Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Final Liga Champions 2020

23 Agustus 2020   10:18 Diperbarui: 23 Agustus 2020   10:19 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagiamana dengan PSG?

PSG menjadi klub kelima Perancis yang lolos ke laga final Piala Champions/Liga Champions, setelah Reims (1956 dam 1959), Saint-Etienne (1976), Marseille (1991 dan 1993), dan Monaco (2004). Dari empat klub ini, hanya Marseille yang berhasil memboyong trofi Si Kuping Lebar ke Perancis dengan mengalahkan AC Milan, 1-0, pada 1993.

PSG menjalani Liga Champions dengan penuh kekecewaan hampir selama satu dekade terakhir. Kini mereka mulai melihat harapan dari investasi besar yang mereka lakukan sejak 2011.

Musim ini PSG mengakhiri penderitaan di babak 16 besar Liga Champions selama tiga musim berturut-turut. PSG telah berkembang di tangan Thomas Tuchel. Semakin kuat dan solid.

PSG menjelma tim dengan kolektivitas, pantang menyerah, dan tanpa rasa takut. Kebersamaan dalam waktu panjang membuat mereka menjadi satu hati, dan pikiran. Yang bermain bukan hanya sekadar fisik, tapi juga perasaan, feeling.

Tuchel adalah pelatih hebat, tidak hanya urusan dalam meracik teknik, namun juga bagaimana cara pendekatan terhadap para pemainnya. Berhenti mengeluh, solidaritas, fokus, kerja keras, dan konsisten, adalah pemantik yang terus ditebar ke dalam skuad "Les Parisiens".

Kekuatan utama PSG adalah kecepatan para pemain, terutama dua bintang utama bergaji tinggi, Neymar dan Kylian Mbappe. Khusus untuk Neymar, ia kini bisa menjawab keraguan atas ekspaktasi tinggi klub dan penggemar PSG. Sejak bergabung ke Paris musim panas 2017, Neymar justru tidak beruntung. Ia selalu menderita cedera ketika PSG harus menjalani laga babak 16 besar di Liga Champions. Hasilnya, PSG selalu kandas di fase itu. Neymar baru bisa bermain pada fase gugur pada tahun ini dan lolos ke final untuk memburu trofi idaman. Tahun ini bisa menjadi momen emas Neymar dan PSG di Eropa.

Neymar dan Mbappe disokong Angel Di Maria, yang punya kemampuan melihat celah di depan gawang lawan dan memberikan umpan akurat dari sektor sayap. Dua skills itu sangat penting untuk mengeksploitasi pertahanan.

Selain memiliki kekuatan di lini serang, kunci kesuksesan PSG pada musim ini terletak pada pertahanan mereka yang solid. PSG hanya kebobolan lima kali dalam 10 laga, terkuat dari seluruh tim Eropa.

Permainan impresif yang memukau PSG dalam babak perempat final dan semifinal menjadi modal besar menjalani laga final. Kemampuan PSG membalikkan keadaan saat genting di perempat final adalah bukti determinasi, semangat, dan kualitas mereka. Tim lain mungkin sudah layu. Namun PSG menolak untuk menyerah.

Tidak sekadar lolos ke final, tidak sekadar membayar kekalahan buruk bertahun-tahun. Bukan pula sekadar konfirmasi kualitas mereka. Lebih jauh, hasil spektakuler di Lisbon ini menjadi momen membangun klub sebagai kekuatan elite di panggung tertinggi Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun