Mohon tunggu...
Cucu Suwandana
Cucu Suwandana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Program Doktoral UNINUS Bandung

Cucu Suwandana adalah Kepala SMPN 2 Talegong Kabupaten Garut, penulis buku "layanan pelet sutera" ,"mendongkrak profesionalisme guru di daerah tertinggal" dan "Pelet sutera" dari sudut pandan Agama, Filsafat,Psiokologi, dan Sosiologi. Kepala SMP inspiratif terbaik tingkat nasional tahun 2021

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) Berpotensi Terjadinya Learning Loss

5 Desember 2021   21:38 Diperbarui: 14 April 2022   10:30 8477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadiran pandemic covid-19, menimbulkan sejumlah persoalan genting yang menghantui bangsa ini, meluluhlantahkan sendi-sendi kehidupan bangsa hingga melahirkan masalah sosial yang multi dimensi baik politik, sosial, budaya, ekonomi hingga ketahanan mental baik fisik maupun spiritual yang harus segera diatasi karena menyangkut keberlangsungan hidup dan kemandirian jati diri bangsa termasuk di dalamnya layanan pendidikan pada sekolah secara khusus.

Pada bulan Juli tahun 2021 Pemerintah Kabupaten Garut  telah mengijinkan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas ( PTMT) dengan persyaratan protokol kesehatan yang sangat ketat. Hadirnya PTMT merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh lapisan masyarakat karena pembelajaran yang selama ini terjadi dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik secara daring ( dalam Jjringan) maupun luring (luar jaringan) telah memberikan permasalahan di berbagai lini.

Pembelajaran Tatap Muka terbatas (PTMT) adalah merupakan pembelajaran transisi dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)  menuju pembelajaran  tatap muka sepenuhnya. Menggunakan Salah satu konsekuensi dari PTMT ini adalah pembelajaran menggunakan metode Blended Learning Inside-Out dimana metode ini memadukan pembelajaran di dalam kelas dan berakhir di luar kelas. Pada PTMT  pembelajaran dilakukan 50 % baik jumlah siswa maupun jam pembelajarannya, misalnya di tingkat SMP Jumlah jam pelajaran 1 jam itu 40 menit menjadi 20 menit, satu hari hanya direkomendasikan 3 jam belajar tanpa istirahat ( 180 menit).  

Pembelajaran tatap muka terbatas ini apabila tidak dikelola secara profesional  maka akan menimbulkan Learning Loss. Learning Loss artinya hilangnya kesempatan mendapatkan pembelajaran yang efektif, bahkan bisa sampai hilangnya pengetahuan dan keterampilan yang seharusnya didapatkan oleh peserta didik.

Learning Loss pada PTMT ini menurut penulis bisa diakibatkan oleh tiga factor, yaitu: 1) faktor psikologis peserta didik dalam menghadapi pembelajaran di masa pembelajaran tatap muka terbatas; 2) kesiapan guru dalam menghadapi pembelajaran tatap muka terbatas; 3) sarana dan prasarana, apakah mendukung siswa untuk mendapatkan pembelajaran yang efektif.

Faktor pertama yang bisa menjadi penyebab Learning Loss adalah kesiapan siswa secara psikologis, kita perlu sadari bahwa  kurang lebih 2 tahun siswa belajar di rumah.  Hal ini tentunya akan banyak sekali pengaruh yang masuk dan mempengaruhi karakter siswa dalam menyikapi pembelajaran. 

Ketika kita mendengar rindunya anak-anak dengan suasana sekolah yang bersifat tatap muka, kita perlu analisis dengan kuat apakah kerinduan anak terhadap situasi pembelajaran tatap muka ini karena benar-benar mereka ingin belajar, ataukah kerinduan mereka itu dikarenakan keinginannya untuk bermain,/bercanda, atau mungkin saja muncul keinginan-keinginan bercanda yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan perundungan. Seluruh kemungkinan ini menunjukkan bahwa secara psikologis kesiapan anak sangat berpengaruh pada pembelajaran yang bisa saja menjadi pendorong terjadinya learning loss, apabila tidak dikelola dengan baik.

Faktor kedua yang bisa menjadikan learning loss pada PTMT ini adalah kesiapan guru dalam merencanakan sebuah pembelajaran yang benar-benar efektif di masa tatap mjuka terbatas, kalau saja guru tidak memiliki strategi khusus maka learning loss dapat terjadi. 

Misalnya karena waktu pembelajaran hanya 20 menit untuk satu jam pelajarannya maka diperlukan strategi bagaimana waktu yanhg singkat itu bisa memberikan arahan dan tuntunan agar pembelajaran di luar tatap muka bisa efektif. 

Guru harus bisa memanfaatkan waktu yang sedikit untuk memberikan informasi dan bimbingan tentang materi-materi pokok pada waktu tatap muka untuk dikembangkan di saat di luar kelas yang kedua apakah guru sudah terampil memanfaatkan TIK untuk pembelajaran sehingga dengan bantuan teknologi maka pembelajaran yang dilakukan saat tatap muka benar-benar bermakna dan efektif.

Faktor yang ketiga yang bisa menimbulkan learning loss adalah sarana dan prasarana , apakah sarana dan prasarana yang tersedia bisa mendukung pembelajaran yang efektif ? misalnya ketersediaan  proyektor untuk digunakan guru agar pembelajarannya bisa lebih efektif, apakah lingkungan belajar bisa menciptakan anak aman dan nyaman dalam belajar di sekolah, apakah buku-buku sumber sudah tersedia dengan lengkap? yang tak kalah penting adalah apakah sumber internet di sekolah sudah memadai?. Semua ini apabila tidak dikelola dengan  baik maka learning loss bisa terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun