Diantara para rahib mereka juga terdapat orang-orang yang baik dan shaleh. Mereka senantiasa mendapat Wahyu bahwa Nabi akhir zaman dan Imam zaman akan segera muncul. Itulah mengapa beberapa ulama Rabbani yang telah menerima Wahyu dari Allah ta'ala ini datang dan bermukim di negri Arab. Akan tetapi tatkala Nabi yang dijanjikan Saw itu muncul, maka sifat kecongkakan dan kefanatikan telah membinasakan kebanyakan rahib itu dan hati mereka telah menjadi hitam kelam. Namun beberapa diantaranya yang bernasib baik menjadi muslim dan keislaman mereka patut dipuji.
Pendek kata, hendaklah hal ini membawa kita kepada rasa takut terhadap Allah SWT dan menjadi sangat berhati-hati dan waspada.
Hendaklah diingat di sini, bahwa Allah SWT telah menjadikan berbagai suku bangsa dengan tujuan supaya tegaknya suatu tatanan peradaban jasmani sehingga kerjasama dan rasa belas kasih dapat terjalin di kalangan manusia melalui hubungan dan ikatan timbal balik. Jadi dengan tujuan itu pulalah dia telah menegakkan tatanan silsilah kenabian dan Imamat agar di dalam umat Muhammad Saw ini tercipta hubungan-hubungan ruhani sehingga satu sama lain akan saling memberikan syafaat.
Lalu, sebuah pertanyaan pun terbersit. "Siapakah yang disebut Imam zaman itu dan apakah keunggulannya dari para mulham, para pelihat-mimpi dan para ahli kasyaf lainnya?"
Jawaban untuk pertanyaan itu ialah bahwa, Imam zaman merupakan nama bagi seseorang yang tarbiyat keruhaniannya langsung dari Allah SWT. Dia menanamkan suatu cahaya imamat didalam fitratnya sedemikian rupa sehingga ia unggul di atas seluruh ahli pikir dan filosofi di seluruh dunia serta mengalahkan mereka semua dalam sebuah perdebatan. Dengan kekuatan dari Allah SWT, ia menjawab dengan begitu gemilangnya segala macam keberatan yang halus dan yang tidak dapat di mengerti sehingga pada akhirnya terpaksa diakui bahwa fitratnya telah datang ke dunia fana ini dengan membawa segala sarana yang lengkap untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, ia tidak akan merasa malu di hadapan musuh. Secara rohani, ia adalah seorang panglima lasykar Muhammad Saw dan merupakan kehendak Allah ta'ala bahwa ditangannya, agama (Islam) akan memperoleh kemenangan untuk kedua kalinya.
Mereka yang datang bernaung di bawah benderanya juga dianugerahi berbagai kemampuan bertaraf tinggi. Di dalam dirinya diberkati dengan segala syarat yang diperlukan untuk mengadakan perbaikan serta segala ilmu yang diperlukan untuk menyangkal segala keberatan dan juga untuk menampilkan segala keindahan Islam.
Di samping itu, karena Allah SWT mengetahui bahwa ia akan dan harus berhadapan pula dengan orang-orang tak beradab dan lancang maka ia juga dianugerahkan derajat tinggi dalam kekuatan moral. Di dalam hatinya bersemayam rasa kasih sayang sejati kepada segenap umat manusia.
Seorang Imam (khalifah), tidaklah seperti orang-orang yang suka mendendam dan cepat marah dan yang langsung terbakar emosi setelah mendengar caci-makian dan pada wajah mereka tampak tanda-tanda azab yang pedih, yang disebut kemurkaan serta terus saja melontarkan perkataan penuh gejolak amarah dan membakar hati tanpa kenal waktu dan kesempatan. Ini bukanlah kondisi mereka yang memiliki akhlak.
Pendek kata, adalah wajib bagi para Imam (khalifah) untuk memiliki keadaan akhlak yang sempurna. Sebuah perkataan yang kasar tidaklah bertentangan dengan keadaan akhlak jika disampaikan bukan karena gejolak emosi dan amarah serta sesuai pada tempatnya dan keperluannya. Patut dijelaskan bahwa, "Barangsiapa yang dijadikan Imam (khalifah) oleh tangan Tuhan maka di dalam fitratnya pun ditanamkan kekuatan Imamat (keimaman).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H