Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyusuri Ruang Publik Kota Batam (3-Habis)

30 September 2015   15:26 Diperbarui: 1 Oktober 2015   08:36 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Panggung di areal Dendang Melayu, Jembatan Barelang./Dok Pribadi."][/caption]

Bisa Dimanfaatkan untuk Tingkatkan Pariwisata

Setetelah dikembangkan oleh Otorita Batam (BP Batam) pada awal tahun 1970-an, Batam tidak hanya bertransformasi menjadi daerah industri yang diperhitungkan di kawasan Asia-Pasifik, namun kota yang berbentuk kalajengking tersebut juga menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan mancanegara.

Batam merupakan kota ketiga terbanyak yang dikunjungi wisatawan mancanegara setelah Bali dan Jakarta. Pada tahun 2014, ada 2.004.000 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Batam – bila dibandingkan dengan Jakarta, hanya berselisih 242.000 wisatawan mancanegara. (Data Badan Pusat Statistik)

Kunjungan wisatawan mancanegara tersebut didominasi oleh warga negara Singapura. Pada tahun 2014, ada 1.138.000 warga Singapura yang berkunjung ke Batam, disusul oleh wisatawan dari Malaysia yang berjumlah 199.000. Kedua wisatawan mancanegara tersebut umumnya berkunjung dengan menggunakan jalur laut melalui pelabuhan internasional.

Wisatawan negeri tetangga umumnya berkunjung ke Batam untuk menikmati aneka resorts yang tersebar di berbagai titik, mulai dari Nongsa hingga Sekupang. Tidak sedikit juga wisatawan dari Singapura yang melakukan one day tour ke Batam hanya untuk melakukan wisata belanja di berbagai pusat perbelanjaan.

Saat akhir pekan, tidak heran bila banyak pengunjung mall Kota Batam yang membawa aneka koper sambil window shopping, atau mencicipi aneka kuliner khas Indonesia, hingga mampir menemani sang buah hati bermain di playground yang disediakan oleh pusat perbelanjaan.

Intensnya wisatawan negeri tetangga yang berkunjung ke Batam seharusnya bisa dimanfaatkan Pemerintah Kota Batam untuk mengenalkan beragam budaya Indonesia – atau setidaknya mengenalkan budaya Melayu khas Indonesia sehingga lebih dikenal ke mancanegara. Bila Batam rutin menggelar pertunjukan budaya, bukan tidak mungkin akan semakin banyak wisatawan mancanegara yang tertarik untuk berkunjung ke Batam. Bukankah budaya lokal menjadi salah satu daya tarik bagi orang asing?

MANFAATKAN RUANG PUBLIK UNTUK PERTUNJUKAN BUDAYA

Batam setidaknya memiliki dua ruang publik yang kerap dikunjungi wisatawan lokal maupun asing. Ruang publik pertama adalah Taman Engku Putri yang bersebrangan dengan Pelabuhan Internasional Batam Centre dan bersebelahan dengan Mega Mall – salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Batam. (untuk bahasan lebih lengkap mengenai Taman Engku Putri, bisa melihat tulisan Menyusuri Ruang Publik Kota Batam (1) yang sudah saya publikasikan sebelumnya)

Ruang publik kedua adalah Dendang Melayu. Ruang publik ini dibangun Pemerintah Kota Batam untuk mengakomodir wisatawan yang ingin mengabadikan diri melalui foto dengan latar belakang Jembatan Barelang yang merupakan icon Kota Batam. Apalagi beberapa tahun lalu memang ada larangan pengunjung memarkirkan kendaraan dan kongkow-kongkow di areal Jembatan Barelang. Larangan tersebut untuk menjaga kelangsungan Jembatan Barelang yang sebenarnya difungsikan untuk menghubungkan Pulau Batam, Rempang, dan Galang.

Dendang Melayu maupun Taman Engku Putri dilengkapi panggung yang dapat dimanfaatkan untuk pertunjukan. Apalagi di kedua taman tersebut juga tersedia ruang cukup luas bagi ribuan penonton. Bila panggung tersebut hanya dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak begitu menarik, alangkah sayangnya.

Mungkin khusus untuk akhir pekan – Sabtu atau Minggu – diadakan pertunjukan khas Melayu, seperti pertunjukan tari, lagu, hingga drama khas Melayu. Apalagi Batam belum memiliki tempat wisata budaya, meski sebenarnya pulau yang berbentuk kalajengking tersebut kaya dengan beragam budaya lokal.

GANDENG SEKOLAH DAN KOMUNITAS UNTUK PERTUNJUKAN

Hingga tahun 2014, Kota Batam memiliki 324 Sekolah Dasar, 129 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan 81 Sekolah Menengah Umum & Kejuruan. (Data Development Progress of Batam, BP batam). Untuk mengisi pertunjukan budaya tersebut mengapa tidak memberdayakan siswa-siswa yang aktif melakukan kegiatan ekstrakulikuler budaya di sekolah?

Melalui Dinas Pendidikan, satu sekolah diminta untuk melakukan pertujukan sekitar dua jam setiap hari Minggu pagi atau sore saat pengunjung Taman Engku Putri sedang ramai. Agar tidak memberatkan pihak sekolah, mungkin ada baiknya hal tersebut tidak bersifat paksaan, namun himbauan – jadi sekolah yang mau saja yang tampil, yang tidak mau tidak perlu dipaksa.

Selain itu, untuk meringankan pihak sekolah ada baiknya soundsystem yang diperlukan untuk pertunjukan tersebut juga disiapkan Pemerintah Kota Batam. Sehingga, pihak sekolah hanya menyiapkan kostum dan make up untuk siswa tampil di panggung. Toh nanti yang akan mendapatkan dampak positif dari beragam pertunjukan tersebut juga pemerintah.

Anggap ada 48 minggu dalam satu tahun, bila satu sekolah secara bergantian mengadakan pertunjukan setiap akhir pekan – dengan mempertimbangkan jumlah sekolah di Kota Batam saat ini– dalam kurun waktu satu tahun kedepan, jadwal pertunjukan akan penuh terisi. Apalagi setiap sekolah umumnya memiliki ekstrakulikuler tari Melayu, lengkap dengan kostumnya.

Menurut saya, kegiatan tersebut tidak hanya akan menguntungkan pemerintah, namun juga siswa yang melakukan pertunjukan itu sendiri. Selain melatih rasa percaya diri, juga melatih bagaimana harus tampil di depan orang banyak. Apalagi para turis mancanegara umumnya antusias melihat pertunjukan budaya lokal.

Pertunjukan bagi siswa tersebut memang ada baiknya diadakan di Taman Engku Putri – selain lebih terjangkau transportasi, juga akan lebih dapat dinikmati para pelancong yang mungkin hanya sekedar berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan Kota Batam. Selain itu, biar siswa lain juga bisa ikut menonton dan jadi lebih mengenal budaya lokal.

Sementara untuk di Dendang Melayu, ada baiknya pemerintah menggandeng komunitas yang hobi mengadakan pertunjukan budaya. Atau mungkin bisa juga menggandeng kalangan mahasiswa. Apalagi di Kota Batam ada sekitar delapan perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan Dendang Melayu sedikit lebih jauh dari pusat kota dan perlu upaya ekstra untuk transportasi.

Ah, semoga harapan tersebut bisa terealisasi. Selamat Hari Habitat Dunia 2015. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun