Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Novak Djokovic, Juara Sejati yang Layak Dipuji

14 Juni 2021   09:27 Diperbarui: 14 Juni 2021   12:08 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://www.rolandgarros.com/)

Bisa dihitung jari pertandingan tenis yang menancap kuat di benak yang pernah saya tonton. Di antaranya, final Wimbledon 2008, 2009, dan 2019; serta final Australia Terbuka 2012. Semua laga di atas melibatkan minimal satu dari Roger Federer (Swiss), Rafael Nadal (Spanyol), dan Novak Djokovic (Serbia).

Pecinta tenis mengistilahkan mereka adalah 'Big Three', mendominasi 59 dari total 70 trofi Grand Slam, terhitung sejak Wimbledon 2003. Belum ada petenis di luar merekea- kelahiran 1990-an yang bisa menghentikan dominasi ketiganya dalam persaingan turnamen selevel Grand Slam.

Laga epik teranyar yang akan dikenang sepanjang sejarah tenis terjadi adalah duel akbar Nadal berhadapan dengan Djokovic di babak semifinal Perancis Terbuka 2021 pada Jumat malam (11/6/2021) atau Sabtu dinihari waktu Makassar.

****

Semua paham Nadal telah menjuarai Perancis Terbuka sebanyak 13 kali, sejak yang pertama pada 2005. Pencapaian yang tidak mungkin dipatahkan, disamai atau sekadar didekati petenis manapun. Nadal dengan kekuatan fisik dan mental baja, ibarat gladiator di Rolland Garros. Menonton Nadal di tanah merah seperti menyaksikan pertunjukan seni yang indah.

Dan Nadal belum selesai. Maka yang jauh lebih menarik dinantikan adalah siapa yang bisa menghentikan laki-laki 36 tahun dari Mallorca ini?

Begitu tahu jadwal pertandingan semifinal-2 tersebut dimulai paling cepat pada pukul 23.45 Wita, maka untuk pertama kali saya mensetting alarm untuk membantu membangunkan saya sekitar pukul 03.00 dinihari demi untuk satu pertandingan tenis. Paling tidak bisa menyaksikan laga mulai set ke-3.

Pertarungan akbar itu memang tak ingin saya lewatkan, terlibat menjadi 'saksi tumbangnya seorang raja'. Saya lihat ada peluang bagus tahun ini bagi Djokovic untuk meruntuhkan dominasi Nadal di lapangan Philipe Chatrier, meskipun sesungguhnya tidak besar. Nadal tetap favorit utama.

Benar saja, sungguh luar biasa menyaksikan laga akbar Nadal versus Djokovic di Paris 2021 ini. Saya masih terkagum dengan laga sensasional tersebut, baik dari kualitas maupun hasil akhir. Emosi yang ditampilkan luar biasa, setiap perebutan poin berlangung ketat dengan kombinasi konsistensi fisik, fokus, teknik, dan mental. Djokovic benar-benar menaklukkan Nadal 'Everest' dengan empat set (3-6, 6-2. 7-6, 6-2) yang berlangsung 4 jam 11 menit.

Pertarungan inti adalah set ketiga setelah skor 1-1. Set itu baru berakhir selama 97 menit dengan kemenangan tie break Djokovic yang ketat. Padahal Nadal sempat mendapatkan set-point saat unggul 6-5 dan Novak melakukan servis kedua. Set keempat Nadal perlahan anjlok, sempat lead 2-0, namun enam game selanjutnya disapu bersih oleh Djokovic, hanya dalam waktu 37 menit.

Pukulan forehand dua tangan Nadal yang melebar memastikan kekalahan ketiganya di Perancis, setelah yang pertama pada babak keempat 2009 oleh petenis Swedia Robin Soderling, dan pada perempat final 2015 oleh Djokovic. Dengan demikian Djokovic bisa sedikit memperbaiki catatan buruk rekor pertemuan dengan Nadal di Perancis terbuka menjadi 2-7.

Djokovic benar-benar sudah siap untuk tahun ini sejak ia lagi-lagi kalah pada final Perancis Terbuka 2020 yang diselenggarakan pada bulan Oktober karena awal pandemik Covid-19. Meskipun Djokovich pernah juara pada 2016 (saat Nadal absen), ia mengakui inilah penampilan terbaiknya di Rolland Garros, sekaligus satu dari tiga pertandingan terbaik sepanjang karirnya. Tak ada yang membantahnya.

****

Apa yang telah Djokovic raih selama bertahun-tahun dan yang masih dilakukan saat ini sangat fenomenal. Dia adalah panutan petenis muda. Menjadi inspirasi banyak orang tentang bagaimana mengejar mimpi. Cinta saja tidak cukup, butuh fokus, kerja keras, dan percaya pada proses.

Perjalanan karir Djokovic dimulai dengan 'mengendap-endap', mengendus di rivalitas Federer dan Rafael Nadal pada akhir 2000-an. Ia memenangkan Grand Slam perdana pada ajang Australia Terbuka 2008, saat Federer telah mengoleksi delapan trofi.

Djokovic kemudian tertatih dan menderita setelah itu, dan baru kembali ke level teratas pada musim 2011, bahkan sangat fantastis dengan tiga kemenangan Grand Slam, ia hanya gagal di Rolland Garros, yang ia ulangi pada tahun 2015. Sejak itu Djokovic menjadi langganan petenis nomor satu dunia setiap akhir tahun.

Titik nadir terendah Djokovic justru seusai merengkuh Grand Slam ke-12 pada Perancis Terbuka 2016, gelar pelengkap seluruh trofi Grand Slam.  Oleh pengamat dan media, ia bahkan sudah diprediksi tamat karir tenisnya. Namun perlahan ia bisa bangkit hingga memenangkan Wimbledon 2018, membuatnya kembali menjadi raja tenis dunia hingga saat ini. Salah satu comeback terbaik sepanjang sejarah tenis.

Mentalitas Djokovic dengan kemampuan mengatasi tekanan psikologis menginspirasi banyak orang. Kekuatan Djokovic adalah ia sangat sulit dibaca dan bisa sangat efisien menghancurkan lawan menjadi debu. Seperti apa yang ia tunjukkan saat mematahkan dua championship-point Federer di set kelima final Wimbledon 2019, dan bagaimana Nole-sapaan akrab Djokovic membalikkan dari ketinggalan dua set dari Stefano Tsitsipas pada laga final Perancis Terbuka yang digelar Minggu, 13 Juni 2021 kemarin. Tidak ada pemain dalam sejarah yang memiliki mental baja seperti itu.

Setelah menumbangkan dominasi Nadal di Paris, dan mengangkat trofi the Musketeers untuk kedua kalia, Nole  mencatat sejarah besar, menjadi petenis pertama yang memenangkan setiap Grand Slam minimal dua kali. Sebelumnya ia telah 9 kali menang di Australia, 5 kali juara Wimbledon, dan 3 trofi AS terbuka.

Perlombaan selama satu dekade lebih antara tiga legenda cepat atau lambat akan berakhir. Djokovic yang masih tertinggal satu trofi dari Federer dan Nadal (masing-masing 20 gelar Grand Slam) punya peluang besar melewati mereka. Ia sangat difavoritkan memenangkan Wimbledon pada bulan depan dan turnamen AS Terbuka, Grand Slam penutup pada September nanti. Jika terwujud Nole melakukan sapu bersih empat gelar Grand Slam pada tahun ini, sekaligus meraih piala ke-21. Jika ada orang yang mampu mencapai prestasi seperti itu, itu adalah Djokovic dan bukan orang lain.

Tenis yang sebenarnya jauh lebih menarik. Salam olahraga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun