Setelah menengok kosan, perjalanan berlanjut ke Kota Gede, kawasan kota tua Jogja. Rutenya Glagah Sari, Veteran, Ngeksigondo, dan Perintis Kemerdekaan. Gerbang Kota Gede adalah Jalan Kemasan Purbayan yang banyak berderet toko kerajinan perak terkenal. Jika kita berjalan hingga ujung, kita menemukan pertigaan: Kantor Pos Kote Gede Jalan Karanglo menuju Wonosari Gunung Kidul- Pasar Legi Kotagede dan Makam Raja Mataram- dan Jalan Mondorakan ke arah barat menuju kota.
Saya kemudian teringat berapa kali mengirim surat dan menelpon di wartel di kantor pos ini, setelah itu menyantap nasi rames langgganan di warung seberang kantor pos. Menikmati suasana keramaian Pasar Legi Kotagede terutama saat hari pasaran legi adalah pengalaman berkesan. Pasar Legi Kotagede menjadi tempat nostalgia bagi penggemar jajanan tradisional yang mulai langka.
Berjarak 400 meter ke arah barat Jalan Mondorakan No. 51, terletak SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta, sekolah saya dari 1997 sampai lulus pada 1999. Saya pun menyempatkan mengambil foto di depan gerbang Mupat (nama sebutan sekolah) yang dulu belum sebagus saat ini. Senang rasanya bisa datang kembali ke almamater tercinta. Waktu sekolah di Mupat, saya tinggal di Kos Prenggan milik ibu Sastro yang lembut dan baik hatinya.
Setelah puas menyusuri jalan-jalan nostalgia, Vera dan saya segera balik ke hotel seraya tetap berusaha melintasi rute klasik versi saya: Jalan Mondorakan, Tegal Gendu, Pramuka, Tegal Turi, Tri Tunggal Wirosaban, Parangtritis, Sisingamagaraja, dan menengok suasana Prawirotaman pagi hari yang kemudian membayangkan keriuhan malam di kampung turis ini.
Suatu pagi pada Selasa 9 Juli 2024 yang menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H