[caption caption="Anak-anak sedang bermain sosial media (sumber:nusindo.co.id)"][/caption]
Saya kemarin iseng menulis status postingan di sebuah grup facebook, isinya : Suatu saat, sosial mediamu akan "membunuhmu" di masa depan. Apa artinya? Apakah sosial mediamu tiba-tiba berubah menjadi secangkir kopi sianida? Dan membunuhmu hanya dengan sekali sruput? No no no...bukan itu maksudnya.
Kita semua tau, sosial media adalah dunia yang luas, dan tidak pernah ada matinya. Apa yang kita tulis dan sebarkan di sosial media, hampir pasti akan tersimpan selamanya disana. Jika kita tidak langsung menghapusnya. Setiap postingan baik itu berupa tulisan, foto, maupun video. Atau apapun juga. Tidak ditulis dengan pensil, tapi sebuah pena abadi di jagat maya (internet).Â
Kalau yang kita tulis adalah sesuatu yang baik dan bermanfaat, mungkin tidak perlu risau. Tapi seandainya yang kita tulis adalah sebuah kebohongan, fitnah, pencemaran nama baik, foto dan video yang kurang ajar, dan berbagai bentuk postingan yang tidak sopan dan tidak senonoh. Siapkah kita menghadapinya? Mungkin jawaban pada saat itu tak akan sama lagi dengan 10 tahun ke depan. Ingat, sekali klik, maka apa yang kita sebarkan akan menyebar dan tersimpan abadi selamanya.Â
Baru-baru ini, ada sebuah kasus yang menimpa seorang karyawan Twitter yang bernama Greg Gopman. Greg Gopman harus menerima nasibnya yang seakan dipermainkan Twitter. Perusahaan mikroblog itu merekrutnya sebagai manajer bisnis virtual reality (VR) pada 18 Oktober lalu. Hanya dua hari, Gopman lalu dipecat hari ini, Kamis 20 Oktober.
Twitter mendapati rekam jejak Gopman yang dianggap buruk sebagai pengguna Facebook. Pria tersebut pernah menulis status yang terkesan merendahkan para gelandangan di jalanan.
"Tak ada hal positif jika mereka (gelandangan) ditempatkan berdekatan dengan kami," begitu salah satu kutipan dari statusnya yang ditulis pada 2013 lalu dan sudah dihapus dari laman Facebook Gopman.Â
Kejadian ini lagi-lagi mengingatkan kita bahwa sikap di internet bisa menentukan masa depan kita. Sebaiknya, sebelum membagi apa pun di ranah maya, konsekuensinya dipikir matang-matang dulu.
Sekarang ini, tidak hanya orang dewasa yang menggunakan sosial media. Tapi juga anak-anak. Dengan mudahnya anak-anak (SD dan SMP) jaman sekarang memiliki akun sosial media di gawai mereka. Karena kita tau sendiri, bahwa data diri bisa dipalsukan, umur bisa dikarang sesuka hati. Membuat sebuah akun sosial media. Sama mudahnya dengan membuat segelas es teh. Tidak sampai 5 menit. Masukan gula dan teh ke dalam gelas, tuangkan air panas secukupnya, aduk-aduk sebentar, tambahkan es batu, siapkan sedotan, tinggal sruput....hemmm nikmat. Maknyusss
Kesiapan mereka dalam memiliki sebuah akun sosial media, Â tidak dibarengi dengan kemampuan mereka dalam memilih dan memilah mana yang wajar untuk mereka sebarkankan. Kadang kekonyolan yang mereka perlihatkan, bahkan kadang kelakuan memprihatinkan yang dipostingkan. Yang penting eksis, tanpa pernah tau resikonya. Kalau ada orang yang memberi nasehat atau komen kurang enak menurut mereka, dengan lugasnya mereka menjawab. Urus diri masing-masing, ngak usah ngurusin orang lain. Mantap!Â
Sebagai orang tua, wajib untuk mengawasi anak-anak kita. Dalam artian mengawasi yang bukan menggekang. Tapi namanya anak-anak, kadang mereka lebih cerdas dari pada kita, khususnya dalam kasus seperti ini. Apa jadinya jika hal seperti ini dilakuan sedari masih anak-anak. Miris? Iya banget. Kita tidak mau kalau karena kekhilafan di sosial media, bisa menyusahkan kita (anak-anak) dikemudian hari.