Saya sudah familiar dengan beberapa isu, serupa dengan Factfullnes karya Hans Rosling ataupun 21 Lesson for the 21st Century yang ditulis Yuval Noah Harari. Tapi Pinker mengemasnya dengan cerita-cerita berbeda, menyederhanakan kasus dengan cara yang baru dan terasa segar sekaligus lucu. Jika Hans menolak disebut orang yang optimis, dan Harari cenderung skeptis, maka Pinker sangat jelas seorang optimis memandang kehidupan.
Pinker menjelaskan dengan baik mengapa kita tertarik pada pesimisme dan bagaimana naluri itu memengaruhi pendekatan kita terhadap dunia yang sebenarnya. Di bab akhir "humanism", Pinker berpendapat bahwa, kita tidak akan pernah memiliki dunia yang sempurna, dan akan berbahaya untuk mencarinya. Namun, tidak ada batasan untuk perbaikan yang dapat kita capai jika kita terus menerapkan pengetahuan untuk meningkatkan kemakmuran manusia.
Kita menyambut tantangan masa depan dengan hati dan tangan terbuka, tidak gentar oleh hal-hal yang belum diketahui. Pinker yakin cita-cita pencerahan pada hakikatnya menggugah, memberi inspirasi, menjadikan kehidupan menjadi lebih berharga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H