Tidak lengkap rasanya bila berkunjung ke Batam tanpa mencicipi aneka masakan seafood. Kota yang sepelemparan batu dari Singapura tersebut memiliki banyak restoran, resort, dan hotel yang menawarkan aneka masakan laut.
Namun bagi yang pertamakali menjejakan kaki di Batam, mungkin agak bingung memilih tempat makan yang pas – pas di lidah, pas dikantong. Saya akan mencoba berbagi pengalaman restoran mana saja yang layak coba. Berikut ulasannya.
* Sup Ikan Yong Kee
Komplek Nagoya City Center Blok E 8-9 Batam
Komplek Hup Seng Blok A No.5-8, Batam Centre, Batam
Banyak yang sudah mengakui kelezatan sup Ikan Yong Kee. Tidak heran, restoran yang berada di Batam Centre dan Nagoya tersebut sudah beroperasi lebih dari 20 tahun dengan rasa yang tidak pernah berubah sedikitpun.
[caption id="attachment_339858" align="alignnone" width="550" caption="Dok. Edratna/Sup Ikan Yong Kee yang segar."][/caption]
Rasa sup ikannya sangat segar. Saat mencicip kuah sup tersebut akan terasa campuran rasa asam dan gurih. Saya berkali-kali mencoba untuk membuat sup ikan ala Yong Kee di rumah, namun tidak pernah berhasil. Selalu ada rasa yang tidak pernah utuh dari sup ikan yang saya buat. Mungkin karena pada dasarnya juga tidak jago masak =D.
Saya biasanya lebih suka mencicipi Sup Ikan Yong Kee yang di Batam Centre. Mungkin karena dulu sempat berkantor hanya beberapa langkah dari restoran tersebut. Sehingga saat istirahat, dan sedang ada kelebihan uang saya melipir untuk icip-icip sup disana.
Biasanya setiap kali makan disana menghabiskan uang sekitar Rp100.000/orang untuk satu mangkuk sup ikan, sepiring nasi, dan segelas minuman segar. Harga yang cukup sesuai untuk kelezatan yang mungkin tidak bisa didapatkan di tempat lain.
Hanya saja, sejak tahun lalu sempat merebak isu bahwa Sup Ikan Yong Kee belum memiliki sertifikat halal. Beberapa rekan muslim ada yang enggan untuk makan di sana, beberapa ada yang cuek. Saya tidak tahu pasti halal atau tidaknya. Hanya saja agak sedikit khawatir bila isu tersebut sengaja dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab hanya untuk menjegal para pecinta Yong Kee yang muslim.
Isu makanan tidak halal memang sangat sensitif di Indonesia. Apalagi isu terbuat dari dari daging sesuatu, atau dicampur angciu dll. Saya jadi ingat nasib tukang bakso dekat sekolah saya dulu. Bakso tersebut sangat laris, hingga akhirnya ada isu yang merebak bahwa penjualnya menggunakan daging tikut untuk campuran bakso. Gosipnya semakin hangat setelah keluar desas desus bahwa tukang bakso tersebut tidak pernah makan bakso yang ia makan, anaknya yang masih kecil juga selalu dilarang untuk makan bakso. Akhirnya bakso yang dia jual gulung tikar.
Ada lagi kasus yang sama, masih tukang bakso. Hanya saja isu yang berkembang adalah tukang bakso tersebut menggunakan daging cicak. Alhasil tukang bakso yang tadinya ramai tersebut, langsung sepi pengunjung.
Belakangan diketahui bahwa tukang-tukang bakso tersebut tidak pernah menggunakan kedua daging yang pernah dituduhkan tersebut. Merebak lagi isu bahwa tukang bakso tersebut hanya korban dari pesaing yang iri dengan keberhasilan mereka. Kasihan ya, padahal kebenarannya baru terungkap saat usaha mereka sudah gulung tikar.
* Restoran Golden Prawn
Jalan Bengkong Laut, Batam, Kepulauan Riau
Konsep Golden Prawn sedikit berbeda dengan Sup Ikan Yong Kee. Bila Yong Kee berada di tengah kota, Golden Prawn berada di pinggir Kota Batam, tepatnya di Bengkong. Restoran tersebut juga berada di atas laut sehingga pengunjung dapat sambil melihat ikan-ikan laut yang berenang.
[caption id="attachment_339860" align="alignnone" width="640" caption="Dok. Lifeislikethat/Restoran Golden Prawn."]
Kelezatan dan kebersihan makanan di Golden Prawn tidak perlu diragukan. Oleh karena itu tidak heran bila sekelas Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah menyempatkan diri untuk mampir dan menikmati kelezatan masakan khas Golden Prawn.
Untuk menjamin agar rasa tidak pernah berubah. Pemilik restoran tersebut langsung turun ke dapur. Mereka juga membuat takaran bumbu standar yang didokumentasikan di buku khusus untuk setiap masakan. Misalkan, bila membuat satu kilogram ketam (kepiting) asam manis, harus menggunakan satu sendok garam, setengah sendok gula dll. Sehingga, rasa di restoran tersebut akan selalu sama, siapapun yang memasak.
Hal tersebut dilakukan pemilik karena beberapa tahun lalu sempat ada pergeseran rasa yang tidak disukai pelanggan. Saat itu, campur tangan pemilik di dapur memang sedikit mengendur. Namun sejak kejadian tersebut, pemilik restoran selalu memantau proses memasak aneka makanan yang akan dihidangkan kepada pelanggan.
Golden Prawn termasuk salah satu restoran yang menawarkan fasilitas lengkap. Bagi pengunjung luar kota yang ingin menghabiskan waktu sedikit lebih lama di Kota Batam dapat menginap di Golden View Hotel. Setelah itu dapat menikmati aneka permainan yang ditawarkan di sekitar Golden Prawn.
* Restoran Sri Rejeki
Batu Besar, Nongsa, Batam
Restoran ini hampir sama dengan Golden Prawn, baik konsep maupun jenis makanannya. Hanya saja bila Golden Prawn terletak di Bengkong, Sri Rejeki terletak di Nongsa. Kita dapat melihat gugusan laut sambil menikmati kelapa hijau.
[caption id="attachment_339862" align="alignnone" width="640" caption="Dok Pribadi/Restoran Sri Rejeki."]
Makanan yang paling saya sukai dari restoran ini adalah gonggong dan kepiting. Gonggong merupakan makanan khas Batam. Bentuknya seperti kerang, hanya saja cara mengkonsumsinya seperti makan tutut (orang Sunda pasti tahu tutut =D). Kita harus menggunakan tusuk gigi untuk mengeluarkan daging gonggong dari rumahnya.
[caption id="attachment_339861" align="alignnone" width="450" caption="Dok. Spicygasm/Gonggong khas Batam."]
Sri Rejeki lebih jauh lagi dari pusat kota dibanding Golden Prawn. Hanya saja restoran ini lebih dekat dari Bandara Hang Nadim, sehingga sambil pulang menuju bandara, pengunjung dapat sekalian mampir ke Restoran Sri Rejeki. Tentu, dengan rentang waktu yang harus disesuaikan.
Restoran Jawa-Melayu
Piayu Laut, Tanjung Piayu, Batam
Restoran Jawa-Melayu merupakan restoran seafood favorit saya. Saya paling suka ke restoran ini dibanding berkunjung ke tiga restoran yang sudah saya sebutkan diatas. Bukan apa-apa, harga aneka makanan di restoran ini sangat miring. Kita makan ber-20 orang dengan menu yang sangat wah, kepiting, udang, sotong dengan jumlah berkilo-kilo dan berpiring-piring, hanya mengeluarkan uang kurang dari Rp1.500.000.
[caption id="attachment_339864" align="alignnone" width="550" caption="Dok. Sekilaspengalamnku/Suasana Restoran Jawa-Melayu."]
Padahal bila makan di tiga restoran itu pasti kita harus merogoh kocek lebih dalam. Restoran Jawa-Melayu mungkin lebih terjangkau harganya karena lebih jauh lagi dari pusat kota. Kita harus melewati jalan yang mirip hutan dengan pemandangan laut yang cukup indah di kanan-kiri.
[caption id="attachment_339865" align="alignnone" width="400" caption="Dok. Isu Kepri/Salah satu jalan yang harus dilewati bila mau ke Restoran Jawa-Melayu."]
Saat mendekati restoran tersebut, ada beberapa meter jalan yang belum diaspal alias masih jalan tanah yang bila hujan cukup becek. Restoran Jawa-Melayu tersebut terletak di tengah rumah warga, diujung Kota Batam. Saat makan di restoran tersebut kita dapat melihat gugusan pulau kecil, baik yang jauh maupun yang dekat dengan laut berwarna hijau yang menghampar.
Hanya saja sesuai dengan harga restoran tersebut, bangunannya lebih sederhana dibanding Golden Prawn dan Sri Rejeki. Bangkunya masih bangku kayu yang belum diolah dan dihaluskan, alias bangku kayu yang hanya dipotong panjang begitu saja.
Makanan favorit saya di Jawa-Melayu adalah tapis. Bentuk dan rasanya seperti kerang hanya saja lebih datar. Setiap satu piring tapis, biasanya akan dilengkapi dengan satu piring kecil cabe hijau dan bawang putih yang sudah di ulek. Slurp… pokoknya sedap.
Hanya saja di Piayu Laut tersebut berderet beberapa restoran. Saya sarankan makan yang di restoran Jawa-Melayu, jangan di yang lain bila ingin harga miring. Sebab, bila makan di restoran sebelah yang ada di sekitar situ, harganya sudah hampir sama dengan Restoran Sri Rejeki maupun Golden Prawn!
Barelang Seafood Restaurant
Jembatan I Barelang, Batam
Masakan di Barelang Seafood Restaurant sangat enak dengan pemandangan laut yang langsung menghadap ke Jembatan Barelang. Selain itu juga ada ruang VIP bila kita ingin diservis dengan sangat berbeda. Ada waiter/waitress yang siap sedia berdiri tak jauh dari meja tempat kita makan.
Namun menurut saya lebih enak makan di tempat yang biasa alias non VIP, karena kita akan merasakan angin sepoi-sepoi khas pantai dibanding duduk manis di ruang VIP yang ditutup kaca sepenuhnya.
Biasanya saya mampir ke restoran ini bila ada tamu perusahaan yang istimewa, seperti ada kunjungan dari perusahaan yang berdomisili di luar Indonesia, seperti Afrika Selatan atau Cina. Harga makanan di restoran ini memang lebih tinggi dibanding restoran yang sudah saya sebutkan diatas. Namun setara dengan pemandangan yang ditawarkan. Apalagi sehabis makan dapat langsung ke jembatan Barelang yang cukup terkenal dan wajib kunjung bagi wisatawan asing maupun lokal.
Jadi, selamat datang ke Batam, selamat berwisata kuliner. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H