Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kisah Guru BP Melawan Netizen

13 November 2023   15:24 Diperbarui: 13 November 2023   15:27 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Rabu 2 November 2023, saya nonton pada kesempatan pertama penayangan film Budi Pekerti di bioskop.

Ditulis dan disutradarai Wregas Bhanuteja, film ini kembali menyampaikan pesan kuat bagaimana kita harus berpikir jernih dan bersikap bijaksana menghadapi orang-orang angkuh di dunia media sosial.

Mengambil latar Yogya yang guyub pada masa pandemi, Budi Pekerti berkisah tentang keluarga Prani Siswoyo (Sha Ine Febriyanti), guru bimbingan penyuluh (BP) SMP Pengemban Utama, yang begitu dekat dan hangat dengan siswanya.

Prani punya salam khas dan pendekatan yang ia istilahkan dengan 'refleksi' kala memberikan sanksi pada siswa yang indisipliner. Prani juga sedang berkampanye untuk dipromosikan sebagai wakil kepala sekolah bidang kemahasiswaan.

Prani adalah istri Didit Wibowo (Dwi Sasono), pengusaha yang menderita depresi karena usaha yang dirintis seperti budidaya ikan cupang dan bisnis batu akik terpuruk karena pandemi Covid-19. Mereka punya sepasang anak. Si sulung Tita (Prilly Latuconsina), anggota band musik yang menyambi jualan online baju bekas. Sedangkan adiknya, Muklas (Angga Yunanda) adalah konten kreator yang menerima endorsment brand di kanal yang ia beri nama "Muklas Animalus".

Tragedi keluarga dimulai saat Prani hendak membeli kue putu legendaris sejak zaman ia kuliah, putu Mbok Rahayu di sebuah pasar. Berkat media sosial kedai putu Mbok Rahayu sangat ramai sehingga menerapkan nomor antrian bagi pelanggannya.

Prani mendapatkan antrian nomor 56, dan ia tetap bersabar menunggu giliran, sampai ia kemudian menegur satu pengunjung pasar yang menyerobot antrian, tapi teguran sopan berujung keributan. Prani pun pergi dengan marah sambil mengeluh dan mengumpat dalam bahasa Jawa. Prani sebenarnya menyebut "Ah suwi" yang artinya 'Ah lama' tapi oleh netizen, ia terdengar memaki Mbok Rahayu dengan "Asuui' yang bermakna "Anjing".

Ternyata ada orang di keramaian tersebut yang merekam pertikaian itu dan memposting di media sosial, yang kemudian ditonton puluhan ribu orang. Jika melihat rekaman sepintas tentu netizen akan mudah menyalahkan Prani sebagai antagonis, yang terkesan mengumpat Mbok Rahayu yang sudah sepuh.

Prani tak menyangka percekcokan di pasar itu berakibat panjang dan berdampak luas pada keluarga dan karirnya sebagai guru. Ia terancam gagal dipromosikan sebagai wakil kepala sekolah. Tita dan Muklas pun ikut terseret dari kasus yang menerpa ibunya. Ia dirundung netizen dan bahkan oleh rekan-rekannya yang dengan cepat menghakimi.

Kasus Prani juga menguji soliditas lembaga sekolah menyikapinya, yang ironisnya tidak punya keberanian untuk membela kebenaran, tapi justru ikut menyudutkan Prani demi menjaga "kredibilitas" sekolah yang semu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun