Di semifinal, Harry Kane cs akan berhadapan dengan Denmark, yang secara 'ajaib' melangkah jauh setelah mengalami tragedi 'serangan jantung' bintang utama mereka, Chritian Ericksen, di laga perdana mereka melawan Finlandia. Di dua laga awal Simon Kjaer dan kawan-kawan menderita kekalahan, dan baru memastikan lolos sebagai runner-up Grup B di bawah Belgia, setelah menang besar atas Rusia, 4-1. Denmark, Rusia, dan Denmark masing-masing memiliki tiga poin, tetapi Denmark unggul selisih gol.
Setelah lolos dari maut, "dinamit" Denmark benar-benar meledak pada babak knockout. Pada babak 16 besar, mereka menghancurkan Wales dengan skor 4-0. Anak asuhan Kasper Hjulman belum berhenti. Di babak perempat final mereka memulangkan Republik Ceko, dengan kemenangan 2-1 yang digelar di Stadion Nasional, Baku, Azerbaizan.
Inggris dan Denmark terahir bertemu pada babak penyisihan Piala Eropa 1992 dengan hasil imbang 0-0, di mana saat itu Denmark kemudian melaju kencang menjadi juara. Saya tak pernah menyaksikan laga Inggris melawan Denmark di turnamen akbar, saya sedikit penasaran.
Melihat grafik perjalanan, momentum, serta faktor tuan rumah, kali ini Inggris lebih difavoritkan. Inggris saat ini jaub lebih solid dari tim Inggris yang pernah ada.
Tapi Denmark tak gentar sedikit pun. Mereka dengan kekuatan mental dan kolektivitas tim tak mudah menyerah pada situasi tersulit sekali pun. Telah mereka tunjukkan kekompakan dari pertandingan ke pertandingan selanjutnya, yang didedikasikan untuk Ericsen. Respect.
****
Di tabel sebelahnya, semifinal mempertemukan dua raksasa Eropa, Spanyol dan Italia. Sulit untuk menemukan kata-kata yang pas untuk menggambarkan dahsyatnya pertandingan klasik pemegang 4 Piala Eropa dan 5 Piala Dunia ini.
Setiap laga kompetitif antara "La Roja" dengan "Gli Azzuri" senantiasa mencatatkan sejarah dalam lembaran sepak bola tingkat tinggi dan menciptakan drama sepak bola.
Sepak bola keduanya saling berkaitan bersamaan dengan rivalitas. Sebelum tahun 2006, Italia "ditakuti" Spanyol. Kemudian kemenangan Spanyol atas Italia di babak perempat final Piala Eropa 2008 merupakan tonggak awal Spanyol menapak puncak tertinggi sampai pada 2012, dengan menjuarai dua kali Piala Eropa dan sekali Piala Dunia 2010. Dalam rentang itu Spanyol menang dua kali atas Italia, termasuk final Wina 2012 yang terkenal, dengan skor mencolok, 4-0.
Italia baru bisa membalas di babak 16 besar Piala Eropa 2016. "Gli Azzuri" yang ditukangi Antonio Conte membekap "La Roja", 2-0. Lagi-lagi pada Piala Eropa 2020, mereka kembali harus bertarung, kali ini di babak semifinal untuk memperebutkan satu tiket final.
Jadi sejak 2008, duel Spanyol versus Italia pernah terjadi pada semua fase Piala Eropa: penyisihan (2012); babak 16 besar (2016); perempat final (2008); semifinal (2020); dan final (2012). Hal yang unik dan menarik.
Italia kali ini sedikit lebih diunggulkan. Penampilan solid dan konsisten anak asuh Roberto Mancini sejak penyisihan dengan meraih poin sempurna, hingga perempat final menyingkirkan "generasi emas" Belgia dinilai lebih layak tampil di final.
Spanyol sendiri yang ditukangi Luis Enrique sempat tertatih-tatih ke babak gugur, sebelum mengatasi perlawanan ulet Kroasia di babak 16 besar dan menang adu pinalti atas Swiss di perempat final. Ada sedikit unsur keberuntungan menaungi Sergio Busquet cs sampai hingga semifinal. Namun Spanyol tetaplah Spanyol, penakluk Eropa.Â