Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saat Pemilik Media Tak Lagi Netral

19 Juni 2014   20:23 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:06 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana menjelang Pemilihan Presiden Tahun 2014 agak sedikit berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini keterlibatan masyarakat lebih terasa, apalagi di jejaring sosial. Pendukung PS-HR dan JKW-JK hampir setiap saat memposting berbagai hal positif calon yang mereka dukung. Sebaliknya mereka juga kerap membagikan link berita negatif mengenai lawan dari calon presiden yang mereka dukung.

Tidak hanya itu, beberapa pemilik media juga secara tegas mendukung salah satu pasangan. Beberapa bahkan ada yang aktif di partai – ada yang menjadi ketua umum, ada juga yang hanya sebagai simpatisan. Sebut saja Abu Rizal Bakrie, Surya Paloh, Hary Tanoesudibjo, hingga pemilik Jawa Pos Grup Dahlan Iskan. Empat tokoh tersebut memiliki media elektronik maupun media cetak yang diperhitungkan.

Pemilik media yang terjun ke politik memang bukan hal baru. Silvio Berlusconi misalkan. Pemilik tiga stasiun televisi nasional, surat kabar, dan majalah di Italia tersebut sukses memimpin partai Forza Italia sejak tahun 1994. Ia juga menjadi Perdana Mentri Italia terlama.

Sementara di Indonesia, ada BM Diah. Pendiri Harian Merdeka dan Koran berbahas Inggris Indonesian Observer itu juga terjun ke politik. Ia sempat menjadi Duta Besar, Mentri Penerangan di Era Soeharto, hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) pada rentang 1952 hingga 1955.

Sebenarnya memang sah-sah saja bila pemilik maupun pendiri media terjun ke kancah politik. Tidak ada ketentuan yang melarang raja media untuk berkiprah dijalur politik. Hanya saja sebagai pemilik media tentu harus pandai memisahkan antara kepentingan pribadi politik sang pemilik dengan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi secara akurat dan berimbang.

Saat pemilik media tak lagi netral dan memihak salah satu partai atau calon presiden, dikhawatirkan isi dari surat kabar, majalah, ataupun media elektronik si pemilik tidak lagi untuk kepentingan masyarakat, namun sudah menjurus pada kepentingan pribadi si pemilik untuk mendukung salah satu partai atau salah satu calon presiden.

Pada setiap kegiatan jurnalistik, pasti ada tim editorial yang mencari informasi dan mengolah informasi tersebut sehingga layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Informasi yang disampaikan diharapkan (baca: diharuskan) informatif dan bukan untuk kepentingan orang atau kelompok tertentu.

Saya termasuk pembaca surat kabar/situs berita aktif. Saya juga penonton setia televisi. Namun saya tidak berani menyimpulkan apakah sudah cukup objektif atau belum berita dari media yang pemiliknya memihak kepada salah satu partai/calon presiden. Menurut Kompasianar, sudahkah media milik mereka NETRAL?  (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun