Setahun yang lalu, Jannik Sinner melakukan comeback hebat, ia menjuarai Australia Open 2024 dengan mengalahkan petenis ulet Rusia Daniiel Medvedev dalam lima set yang ketat setelah kalah dua set awal. Kemenangan Slam pertama yang mengubah karir tenisnya.
Sejak saat itu Jannik bermain dengan level yang berbeda, ia berada di masa-masa terbaik dalam kariernya. Jannik mengukuhkan dirinya di puncak dunia pada Juli, kemudian melengkapi dengan memenangkan US Open dan ATP Finals.
Jannik bersama Carlos Alcaraz diyakini mengakhiri dominasi dua dekade tiga legenda, Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic, meskipun Novak masih bermain saat Roger pensiun pada 2022 disusul Nadal pada 2024.
Jannik kembali melaju ke final Australia Open 2025, kali ini ditantang petenis Jerman Alexander Zverev. Bertajuk "Blockbuster Final", mempertemukan dua unggulan teratas turnamen.
Zverev petenis nomor dua pernah juara Olimpiade Tokyo, pemenang ATP Finals dan puluhan gelar master, tapi ia belum menjuarai gelar utama, kalah dua kali di final Grand Slam. Dengan level dan konsistensi Jannik, apakah Zverev dapat mengalahkan Jannik?
****
Ceremony dibuka dengan pertunjukan opera Disney's cast of Beauty and Beast. Kemudian petenis legendaris Australia Jhon Newcombe membuka koper Louis Vitton berisi trofi "Norman Brookes", lambang juara tunggal putra, untuk dipamerkan kepada penonton. Disusul momen penghormatan khusus kepada Neale Daniher, "2025 Australian of The Year".
Selanjutnya kita mendengarkan National Anthem "Australia Advance Australia Fair" yang dinyanyikan Beau Woodbridge, menciptakan atmosfer luar biasa menyambut dua finalis memasuki Rod Laver Arena yang dipenuhi 15 ribu penonton, termasuk Eric Bana, Jackie Chan, dan perenang Leon Marchand, atlet terbaik Olimpiade Paris 2024.
Damien Damousus dari Perancis dipercaya memimpin pertandingan yang dimulai tepat pukul 16. 48 Wita, dengan Jannik melakukan servis. Setelah kedua pemain dapat mempertahan servis masing-masing sampai game-7, Jannik suskes mematahkan servis Zverev di game-8, yang kemudian menutup set pertama dengan 6-3.
Set-2 adalah inti final kemarin yang benar-benar berjalan seimbang dengan variasi pukulan yang membuahkan poin. Ada dua momen krusial, pertama saat Zverev memimpin 5-4 (30-0) di mana Jannik servis, dua poin lagi untuk merebut set ke-2, sayang ia gagal memanfaatkan momentum itu.
Momentum kedua saat kedudukan 6-5 (40-30), Zverev juga nyaris mematahkan servis Jannik, tapi lewat permainan reli menguras tenaga, Jannik menyusul dan menyamakan skor 6-6, dan memaksa tiebreak. Di masa tiebreak Zverev juga unggul lebih dulu, 1-0, 2-1, 3-2, tersusul 3-3, 4-4. Zverev berpeluang mendapatkan 5, tapi ia dijauhi keberuntungan saat bola pukulan Jannik membentur net dan menghasilkan poin bagi Jannik, 4-5, dan dua servis Jannik mengakhiri epik 7-4. Zverev berjalan lesu ke bench dengan frustrasi kemudian membanting-banting raketnya meluapkan emosinya. Ia sadar peluangnya sudah sangat tipis sekarang.Â
Dengan sisa kekuatan Zverev mencoba membalas di set-3. Tapi Jannik terlalu solid untuk diredam tadi malam, perbedaan level permainan mulai terlihat jelas. Saat Jannik pegang servis, Zverev kesulitan mengimbanginya, seringkali berakhir 40-15, atau bahkan love game. Sedangkan saat Zverev servis terjadi kejar-kejaran poin hingga terjadi deuce. Jannik berhasil melakukan breakpoint pada game-6, untuk unggul 4-2. Yang berarti tinggal mengamankan lagi dua servisnya, dan itulah yang terjadi.
Jannik memenangkan final dengan straight set 6-3, 7-6 (4), 6-3, dalam durasi 2 jam 42 menit. Permainan Jannik sangat sederhana tapi hampir sempurna. Sesimpel penampilannya, yang dinilai tidak seatletis Djokovic, seulet Nadal, atau seanggun Federer, namun permainannya murni, hasilnya tak bisa dibantah. Jannik sangat lincah bergerak, melancarkan variasi pukulan forehand, backhand, dan voli yang sangat efisien menghasilkan poin, membuat Zverev tak bisa menemukan cara meladeninya.
Jannik berhasil mempertankan gelarnya sekaligus trofi utama ketiga, dengan rekor 3-0 di pertandingan final. Berbanding terbalik dengan Zverev yang memperpanjang penantiannya dan kini rekor finalnya makin buruk (0-3). Kita semua melihat Zverev begitu putus asa, melebihi dua kekalahan sebelumnya. Barangkali ia sadar bahwa kali ini levelnya begitu jauh dari Jannik.
Di podium selebrasi, Zverev sudah lebih tegar dan mengucapkan selamat kepada sang juara sebagai pemain terbaik di dunia sejauh ini. Zverev dan tim mengaku sudah mengerahkan semuanya, tapi Jannik "terlalu hebat" malam ini yang membuatnya lebih pantas juara. Fisik prima, mentalitas "monster", Â dan konsistensinya dari minggu ke minggu telah membawa Jannik ke puncak tenis yang sulit ditandingi.
Jannik sudah melakukannya tiga kali, dan diyakini masih menambah gelarnya. Yang menjadi pertanyaan besar adalah mampukah Zverev mendapatkan trofi pertamanya saat waktunya hampir habis?
Mari kita tunggu tiga Grand Slam lagi pada tahun ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI