Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bonus Demografi, Potensi Indonesia Menjadi Negara Maju

9 Oktober 2014   21:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:42 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melakukan koordinasi dengan kementrian/instansi pemerintah terkait untuk mensosialisasikan pentingnya imunisasi, hingga memastikan gizi yang cukup untuk batita, balita, anak-anak, hingga ibu hamil dan menyusui,  dengan menyediakan makanan tambahan yang bergizi tinggi.

Melakukan edukasi organ reproduksi untuk anak-anak remaja hingga melakukan pendampingan bagi anak-anak tenaga kerja wanita (TKW). Anak TKW tersebut dipastikan bersekolah dengan biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah, diberi asupan gizi yang baik, hingga memastikan mereka diasuh dengan baik.

Tim BKKBN melaksanakan program tersebut dengan terjun langsung ke wilayah-wilayah yang disinyalir menyumbang TKW cukup banyak. Agar program berjalan maksimal, BKKBN tidak berjalan sendiri, namun dengan menggandeng pemerintah daerah.

Mengapa BKKBN menyasar keluarga dan anak-anak TKW untuk meningkatkan kualitas penduduk Indonesia? Pembicara dari BKKBN, Yunus Patriawan Noya selaku Deputi Advokasi Pergerakan dan Informasi BKKBN dan Suyono Hadinoto Direktur Dampak Kependudukan BKKBN pada acara Kompasiana Nangkring bersama BKKBN di de Arianis Café, Batam, Rabu (8/10) mengungkapkan bahwa kulaitas bangsa berawal dari keluarga. Itu makanya BKKBN sangat konsen memastikan bahwa anak-anak diasuh dengan baik dan mendapatkan gizi seimbang sehingga tumbuh menjadi anak sehat, cerdas dan kuat.

Sementara anak-anak TKW secara khusus didampingi agar kelak mereka tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan berguna, bukan menjadi anak yang kerap memicu masalah karena kehilangan kasih sayang orangtua, khususnya ibu. Sehingga, meski ditinggal jauh ibunda yang bekerja mencari nafkah, mereka tetap tumbuh menjadi pribadi yang kelak dapat dibanggakan.

[caption id="attachment_346782" align="aligncenter" width="450" caption="Dok Pribadi/Peserta saat menjawab pertanyaan dari MC."]

14128379281442102018
14128379281442102018
[/caption]

“BKKBN melakukan pendekatan 360° agar misi dan visi BKKBN dapat terealisasi secara optimal. Selain melakukan sosialisasi, edukasi dan pendampingan secara langsung, kami juga melakukan edukasi dan sosialisasi melalaui media, mulai dari media televisi, cetak hingga media online, salah satunya bekerjasama dengan Kompasiana,” ungkap Deputi Advokasi Pergerakan dan Informasi BKKBN Yunus Patriawan Noya.

Tak hanya itu, BKKBN juga memberikan penghargaan bagi kepala daerah yang mendukung program BKKBN. Badan tersebut juga memberi penghargaan pada perusahaan yang membuat iklan dengan menggunakan dua anak. Hal tersebut dilakukan agar program dua anak cukup semakin melekat di masyarakat. Tak terbayangkan bila banyak iklan yang menayangkan iklan dengan tiga atau lima anak? Yunus menuturkan dengan setengah bergurau, bisa-bisa program pemerintah kandas karena banyak yang tergiur untuk memiliki anak lebih dari dua.

Selain dari BKKBN, acara yang dipandu oleh admin Kompasiana, Nurulloh, tersebut juga menghadirkan Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LDFE-UI) DR. Sonny Harry B Harmadi yang memaparkan potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan Indonesia terkait bonus demografi.

Sonny mengingatkan, meski Indonesia memiliki bonus demografi dan memiliki potensi untuk melajukan ekonomi selama 33 tahun – dari tahun 2012 hingga 2045. Namun bukan berrati Indonesia akan tinggal landas menjadi negara maju. Bisa saja bonus demografi tersebut terlewatkan begitu saja, seperti halnya Afrika Selatan dan Brazil.

“Namanya juga potensi, bisa berhasil bisa tidak. Contoh yang kurang optimal memanfaatkan bonus demografi adalah Brazil dan Afrika Selatan, sementara yang dapat memanfaatkan dengan baik adalah Korea Selatan dan Cina,” ungkap pengajar di Universitas Indonesia tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun