[caption id="attachment_386437" align="aligncenter" width="614" caption="Dok Pribadi/Salah satu rumah adat di Golden City, Batam."][/caption]
Cuaca tidak begitu terik saat saya menjejakan kaki di Golden City Bengkong, Kota Batam, Kepulauan Riau, Sabtu sore lalu (30/5). Sejak pagi, hujan memang turun rintik-rintik di kota yang memiliki visi“Bandar Dunia Madani” tersebut. Sore itu, saya memang sengaja menyempatkan diri untuk mengajak anak saya “berkeliling Indonesia”.
[caption id="attachment_386438" align="aligncenter" width="553" caption="Dok Pribadi/Pengunjung saat berfoto di salah satu patung."]
Tidak perlu biaya untuk “menjelajah Indonesia” di Golden City Bengkong. Pihak pengelola tidak memungut biaya apapun bagi pengunjung yang ingin menikmati deretan rumah adat dari beragam provinsi di Indonesia tersebut. Masuk ke tempat wisata tersebut memang gratis, tidak ada penjaga tiket, maupun penjaga parkir. Pihak pengelola hanya meletakan kotak yang dapat diisi uang seikhlasnya oleh pengunjung. Itupun tanpa paksaan – sekaligus tanpa penjaga.
[caption id="attachment_386439" align="aligncenter" width="553" caption="Dok Pribadi/Playground."]
Meski tidak memungut biaya dari pengunjung, tempat wisata tersebut tergolong nyaman. Deretan kendaraan pengunjung ditempatkan berkelompok di dekat pintu masuk. Begitupula dengan suasana tempat wisata yang berisi miniatur rumah adat dari seluruh provinsi di Indonesia. Rumah adat yang bertinggi sekitar 1,5 meter tersebut cukup terawat dengan baik.
[caption id="attachment_386440" align="aligncenter" width="614" caption="Dok Pribadi/Hore naik kereta."]
Rumah adaT di tempat wisata tersebut juga cukup lengkap, mulai dari Rumah Gadang Sumatera Barat, Rumah Panggung Provinsi Jambi, Rumah Bumbungan Limas Provinsi Bengkulu, Rumah Kasepuhan Provinsi Jawa Barat, Rumah Melayu Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, Rumah Toraja, Provinsi Sumatera Selatan, Rumah Baileo Provinsi Maluku, hingga Rumah Kariwari Provinsi Irian Jaya (Papua). Saya tidak hapal pasti, namun sepertinya ada sekitar 34 rumah adat dari beragam provinsi di Indonesia.
[caption id="attachment_386441" align="aligncenter" width="491" caption="Dok Pribadi/Pengunjung saat memberi makan ikan."]
Rumah adat tersebut terlihat menarik karena dilengkapi taman hijau dengan rumput yang terawat rapi. Banyak pengunjung yang mengabadikan diri dengan berfoto di sekitar rumah adat favorit. Salah satu lokasi foto favorit pengunjung adalah rumah adat Bali yang lokasinya tidak begitu jauh dari rumah adat Toraja.
[caption id="attachment_386442" align="aligncenter" width="491" caption="Dok Pribadi/Mandi di laut."]
Selain rumah adat, areal tersebut juga dilengkapi dengan beragam miniatur hewan. Pengunjung dapat berfoto dengan patung gajah, simpanse, harimau, serigala, rusa, panda, jerapah, orang utan, kuda, singa, dan aneka patung hewan lain. Tak hanya berfoto, pengunjung juga tidak dilarang bila ingin naik diatas patung-patung tersebut.
[caption id="attachment_386443" align="aligncenter" width="538" caption="Dok Pribadi/Pintu masuk pusat souvenir."]
Bila bosan berkeliling dan berfoto, pengunjung anak-anak dapat menikmati beragam permainan yang disediakan pengelola – mulai dari playground seperti perosotan dll, hingga permainan lawas komedi putar yang biasanya ada di pasar malam. Khusus untuk permainan, pengunjung dikenakan biaya Rp10.000/wahana permainan.
[caption id="attachment_386444" align="aligncenter" width="491" caption="Dok Pribadi/Toko yang menjual souvenir."]
Kalau ingin menikmati suasana pantai, pengunjung dapat duduk-duduk di pantai atau berenang di laut lepas yang ada di Golden City. Jangan khawatir, tidak ada pungutan biaya apapun bagi pengunjung yang berenang di areal tersebut. Kecuali bila pengunjung ingin berkeliling laut dengan menggunakan sepeda bebek air.
[caption id="attachment_386447" align="aligncenter" width="538" caption="Dok Pribadi/Rumah DIY Yogyakarta."]
Jika ingin menikmati permainan menantang, pengunjung dapat merapat ke Golden Gokart yang tidak jauh dari areal pantai. Untuk menikmati 10 menit permainan gokart, pengunjung perlu merogoh kocek Rp140.000 untuk single seater, dan Rp235.000 untuk double seater. Tidak harus pandai menyetir untuk mencicipi sensasi menunggangi gokart. Saya yang seumur-umur tidak pernah menyetir mobil (karena tidak bisa =D), berani juga mencoba. Tidak rumit ternyata, karena hanya tinggal memainkan gas dan rem. Apalagi ada jaminan dari pengelola bahwa dibawa sekencang apapun gokart tersebut tidak mungkin terbalik karena beratnya hampir satu ton.
[caption id="attachment_386445" align="aligncenter" width="614" caption="Dok Pribadi/Pengunjung saat menikmati kulinerpinggir jalan."]
Bila malas mengebut diareal gokart, namun ingin tetap menikmati permainan menantang, pengunjung dapat mencoba paint ball atau flying fox. Mencoba flyng fox lumayan seru, karena selain dapat menikmati panorama pantai, kita juga melintas diatas kolam yang menjadi lokasi Rumah Makan Saung Sunda Sawargi (SSS).
[caption id="attachment_386446" align="aligncenter" width="614" caption="Dok Pribadi/Rumah Adat Toraja."]
Kolam tersebut cukup luas dan menjadi tempat penagkaran ikan. Saya baru pertama kali melihat ada ikan lele yang ukurannya sangat besar – mungkin beratnya lebih dari lima kilogram. Ikan-ikan tersebut biasanya muncul ke permukaan saat ada pengunjung yang memberi makan. Yup, pengunjung memang dibebaskan untuk berinteraksi dengan ikan-ikan di kolam tersebut.