Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sepanjang Usia bersama Sepeda

20 Agustus 2020   11:05 Diperbarui: 20 Agustus 2020   11:02 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Juli 1997, saya pergi merantau ke Jogja melanjutkan sekolah SMA. Bayangan pertama saya, Jogja adalah kota sepeda dan sekolah baru saya di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta akan dipenuhi sepeda. Namun ternyata identitas Jogja sebagai kota pelajar bersepeda sudah nyaris hilang, teman-teman sekolah saya hampir semua menggunakan sepeda motor.

Sepuluh tahun saya di Jogja, saya pun meninggalkan sepeda sebagai alat transportasi beralih ke motor (keputusan yang saya sesali kemudian hari). Namun tahun terakhir saya di Jogja pada 2007, saat menyusun tesis di Magister Hukum UGM, saya memutuskan menjual motor dan membeli sepeda, kembali ke mengayuh. 

Terlebih waktu itu di kampus UGM Bulaksumur mulai lagi menggalakkan kampanye bersepeda. Kampus UGM menyediakan sepeda di sudut-sudut kampus untuk digunakan free. Lengkap dengan fasilitas jalur-jalur khusus sepeda dibuat. 

Sungguh nikmat gowes di udara segar Bulaksumur dan sekitarnya. Dengan moda sepeda saya merasa lebih leluasa menemui dosen pembimbing untuk konsultasi tesis.

Kendaraan bermotor aksesnya dibatasi di kampus, disediakan parkir khusus untuk motor dan mobil. Bahkan saya sering menyaksikan Rektor UGM saat itu, Prof. Sudjarwadi, harus memarkir mobil dinasnya di area Grha Sabha dan kemudian berjalan kaki menuju Kantor Pusat UGM yang teduh dan rindang, bebas dari polusi kendaraan bermotor. Fenomena baru demi lingkungan yang lebih baik dan cara hidup sehat.

****

Saat pulang kampung ke Makassar pada 2008, kendaraan pertama yang saya beli adalah sepeda merk Polygon, harganya 2,4 juta rupiah, yang saya cicil selama 12 bulan setelah mendapat gaji pertama sebagai orang kantoran.

Waktu itu kegiatan fun bike lagi marak, namun tak berlanjut lama karena fun bike membosankan dan tak seru. Saya kemudian diajak om yang berprofesi sebagai dokter, untuk bergabung dengan komunitas sepedanya. 

Komunitas sepeda para dokter ini luar biasa, mereka selalu mencari, dan menempuh jalur-jalur sepeda yang menarik di Makassar. Semakin sempit jalanan semakin senang kami. Bahkan dulu sempat naik sampan untuk menyeberangi sungai Jeneberang dengan rakit seadanya, kemudian lanjut mengayuh lagi. 

Pengalaman saya paling jauh saat berhasil menggowes sampai ke bendungan Bili-bili di Gowa yang berjarak 30 kilometer dengan jalur tanjakan. Rasanya puas bisa finish di sana manyantap ikan nila goreng yang luar biasa gurih dengan gaya lesehan.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun