Jika kita pernah menonton film Pursuit Happynes, Chris Gardner yang diperankan Will Smith mengatakan bahwa mungkin kebahagiaan adalah sesuatu yang hanya bisa kita kejar, dan mungkin kita tak pernah mendapatkannya walau bagaimanapun.
Kebahagiaan benar benar menjadi tujuan hidup semua orang. Betapa banyak upaya untuk mencari kebahagiaan. Padahal semuanya tersedia dalam diri.
Baru-baru saya membaca buku The Choice karya Edith Eger, bahwa semua makna hakiki hidup akan datang dari diri sendiri. Each momen is a choice, kita memiliki kapasitas untuk membenci dan kapasitas untuk mencintai. Yang mana yang kita pilih, terserah kita, karena kita selalu dapat memilih bagaimana kita merespons.
Secara umum banyak elemen yang menggambarkan definisi kebahagiaan. Misalnya memiliki harta benda, kesehatan tubuh, sukses dalam karir, memiliki cinta kasih sayang, pemenuhan hobi, rasa syukur, solidaritas berbagi bersama, dan sebagainya. Bahkan menjadi penulis amatiran di blog juga termasuk variabel kebahagiaan dalam hidup. Saya merasakannya.
Sangat menyenangkan dapat menggali dan meraih kebahagiaan dari hal-hal kecil yang sederhana seperti hal tersebut. Saya meyakini, apapun dalam hidup ini dapat memberi kita pelajaran bernilai, memberikan makna ke dalam kehidupan.
Walaupun klise, cara paling sederhana adalah membahagiakan orang lain. Ketika membaginya dengan orang lain lain, kita merasa bahagia dengan begitu banyak keindahan dan diberkati dengan kelimpahan, keberkahan dan kesehatan yang baik.
****
Kekuatan pikiran positif tidak cukup, juga membutuhkan aksi positif.
Saya mengenal pak Sahabuddin dari istri saya, karena mereka berdua berkantor yang sama. Pak Laba- sapaan akrab Sahabuddin, kini berusia 60, ia pensiunan pramubakti dari Bank BRI sejak tahun 2018. Pramubakti adalah pegawai yang melayani kebutuhan para bankir.
Mempersiapkan dan menjalani pensiun tak selalu mudah, barangkali juga bagi pak Laba. Menurut pengakuannya ia tiba-tiba menjalani dunia yang berbeda dan sama sekali asing.
Pak Laba punya empat anak. Dua anak tertua sebenarnya sudah bekerja di perusahaan out sourcing, namun sejak pandemi Covid-19, pada April 2020 lalu terpaksa dirumahkan. Kehidupan semakin sulit, tentu bukan hanya keluarga pak Laba yang mengalaminya.