Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pasar Belakang Padang, Pasar di Atas Laut

15 Desember 2014   07:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:18 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_359410" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Tempat penjualan ikan di Pasar Belakang Padang."][/caption]

Ceu, kangkungna sakilo

Minggu pagi, 14 Desember 2014, saat berbelanja kebutuhan sehari-hari di Pasar Belakang Padang, Kota Batam, saya langsung menajamkan indera pendengaran. Saya yang sedang khusuk memilah jeruk santang, langsung tidak mempedulikan jeruk-jeruk itu saat mendengar percakapan antara penjual dan pembeli dalam Bahasa Sunda.

Kacang panjangna oge, Ceu, tapi ulah loba teuing

Saya yang awalnya ragu untuk menyapa, akhirnya memberanikan diri menanyakan dari mana asal ibu-ibu yang asik mengobrol dengan Bahasa Sunda tersebut? Mereka berdua mengaku dari Bandung dan sudah lama menetap di Pulau Belakang Padang – yang memerlukan waktu tempuh sekitar 20 menit dengan menggunakan perahu boat dari Pulau Batam.

[caption id="attachment_359411" align="aligncenter" width="534" caption="Dok Pribadi/Penjual ikan dan pembeli saat berinteraksi. "]

1418577482786134730
1418577482786134730
[/caption]

Ibu penjual sayuran tersebut ternyata bukan satu-satunya pedagang yang berasal dari tanah Pajajaran, hanya beberapa blok dari kios tersebut ada penjual sarapan pagi yang berasal dari Cianjur. Saat menikmati bubur ayam dan segelas teh o, saya berasa sedang mudik ke Sukabumi. Hal itu dikarenakan penjual bubur, pembeli dan beberapa asistennya di kedai tersebut mengobrol dengan bahasa daerah yang lumayan saya kuasai.

Saat mendengar Bahasa Sunda digunakan di tanah Melayu, saya memang agak sedikit takjub. Apalagi Belakang Padang merupakan pulau terluar Indonesia yang jaraknya sangat dekat dengan Singapura. Melalui salah satu sudut di Pasar Belakang Padang, kita dapat melihat deretan gedung bertingkat yang ada di negeri Singa.

[caption id="attachment_359413" align="aligncenter" width="534" caption="Dok Pribadi/Bila di zoom dari sudut ini dapat terlihat deretan gedung Singapura."]

1418577580259487934
1418577580259487934
[/caption]

Namun justru karena jarak yang begitu dekat dengan negeri tetangga, kerabat suami yang memang asli Belakang Padang mengungkapkan, banyak orang Sunda yang akhirnya menetap di Pulau Penawar Rindu tersebut. Mereka umumnya eks TKW yang tidak lagi pulang ke daerah asal. Setelah masa kerja di Singapura habis, beberapa dari mereka menikah dengan penduduk pulau yang ada di sekitar Belakang Padang, kemudian membuka usaha. Setelah usaha mereka berhasil, biasanya mereka mengajak sanak-saudara yang tinggal di kampung halaman untuk ikut merantau. Itu makanya tidak heran bila pasar Belakang Padang, terkadang seperti pasar tradisional yang ada di daerah Jawa Barat karena perbincangan antara pembeli dengan penjual tersebut.

Selain Suku Sunda, Etnis Cina juga cukup mendominasi Pasar Belakang Padang. Mereka umumnya membuka toko serba ada yang menjual beragam kebutuhan pokok, mulai dari kosmetik, makanan ringan, hingga sembako. Sebagian dari mereka ada juga yang membuka kedai makanan dan minuman. Sebagian Etnis Tionghoa tersebut ada juga yang menjual ikan segar hasil melaut para nelayan.

[caption id="attachment_359414" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Toko bangunan lengkap dengan perahu untuk mengantar."]

1418577702488991996
1418577702488991996
[/caption]

Hasil melaut para nelayan tersebut ditampung oleh para pengepul yang kemudian dijual oleh para pedagang di pasar. Ikan yang dijual merupakan ikan segar dan dipastikan tidak mengandung bahan pengawet. Harga yang ditawarkan juga lebih murah bila dibandingkan dengan membeli di pasar tradisional Pulau Batam. Selisih harganya bisa Rp10.000 hingga Rp15.000/kg ikan.

***

[caption id="attachment_359415" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Deretan sendal yang dijual."]

14185778811408121989
14185778811408121989
[/caption]

Pasar Belakang Padang merupakan tempat perbelanjaan satu-satunya yang ada di Pulau Belakang Padang, Batam. Pasar tersebut berada disamping kanan Pelabuhan Belakang Padang atau sebrang Polsek Belakang Padang. Bagian depan pasar tersebut dipenuhi oleh ruko yang menjual beragam barang kebutuhan sehari-hari yang dibangun secara permanen.

Beberapa ruko tersebut ada juga yang menjual makanan dan minuman khas Melayu. Ada yang menjual prata, mie lendir, nasi lemak, dan beragam penganan lain yang menggugah selera. Umumnya, para penduduk yang tidak sempat memasak, atau pendatang yang berlibur ke Belakang Padang dari pulau-pulau sekitar, mampir untuk mencicipi aneka masakan di kedai-kedai tersebut untuk sarapan.

[caption id="attachment_359416" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Salah satu kedai di Pasar Belakang Padang."]

14185779641495949684
14185779641495949684
[/caption]

Apalagi harga yang ditawarkan di kedai-kedai tersebut cukup terjangkau. Umumnya sekitar Rp15.000 s/d Rp25.000 untuk sekali makan – sudah termasuk satu porsi makan dan minum. Minuman favorit pengunjung adalah teh tarik hangat (teh yang di campur susu) dan teh o (teh manis hangat), meski ada juga beberapa yang nekat memesan teh obeng (teh manis dingin) ditengah cuaca pagi yang lumayan dingin.

[caption id="attachment_359417" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Deretan penjual pakaian."]

1418578065929214012
1418578065929214012
[/caption]

Meski terletak di pulau yang cukup terpencil, Pasar Belakang Padang menawarkan beragam barang yang sangat lengkap dengan harga terjangkau. Pasar tersebut menawarkan aneka sayuran, buah-buahan, pakaian, sepatu, elektronik, furniture, hingga mainan anak-anak yang kerap dimainkan anak-anak kecil di kota besar.

Saat anak saya merengek meminta mainan, saya sempat khawatir dulu saja saya membeli mainan sejenis itu di salah satu mall lumayan besar di Kota Bogor harganya sekitar Rp75.000. Bila saya membeli di pasar tersebut pasti harganya lebih mahal karena tempatnya kan di pulau kecil. Sayang kan selisih uangnya, ibu-ibu pelit =D.

[caption id="attachment_359419" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Pembeli sibuk memilah sayur."]

1418578128636037494
1418578128636037494
[/caption]

Namun ternyata saya salah. Saat saya tanyakan harganya, si penjual menyebut nominal yang sangat masuk akal – hanya sepertiga dari harga di mall besar di Bogor. Saat saya tanya mengapa bisa sangat murah harganya, ia mengatakan membeli langsung dari luar negeri, sehingga harganya sangat kompetitif.

Pedagang tersebut juga menawarkan tas branded kw yang biasa dijual di Pulau Batam. Harga yang ditawarkan oleh pedagang tersebut harganya lebih murah sekitar Rp50.000 s/d Rp100.000 dibanding tas-tas kw yang dijual di Batam, padahal dengan kualitas yang sama baiknya. Ia mengatakan harga tersebut bisa sangat bersaing karena mengambil langsung dari Korea dan Bangkok, Thailand.

[caption id="attachment_359420" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Copet sepertinya tidak ada, tapi ada pengemis. Sila sedekah seikhlasnya."]

1418578205821228418
1418578205821228418
[/caption]

Katanya banyak orang-orang Jakarta yang kebetulan berlibur ke Belakang Padang, memborong beberapa tas. Saya yang meski agak naksir dengan beberapa tas yang dipajang, memilih untuk tidak membeli – soalnya tidak dianggarkan sejak awal – apalagi di Pulau Belakang Padang belum ada atm (seperti yang saya tulis di artikel beberapa waktu), sehingga bila kita kekurangan uang, bisa-bisa nanti tidak bisa pulang =D.

Puas melihat-lihat tas, saya menawar-nawar baju anak. Baju-baju princess jaman sekarang yang biasanya di Batam saya beli sekitar Rp50.000, di pasar tradisional tersebut dijual dengan harga Rp30.000. Untuk baju yang ukuran kecil bahkan dijual dengan harga Rp20.000, Pedagang pakaian tersebut mengatakan, harga tersebut sangat bersaing karena mereka membeli langsung dari pemasok.

[caption id="attachment_359423" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Suasana Pasar Belakang Padang."]

14185784441111752693
14185784441111752693
[/caption]

Namun harga lebih terjangkau tersebut ternyata tidak berlaku untuk sayuran. Harga sayur mayur sedikit lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan para pedagang mengambil sayur mayur dari Pulau Batam. Sehingga bila di Batam kangkung satu genggaman bisa dibeli dengan harga Rp4.000, di Belakang Padang harganya sekitar Rp6.000.

***

[caption id="attachment_359424" align="alignnone" width="667" caption="Dok Pribadi/Ada yang jual burung juga."]

14185786111397458175
14185786111397458175
[/caption]

Saya sudah beberapa kali berkeliling di Pasar Tradisional Belakang Padang. Meski sudah berkunjung lebih dari sekali, saya tetap saja merasa takjub dengan pasar tersebut. Apalagi kios-kios di pasar tersebut berdiri diatas laut. Pengelola membangun penopang beton untuk membuat bangunan dan jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun