Momen besar pertama terjadi pada menit ke-52, saat Andrej Kramaric mencoba melepaskan umpan silang dari sisi kiri, entah sengaja atau tidak bola menyentuh tangan kiri Frattesi yang mengadang. Awalnya wasit Danny Makkelle tak begitu jelas melihatnya, sehingga ia butuh bantuan VAR dan mengecek di layar, yang tak butuh lama memutuskan hukuman penalti.
Seperti sebelum-sebelumnya Luka Modric, legenda hidup Kroasia, bertugas sebagai eksekutor. Modric mengarahkan tendangannya ke pojok kanan bawah, namun Donnarumma menebak arah dan menepisnya ke luar. Penyelamatan luar biasa sekali lagi dari Donnarumma.
Reaksi pemain Italia tak sigap setelah itu, kurang dari satu menit, Kroasia menyerang lagi lewat Ante Budimir dari sisi kanan menyontek namun kembali diblok Donnarumma, yang memantulkan rebound ke arah Modric yang langsung menceploskan bola dari jarak dekat. Gol luar biasa dari Modric, seperti menebus kegagalan penalti. Modric emosional merayakan diselamati rekan setim, gol yang akan mengantar Kroasia melaju dengan sekali lagi kepahlawanan Modric.
Keunggulan 1-0 di menit ke-55, menjadikan Kroasia sementara naik ke peringkat kedua, Italia terjerumus di peringkat ketiga dengan ketidakpastian. Mereka harus mencari cara untuk menemukan jalan keluar.
Sampai waktu hampir habis menit ke-90, Italia sangat kesulitan menciptakan peluang berbahaya. Segalanya tampak sudah jelas kemenangan bagi Kroasia. Hingga ada tambahan waktu delapan menit.
Luka Modric, sang kapten dan bintang Real Madrid, pemenang enam gelar Liga Champions, seharusnya menjadi pahlawan negaranya, sekali lagi. Modric diganti pada menit ke-81 dengan penghormatan standing ovation di Zentral Stadion. Di pengujung waktu itu Modric begitu emosional di bench, meneriaki rekan-rekannya hingga menggigiti jerseinya karena situasi menegangkan.
Drama klimaks itu terjadi pada menit ke-98, pada serangan terakhir Italia. Calafiori bek tengah Italia dari klub Bologna, menggiring bola dari area sendiri, bermain satu-dua dengan Frattesi, dan menggiring lagi sampai depan kotak penalti Kroasia. Ketika dihadang Josip Sutalo dan Josip Juranovic, Calafiori entah bagaimana bisa melepaskan umpan ajaib kepada Mattia Zacagni yang berlari tak terkawal di sisi kiri.
Zacagni yang bermain untuk Lazio, paham apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan La Nazionale. Dengan kaki kanan ia menembakkan bola ke kanan pojok atas melewati jangkauan Livakovic. Gol yang luar biasa. Skor 1-1. Italia melaju sedangkan Kroasia runtuh dalam nestapa.
Modric sangat bersedih, ini pertandingan terakhirnya untuk Kroasia, di mana ia terpilih sebagai man of the match, juga mencatat sejarah sebagai pemain tertua yang mencetak gol turnamen dengan 38 tahun 289 hari. Namun Modric menunjukkan ia adalah legenda sejati, ia tetap memberikan selamat pada tim Italia dalam suasana patah hati.
Sepak bola sekali lagi menampilan sifat kejam, tiada kasihan, pemain bisa menjadi pecundang tapi tidak lama kemudian ia bisa tampil sebagai pahlawan negara, begitu juga berlaku sebaliknya.
Inilah Piala Eropa di mana kita masih akan saksikan drama-drama selanjutnya.