent yang menggunakan busana seperti gurita."]

[/caption]

GANDENG PERANCANG BUSANA NASIONAL

Selain menggelar carnival yang memperagakan beragam kostum di sekitaran Engku Putri, BIFF 2015 juga menggandeng para perancang nasional untuk memperkenalkan rancangan mereka pada acara tersebut. Ada Sonny Muchlison, Defrico Audy, Rudy Chandra,Thomas Sigar, Dian Pelangi hingga Ivan Gunawan.

 [caption caption="Dok Pribadi/Talent yang mengenakan kostum kerang."]

[/caption]

Selain mempergakan rancangan terbaru mereka diatas catwalk, beberapa designer juga ada yang membuka stand dan berinteraksi secara langsung dengan pengunjung. Mereka tak segan menjelaskan beragam fashion yang mereka tampilkan pada ajang tahunan tersebut.

 [caption caption="Dok Pribadi/Salah satu talent BIFF 2015."]

[/caption]

Saya sempat mengobrol ringan dengan Sonny Muchlison – yang beberapa tahun lalu sempat jadi kritikus mode dan wara wiri di televisi nasional. Pria yang konsen mengembangkan fashion betema batik tersebut mengaku sudah dua tahun berturut-turut berpartisipasi pada acara tersebut.

Sonny Muchlison mengaku tertarik untuk terlibat pada acara BIFF 2015 karena ingin memperkenalkan pakaian-pakaian dengan corak tradisional ke masyarakat dan wisatawan (lokal maupun internasional) yang berkunjung ke Kota Batam, terutama para kawula muda.

 [caption caption="Dok Pribadi/Sonny Muchlison saat berinteraksi dengan pengunjung."]

[/caption]

Ia menuturkan, meski bertema batik – ada banyak rancangan yang menarik untuk dikenakan kalangan muda. Apalagi kota-kota di Kepri cukup kental dengan budaya Melayu, sehingga diharapkan para anak muda tertarik untuk lebih mengenal busana yang bercorak Melayu.

Pada BIFF 2015, Sonny Muchlison memang memperagakan beragam busana ready-to-wear yang sangat cocok bagi kalangan anak muda (mamud – mama muda dan pamud – papa muda juga cocok hehe). Ia secara khusus memperagakan busana bagi pria dan wanita di dua hari yang berbeda.

 [caption caption="Dok Pribadi/Talent yang memperagakan busana sangat meriah."]

[/caption]

Pagelaran busana Sonny Muchlison yang diadakan pada akhir pekan tersebut cukup banyak menyedot perhatian pengunjung. Mereka berdecak kagum dengan aneka busana hasil kreasi pria yang juga mengampu mata kuliah Mode di salah satu perguruan tinggi swasta tersebut.

Begitupula dengan peragaan busana designer yang lain. ak sedikit tepuk tangan memenuhi ruangan yang menjadi lokasi peragaan busana. Meski acara yang digelar cukup sukses, namun ada yang menurut saya masih sedikit kurang karena panitia hanya menggandeng para designer Indonesia.

Padahal, bila mengacu pada nama acara – Batam International Fashion and Food Festival 2015, seharusnya tidak hanya designer Indonesia yang ditampilkan (meski mungkin hasil rancangan mereka sudah merambah ke mancanegara). Ada baiknya panitia juga menggandeng designer negeri tetangga (setidaknya perancang busana Singapura atau Malaysia) sehingga para pelancong mancanegara dari dua negara tersebut lebih tertarik hadir.

Saat ada designer favorit kita mengadakan pagelaran adibusana, bukankah akan membuat kita lebih tertarik untuk hadir? Selain untuk bersua langsung – atau berfoto bersama – juga hanya sekedar ingin tahu seperti apa rancangan yang akan diluncurkan mereka kedepan.

 [caption caption="Dok Pribadi/Salah satu stan makanan di BIFF 2015."]

[/caption]

MENYUSURI FESTIVAL KULINER

Selain melihat carnival, pada BIFF 2015 saya sebenarnya sangat penasaran ingin mencicipi aneka kuliner yang dipamerkan. Saya sudah sangat berharap dapat menemukan aneka makanan dan minuman yang sedikit spesial pada acara tersebut – apalagi ada embel-embel internasional.

Namun sayangnya saat sampai di lokasi, pameran kuliner yang ditampilkan sangat terkesan seadanya. Stan makanan pengisi pameran tersebut tergolong biasa untuk acara yang mengusung tema internasional. Makanan yang ditawarkan hanya sebatas bakso dan makanan ringan lain yang bisa didapatkan di foodcourt sekitaran Batam.

 [caption caption="Dok Pribadi/Saya berfoto dengan salah satu talent dan bocah yang sedang khusu main ponsel =D."]

[/caption]

Seandainya saja panitia menawarkan aneka kuliner tradisional khas Melayu – atau kuliner khas Indonesia atau negeri tetangga, festival tersebut mungkin akan lebih menarik. Apalagi bila setiap food stall dihias semenarik mungkin sesuai dengan aneka makanan yang mereka jual.

Bukan tidak mungkin – bila festival makanan yang disajikan begitu menarik – akan terus dinanti oleh para pengunjung. Selain untuk ajang wefie, juga sebagai wisata untuk menikmati aneka kuliner yang mungkin tidak bisa dinikmati bila tidak ada acara festival makanan seperti itu. Ah, semoga food festival tahun depan akan lebih menarik. Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun