Identitas Novel
- Judul Buku         : Bumi Manusia
- Penulis             : Pramoedya Ananta Toer
- Penerbit            : Hasta Mitra (PT Jakarta - Amsterdam Jalan PLN 36, Pancoran Jakarta Selatan, Indonesia)
- Tahun Terbit       : Cetakan pertama Agustus 1980, cetakan kedua September 1980
- Jumlah Halaman   : 535 halaman
Pendahuluan
Novel yang berbicara tentang perjuangan seorang perempuan melawan kelas dan struktur sosial yang sudah dibangun adalah novel "Bumi Manusia". Novel ini dituliskan oleh Pramoedya Ananta Toer, atau yang lebih akrab disapa Pram. Pram adalah salah satu Sastrawan besar yang pernah dimiliki Indonesia. Putra sulung dari seorang Kepala Sekolah Institut Budi Oetomo ini telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa asing. Pram yang pernah bekerja sebagai juru ketik dan korektor di kantor berita Domei (LKBN ANTARA semasa pendudukan Jepang) memantapkan pilihannya untuk menjadi seorang penulis. Ia telah menghasilkan artikel, puisi, cerpen, dan novel sehingga melambungkan namanya sejajar dengan para sastrawan dunia.
Sinopsis
Novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang perempuan desa yang dinikahkan dengan kaum bangsawan oleh ayahnya. Ia dinikahkan oleh ayahnya saat masih berumur sangat muda. Akan tetapi, nikah paksa kali ini bukan suatu keterpaksaan yang membuat Nyai Ontosoroh kecewa. Walaupun ia sangat membenci orang tuanya akan tetapi banyak keuntungan yang dia dapat dari kaum bangsawan tersebut. Ia diajarkan menulis dan membaca dalam bahasa Belanda. Ia mulai diajarkan bagaimana mengelola perusahaan dan ladang yang dimiliki oleh kaum bangsawan tersebut.
Nyai Ontosoroh tidak hanya bisa baca tulis dan berbahasa Belanda tanpa cela, ia bahkan memimpin perusahaan keluarga. Menjadi Ibu tunggal bagi Robert dan Annelies Mellema, juga bisa bersolek dengan necis layaknya priyayi, meski darah biru tak pernah mengalir dalam tubuhnya. Nyai Ontosoroh berperan besar bagi Minke, tokoh utama dalam Tetralogi Pulau Buru. Minke adalah menantu Nyai Ontosoroh, ia menikahi Annelies. Konflik pun terjadi, suami Nyai Ontosoroh, Herman Mellema dibunuh. Statusnya sebagai penguasa pabrik goyah, dia sadar dirinya gundik yang tidak memiliki hak sedikit pun untuk memiliki perusahaan termasuk anaknya sendiri. Ia tak mau menyerah begitu saja, lantas bangkit melawan untuk mempertahankan haknya bersama Minke menantunya.Tapi apa daya sekuat apa pun melawan, Nyai Ontosoroh hanya seorang Nyai. Dia benar-benar tak berkutik di hadapan hukum kolonial Belanda.
Mereka kalah di hadapan peradilan kolonial Belanda. Annelies Mellema diambil oleh orang-orang Belanda. Minke kekasihnya tak mampu berbuat banyak. Semua orang melepas kepergian Annelies dengan duka. Melalui penggambaran Pramoedya Ananta Toer di atas, Bumi Manusia melalui penggambaran tokoh Nyai Ontosoroh merupakan salah satu novel yang berhasil menyuarakan gabungan isu ideologis terhadap perempuan yang memperjuangkan haknya dalam bidang ekonomi, hukum, politik dan kehidupan sosial dalam dampak kolonialisme.
Kelebihan Buku
Apabila dilihat dari penulisan, novel Bumi Manusia sangatlah bagus. Setiap peristiwa ditulis selaras dan penuh arti. Pada tiap-tiap bab pun diceritakan dengan pembabakan yang gamblang meskipun sesekali terjadi perubahan point of view atau sudut pandang orang pertamanya, seperti dari Minke ke Annelise, kemudian menuju Nyai Ontosoroh.
Namun, terlepas dari itu, jalannya cerita tetap mudah dipahami, bahkan menambah wawasan akan pembangunan pada tiap karakter atau tokoh dalam cerita di novel ini. Dengan kata lain, kita sebagai pembaca, mampu mengetahui dan memahami dari berbagai sudut pandang si tokoh utama cerita.
Hal itu ditandai saat Nyai Ontosoroh sebagai sudut pandang orang pertama yang menjelaskan dirinya dihinakan oleh adat Jawa dan hidupnya tidak lain berdasarkan kehendak bapaknya yang harus dituruti, hingga kemudian dirinya dapat tinggal bersama orang Eropa dengan tanpa ikatan pernikahan yang sah.
Kekurangan Buku
Di balik semua keunggulan atau kelebihan novel yang ditulis oleh Pram ini, tentu ada sisi kelemahannya. Hal itu ditandai dengan banyaknya istilah-istilah atau kaidah bahasa yang kurang familier di pikiran atau kehidupan para pembaca di zaman sekarang.
Sehingga para pembacanya berkemungkinan mengalami kesukaran dalam memaknai istilah atau kaidah bahasa yang ada di dalam cerita. Barangkali hal itu dikarenakan novel ini menceritakan zaman kolonial Belanda.
Namun, di balik kekurangan itu, tidaklah menutupi berbagai pelajaran positif yang dituangkan oleh penulis di dalam novel ini. Novel Bumi Manusia tetap layak dibaca dan dinikmati, bahkan sampai saat ini. Dengan kata lain, novel ini tidak akan habis termakan waktu.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H