Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pasar Belakang Padang, Pasar di Atas Laut

15 Desember 2014   07:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:18 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_359425" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Penjual bendera sekaligus tukang jahit."]

1418578702309143913
1418578702309143913
[/caption]

Ada satu toko bangunan yang berdiri diatas air yang menurut saya lumayan unik. Toko bangunan yang menjual semen, pasir, keramik, dll tersebut tidak dibangun permanen, namun dibuat dari kayu. Bagian depan toko tersebut dilabuhi perahu yang cukup besar. Sepertinya perahu tersebut untuk mengirim aneka bahan bangunan ke pulau-pulau sekitar Pulau Belakang Padang.

Meski bernama pasar tradisional, Pasar Belakang Padang terlihat cukup bersih. Jalanan yang cukup terbatas terlihat bersih dan tak henti dilintasi oleh becak dan kendaraan roda dua. Beberapa pembeli bahkan berbelanja langsung dari motor. Mungkin mereka malas memarkirkan motor dan berbelanja dengan cara berjalan kaki.

[caption id="attachment_359426" align="alignnone" width="500" caption="Dok Pribadi/Toko Furniture."]

14185787831625641585
14185787831625641585
[/caption]

Walaupun penempatan penjual terlihat tidak begitu teratur, berkeliling di pasar tersebut sangat menyenangkan. Apalagi bagi yang pertamakali berbelanja. Pasti menimbulkan kesan tersendiri. Penjual buah yang ditempatkan disebalah toko pakaian, penjual sayur yang menjajakan dagangan di sebelah toko emas, sama sekali tidak mengganggu pemandangan. Mungkin karena para pedagang itu sangat menjaga kebersihan. Mereka tidak menumpuk sampah sehingga tidak menimbulkan bau tak sedap.

[caption id="attachment_359427" align="alignnone" width="500" caption="Dok Pribadi/Pos Pelayanan Teknis."]

14185788601316054590
14185788601316054590
[/caption]

Pasar Belakang Padang hanya mengelompokan penjual ikan di sayap sebelah kanan pasar. Mereka menempati bangunan sendiri yang lumayan luas. Mungkin pengelola memisahkan penjual ikan di bangunan baru untuk menghindari bau amis dari ikan-ikan yang biasanya siap disiangi oleh penjual sebelum dijual ke pembeli.

***

[caption id="attachment_359429" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Toko Emas."]

14185791711536597113
14185791711536597113
[/caption]

Oya meski tercatat sebagai penduduk Kecamatan Belakang Padang, saya sendiri lebih memilih tinggal di Pulau Batam karena alasan pekerjaan. Meski begitu, secara berkala saya dan suami rutin pulang ke Belakang Padang untuk menengok keluarga besarnya yang tersebar di pulau tersebut.

Terakhir saya dan suami ke Belakang Padang, Sabtu sore, 13 Desember 2014 lalu. Ternyata kunjungan tersebut sedikit kurang tepat. Bulan Desember merupakan musim angin utara. Saat kami berangkat dari Pelabuhan Sekupang, hujan turun rintik-rintik. Meski langit terlihat menghitam, kami memaksakan diri tetap berangkat karena merasa sudah terlanjur jalan.

Alhasil selama 20 menit saya berdoa tak henti-henti di dalam hati karena perahu goyang ke kiri dan kanan lumayan kencang. Gelombang laut sangat kuat, apalagi beberapa meter setelah perahu berangkat dari pelabuhan, hujan turun sangat deras. Selama di perahu, saya merasa seperti penumpang gelap yang akan diselundupkan ke negara tetangga seperti yang diceritakan di film-film, hehehe lebay.

Anak dan suami saya terlihat lebih tenang. Mereka duduk manis sambil memejamkan mata dan berlindung dibalik payung yang dibuka lebar-lebar di bagian depan perahu untuk menghalau air hujan. Sementara saya, terlihat sangat gelisah, mengintip keluar dari balik payung untuk melihat sejauh mana perahu tersebut sudah berlayar (baca: kapan sampai).

Saat penutup perahu dibuka karena sudah mendekati Pelabuhan Belakang Padang, dengan jelas saya melihat goyangan air laut yang sedikit menyeramkan. Air laut itu meliuk-liuk seolah akan menenggelamkan perahu. Para penumpang, dengan terburu-buru langsung naik ke pelantar. Saya mencatat dalam hati, saat musim hujan, saat musim angin utara, saya tidak akan mau berangkat ke Belakang Padang sore hari – diatas pukul 16:00 WIB.

[caption id="attachment_359430" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Tempat reparasi barang elektronik."]

1418579253439058078
1418579253439058078
[/caption]

Meski demikian, berjalan-jalan menyusuri Pasar Belakang Padang sangat menyenangkan. Selain berbelanja, di Belakang Padang pengunjung dapat berwisata kuliner dengan harga terjangkau. Apalagi saaat malam hari, tak jauh dari Pasar Belakang Padang, ada Lang Lang Laut yang menyediakan aneka hiburan dan makanan seperti pasar malam.

Perjalanan Batam – Belakang Padang juga sebenarnya sangat seru. Apalagi bila angin hanya bertiup lembut. Kita bisa melihat hamparan laut biru dengan deretan samar gedung pencakar langit Singapura. Kita juga bisa melihat kapal-kapal besar yang terkadang melaut di rute Batam-Belakang Padang.

Jadi tertarik berkeliling ke Belakang Padang? Jangan lupa berangkat pagi-pagi atau siang hari untuk menghindari angin utara yang bisa membuat perahu meliuk-liuk. Yuuk selamatkan pasar rakyat dengan berbelanja di pasar tradisional. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun