Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kilas Balik Piala Dunia 2002, Fenomena Korea Selatan dan Penebusan Ronaldo

10 November 2022   12:02 Diperbarui: 10 November 2022   12:12 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: https://www.bolasport.com/)

Paling kentara adalah Zinedine Zidane, harus dipaksa bertanding meski mengalami cedera paha, alhasil juara bertahan Perancis angkat koper paling awal. Les Bleus tak meraih satu kemenangan pun dan lebih parahnya tak sanggup membuat sebiji gol dari tiga laga yang mereka mainkan melawan Senegal, Uruguay, dan Denmark di grup A.

Seingat saya, favorit kuat unggulan utama adalah Argentina. Pelatih Marcelo Bielsa memboyong pemain-pemain Argentina di atas rata-rata kontestan lain. Dari kedalaman skuad mulai lini belakang sampai lini depan, Abiceleste paling mentereng.

Sekadar menyebut nama Gabriel Batistuta, Hernan Crespo, Javier Zanetti, Walter Samuel, Juan Veron, Diego Simeone, Ariel Ortega, dan Roberto Ayala, dan Maurichio Pochetino. Pandit menyebut tim terbaik Argentina sejak era Maradona berakhir. Alih-alih juara, Argentina malah tersingkir di putaran grup neraka yang dihuni Inggris, Swedia, dan Nigeria.

Justru Brasil yang kali ini tidak diunggulkan sukses menjadi kampiun yang ke-5, Penta. Di final tim samba menghancurkan panzer Jerman, yang juga tak masuk favorit turnamen ini, dengan skor 2-0 yang diborong sang phenomenon Ronaldo Nazario. Ronaldo dengan model rambut kuncung, menebus dosa empat tahun sebelumnya.

Anh Jung-Hwan dan Moreno

Satu momen yang tak terlupakan adalah fenomena Korsel yang berhasil menembus semifinal sebelum dihentikan Jerman yang berlaga seperti panzer, perlahan tapi memusnahkan.

Korsel selama bertanding pada empat turnamen Piala Dunia sejak tahun 1986, tak sekalipun mencatat kemenangan, sampai akhirnya mereka sanggup mengalahkan Polandia, Portugal, Italia, dan Spanyol dalam satu Piala Dunia.

Terlepas tudingan curang selaku tuan rumah, Korsel yang dilatih Guus Hiddink, memang menampilkan sepak bola menyerang yang menghibur. Para pemain Korsel juga tak pernah menyerah, kekuatan fisik Taeguk Warriors seolah melebihi batas kemampuan fisik manusia.

Pertandingan Korsel melawan Italia di babak 16 besar yang paling memorable. Mungkin kebetulan saja, saya menonton partai ini di tengah Selat Jawa, di geladak KM Pelni Bukit Siguntang, yang berlayar dari pelabuhan Tanjung Emas Semarang menuju pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar. Sebagai penggemar Serie-A, saya tentu mengunggulkan Italia. Sepeti diketahui, Korsel menang 2-1 melalui Park Seoul dan golden goal Anh Jun-Hwan.

Belum selesai, pertandingan berlanjut ke ranah politik dan hukum. Ahn Jung-Hwan, dipecat Luciano Gaucci, bosnya pemilik klub Perugia, yang tak terima Ahn mempermalukan negaranya, Italia. Kedangkalan sikap Gaucci Ini kemudian menjadi lelucon, bahkan bagi sepak bola Italia sendiri.

Bagi orang Italia, bukan Ahn yang menjadi musuh nomor satu, melainkan sosok laki-laki bermata sayu dari negara Ekuador, dialah Byron Moreno. Moreno, sang wasit dituding paling bertanggung jawab atas tersingkirnya Italia.

Setidaknya ada tiga keputusan besar Moreno saat itu yang dapat mengubah hasil pertandingan sebelum gol Anh menjadi neraka Azzuri. Kesatu, hadiah pinalti untuk Korsel (tidak gol); kedua, gol Damiano Tommasi dianulir; ketiga, kartu merah Francesco Totti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun