Hujan turun rintik-rintik saat saya menuju pulau yang hanya beberapa kilo meter dari Singapura tersebut. Bila tidak dipisahkan oleh Selat Malaka dan Selat Singapura, mungkin akan lebih banyak warga negeri singa yang berkunjung ke pulau kecil yang berpenduduk sekitar 19 ribu jiwa tersebut. Hari itu, hari pertama Idulfitri 1435 H, ada beberapa warga Singapura yang ikut meramaikan antrian di dermaga boat pancung Sekupang-Belakang Padang.
[caption id="attachment_335654" align="aligncenter" width="513" caption="Deretan boat pancung."][/caption]
Belakangpadang-Singapura memang sempat memiliki sejarah yang cukup lekat. Warga Belakangpadang umumnya memiliki kerabat di Singapura, beberapa warga tersebut dulu – saat kewarganegaraan belum menjadi isu sensitif seperti saat ini,memiliki KTP Singapura. Mereka juga biasanya dengan leluasa berbelanja kebutuhan pokok ke negeri tersebut. Saat itu Pulau Batam memang belum seramai saat ini. Wilayahnya masih hutan, kecuali daerah Jodoh dan sekitarnya. Dulu Pulau Batam memang termasuk salah satu wilayah Kecamatan Belakangpadang, hingga akhirnya karena luas Belakangpadang sangat terbatas, kondisinya berbalik. Batam menjadi kotamadya, dan Belakangpadang menjadi salah satu kecamatannya.
FASILITAS LENGKAP
Saat pertama kali menjejakan kaki di Belakangpadang empat tahun lalu, saya sudah merasa takjub. Untuk pulau yang hanya berukuran 68,4 km² dan habis terkelilingi kurang dari dua jam dengan menggunakan sepeda motor, memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Tidak hanya alun-alun yang biasanya digunakan untuk kenduri, pernikahan, atau shalat id, namun juga memiliki kantor Telkom sendiri, pembangkit listrik dan kantor PLN sendiri.
[caption id="attachment_335655" align="aligncenter" width="513" caption="Kantor PLN Belakangpadang"]
Warga di pulau tersebut juga sangat modern. Mereka memiliki tempat pengolahan sampah sendiri. Secara berkala mobil sampah akan mengambil material-material buangan dari rumah warga. Mereka juga memiliki areal pemakaman hingga stadium olahraga yang sangat luas, lengkap dengan tribun dan lapangan bola.
Sekolah? Jangan ditanya. Belakangpadang memiliki fasilitas pendidikan yang cukup lengkap. Mau TK Islam atau nasional tinggal pilih, begitupula untuk jenjang SD, SMP hingga SMA. Ada beberapa sekolah yang dapat dimanfaatkan warga untuk mendulang ilmu. Warga pulau-pulau kecil di sekitar Belakangpadang biasanya rela mendayung berkilo-kilo untuk bersekolah di Belakangpadang.
[caption id="attachment_335657" align="aligncenter" width="513" caption="SDN 004 Belakangpadang"]
Air bersih juga bukan lagi menjadi kendala. Warga biasanya memanfaatkan air hujan sebagai air bersih untuk mencuci dan mandi. Sementara untuk air minum, warga memilih air galon, meski beberapa ada juga yang nekat memasak air hujan yang ditampung tersebut untuk air minum dan memasak.
Curah hujan di Belakangpadang memang cukup tinggi. Mereka biasanya memodifikasi ataprumah agar setiap kali hujan, airnya langsung mengalir ke bak penampungan. Sehingga, ketersediaan air tetap terjaga. Bila hujan tak kunjung tiba, warga biasanya membeli air yang dikemas dalam drum dan dijajakan melalui boat.
Beberapa tahun ke depan, warga akan semakin nyaman tinggal di Belakangpadang. Saat ini pemerintah sedang membangun dam Sekanak Raya untuk menampung air hujan yang nantinya akan diolah sebagai air bersih. Saat ini, dam yang cukup besar tersebut masih dalam proses pembangunan.
[caption id="attachment_335658" align="aligncenter" width="513" caption="Dam Sekanak Raya"]
WISATA DI BELAKANGPADANG
Meski belum dimaksimalkan sebagai daerah wisata, ada banyak tempat menarik untuk dikunjungi di pulau tersebut. Bila ingin mencicipi makanan laut khas Melayu, dapat mengunjungi Langlang Laut yang letaknya persis di areal masuk Pulau Belakang Padang, atau sebrang Polsek Belakang Padang.
Tempat makan tersebut beroperasi sehabis magrib hingga tengah malam. Persis seperti pasar malam karena tidak hanya menawarkan menu seafood, namun juga aneka buah-buahan, mainan anak-anak, makanan ringan hingga berbagai jus yang kerap bisa kita nikmati di berbagai kedai di kota besar.
Bila ingin menikmati suasana pantai, dapat berkunjung ke Pantai Pasir Putih. Meski tidak terawat dengan baik, cukup lumayan untuk bermain pasir, ayunan, atau hanya sekedar foto-foto atau duduk-duduk di meja dan bangku beton yang tersedia di tempat tersebut. Bila ingin berkunjung ke pantai tersebut, jangan lupa membawa makanan dan minuman, karena tidak ada orang yang berjualan di tempat tersebut,
Bagi saya, perjalanan laut Sekupang-Belakangpadang saja sudah menjadi wisata tersendiri. Bayangkan, hanya dengan membayar Rp13.000/orang kita sudah dapat menikmati hamparan laut luas selama 20 menit. Harga yang cukup murah dibanding harus menyewa perahu di tempat wisata =D.
[caption id="attachment_335659" align="aligncenter" width="513" caption="Menikmati boat pancung."]
Belakangpadang seolah menjadi miniatur pedesaan di Kota Batam. Saya yakin ada sensasi tersendiri bila berkunjung ke pulau ini. Apalagi masih banyak rumah-rumah kayu khas melayu yang dicat berwarna-warni. Belum lagi rumah-rumah nelayan yang khas. Hal tersebut membuat saya tidak kuat menahan diri untuk berfoto ria. Bila tidak melihat lirikan suami yang kurang setuju saya bertingkah seperti ABG, saya mungkin sudah berselfi ria =D.
[caption id="attachment_335668" align="aligncenter" width="513" caption="Rumah nelayan."]
TRANSPORTASI
Bila memiliki sepeda lipat saya sarankan untuk dibawa. Sangat seru berkeliling pulau ini dengan menggunakan sepeda. Bila tidak memungkinkan, dapat menyewa jasa becak yang harganya beragam tergantung jarak. Saya kemarin menyewa becak dari ujung-keujung harganya sekitar Rp20.000, cukup mahal bila dibandingkan dengan jasa ojek yang hanya Rp5.000. Namun bila naik becak kita berasa menjadi benar-benar seorang pelancong =D.
[caption id="attachment_335661" align="aligncenter" width="513" caption="Deretan becak."]
Transportasi di Belakangpadang memang hanya mengandalkan becak dan sepeda motor. Jalanan pulau yang sangat kecil, tidak memungkinkan ada banyak mobil. Hanya transportasi motor saja sudah banyak yang kecelakaan (akibat kebiasaan mengebut tanpa mengenakan helm). Meski sekarang masyarakat sana sudah mulai sadar tidak pentingnya ugal-ugalan di jalan.
Penginapan
Ada banyak penginapan di Belakangpadang. Meski tarafnya bukan hotel, namun cukup nyaman. Jujur, saya sendiri belum pernah menginap di losmen karena suami memiliki banyak keluarga besar di sana, sehingga bila ke Belakangpadang pasti menginap di nenek-atau kerabat suami yang lain.
[caption id="attachment_335662" align="aligncenter" width="385" caption="Penginapan Asiya."]
Meski tidak pernah menginap di penginapan, saya tetap berupaya untuk sarapan pagi diluar. Tempat sarapan pagi favorit saya adalah di Pasar Baru Belakangpadang. Letaknya sebelah pelabuhan, disana ada yang menjual prata, bubur ayam, mie goreng, lontong sayur, hingga gado-gado.
Saya paling suka bubur ayamnya, rasanya gurih-gurih gimana gitu. Agak sedikit berbeda dengan bubur ayam yang biasa saya makan. Harganyapun cukup terjangkau, hanya Rp10.000/mangkuk besar. Cukup mengenyangkan hingga menjelang makan siang.
[caption id="attachment_335663" align="aligncenter" width="513" caption="Bubur ayam dan teh o."]
Kalau malam hari ada bakso favorit yang wajib saya kunjungi setiap kali ke Belakangpadang. Tempatnya agak sedikit ke kanan dari pasar tersebut. Rasa baksonya sangat kampung, tapi enak. Sayang minumannya hanya tersedia es limun.
Bila lupa atau malas membawa pakaian ganti, jangan khawatir, ada banyak toko baju di Pasar Baru Belakangpadang, lengkap dengan salon yang beroperasi diatas laut. Ada yang toko baju seperti di pasar-pasar, ada juga yang sekelas butik. Bagi yang hobi berfoto atau itikaf di masjid =D, ada banyak masjid dan mushalla di pulau penawar rindu ini.
[caption id="attachment_335665" align="aligncenter" width="440" caption="Masjid di Belakangpadang"]
Saya mungkin orang kesekian yang jatuh cinta dengan pulau tersebut. Bila sudah pensiun nanti saya tidak pulang ke Bogor/Sukabumi, saya tidak keberatan harus tinggal di pulau tersebut. Mudah-mudahan beberapa tahun ke depan pulau tersebut tetap nyaman. Mudah-mudahan juga ada pengusaha yang tertarik untuk mempercantik pulau tersebut sebagai tempat wisata sehingga semakin nyaman ditempati. Amien (*)