Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berkunjung ke Benteng Vredeburg

23 Juli 2024   15:18 Diperbarui: 23 Juli 2024   15:35 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ziarah Malioboro" berakhir dengan kunjungan ke Museum Benteng Vredburg. Lokasi Vredeburg sangat strategis, berhadapan langsung dengan Istana Gedung Agung di kawasan di titik nol kilometer Yogyakarta.

Awalnya bernama Rustenburg, yang digunakan sebagai benteng pertahanan yang dibangun Belanda pada abad ke-18, tepatnya masa 1765-1790, ketika Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) berkuasa. Pembangunan benteng juga dimaksudkan untuk mengawasi kegiatan Kesultanan Ngayogyakarta.

Benteng Vredeburg telah tercatat sebagai cagar budaya dan sejak diresmikan pada 23 November 1992 beralih fungsi sebagai museum yang bisa dikunjungi oleh masyarakat. Museum ini menyimpan lebih dari 7.000 benda bersejarah.

Bangunan Vredeburg bergaya klasik Eropa berdiri kokoh di atas lahan seluas 46.000 meter persegi. Sulit mengalihkan pandangan dari bangunan yang megah dan anggun ini. Waktu kunjungan kami pada Senin 8 Juli 2024 terasa tepat, setelah Museum Vredeburg direvitalisasi dari awal bulan Maret hingga Juni 2024. Selama masa itu museum ditutup untuk umum.

Pengunjung masuk melalui gerbang Monumen Serangan Umum 1 Maret yang berada di Jalan Panembahan Senopati. Halaman luas dan bersih monumen membuat berjalan kaki lebih nyaman. Di taman yang cantik dipasang beberapa set kursi taman estetik. Beberapa kali kami singgah untuk mengambil foto dengan latar ikonik: Kantor Pos, gedung BNI 46, Gedung Agung, dan Vredeburg sendiri.

(arsip pribadi)
(arsip pribadi)

(arsip pribadi)
(arsip pribadi)

Sebelum masuk kami nongkrong sebentar di Cafe Chocolate Monggo, yang terletak di bagian pojok utara, bareng-bareng mencicip es cokelat dan mengemil kue pai coklat yang lezat. Baru menjelang pukul 18. 30 masuk ke museum. Artinya kami hanya punya waktu 90 menit karena waktu kunjungan ditutup pukul 20.00. Menurut saya waktu kunjungan paling ideal adalah sore hari pukul 17.00.

Tur di Museum Benteng Vredeburg dimulai. Vredeburg terdiri dari empat bangunan diorama dengan total memiliki 55 situasi diorama yang mengisahkan perjalanan negara merdeka dan membangun bangsa Indonesia.

Masing-masing Diorama memiliki rentetan bukti sejarah yang berkelanjutan. Mulai dari Diorama I yang berisikan sejarah perjuangan bangsa yang terjadi di Yogyakarta sebelum masa kemerdekaan. Meliputi perang Diponegoro pada 1825, berdirinya Muhammadiyah, Taman Siswa, sampai pada masa kedatangan pasukan Jepang ke Indonesia.

Diorama II berisikan bukti sejarah pascakemerdekaan. Menggambarkan situasi Yogyakarta ketika agresi Belanda I, termasuk perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Yogyakarta. Kemudian bagaimana perlawanan dan pemberontakan yang mulai timbul di beberapa daerah. 

Kemudian pada Diorama III masuk pada agresi militer Belanda II, ketika TNI melakukan perlawanan gerilya, dan meletusnya Serangan Umum 1 Maret. Termasuk Diorama yang mengisahkan saat Prof. Dr. Sardjito menyampaikan pidato peresmian Universiteit Negeri Gadjah Mada (UGM) di Sitihinggil Kraton Yogyakarta pada 19 Desember 1949.

Sedangkan pada Diorama IV berisikan tentang Indonesia pada masa modern, ketika melaksanakan pemilu pertama 1955, operasi Trikora 1961, tragedi gerakan 30 September 1965. Diakhiri dengan masa Orde Baru pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada 1974.

Patut diapresiasi revitalisasi yang dilakukan telah mengoptimalkan fungsi Vredeburg sebagai museum dan cagar budaya sekaligus sebagai ruang belajar terbuka, inklusif, dan rekreasi.

Ketika kebanyakan museum sepi seolah mati suri, dan tidak menjadi pilihan wisata bagi masyarakat kita. Wajah baru Vredeburg hasil revitalisasi menjadi ruang publik komunal inklusif, menyediakan banyak fasilitas mendukung yang diminati masyarakat sebagai objek wisata dan edukasi.

Di Vredeburg tersedia cafe, coworking space, toko merchandhise, hingga ruang khusus anak. Siti dan Uswa masih sempat bermain ayunan dan jungkat-jungkit di taman tengah Vredeburg, usai tur diorama. Saat kami ke sana sedang dikerjakan instalasi untuk air mancur menari di halaman yang kelak akan menambah keindahan museum bersejarah ini.

Jika ingin mengambil jeda sejenak dari hiruk pikuk Malioboro yang sangat ramai, Vredburg adalah tempat yang pas. Berkunjung ke Vredeburg kita bisa merasakan ketenangan dan kehangatan. Aura bangunan klasik, lantai ubin hijau yang antik, lampu gantung beranda yang bederetan, dan tiang-tiang lampu menghias taman rumput Vredeburg membuat perasaan menjadi lebih baik dan damai. 

Salam hangat dari Jogja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun