Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Wajah Baru Liga Champions

12 Agustus 2020   20:59 Diperbarui: 12 Agustus 2020   21:04 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya penggemar fanatik Liga Champions, karena semua pemain dan manager terbaik sejagad bertarung di kompetisi elite antar klub di Eropa ini.

Pesona dan atmosfer Liga Champions dapat membius seluruh penggemar sepak bola, menciptakan banyak pertandingan seru dengan drama-drama luar biasa menakjubkan.

Liga Champions adalah kompetisi dengan atmosfer yang mengerikan. Terkadang strategi semata tidak cukup memenangi trofi 'Kuping Besar'. Butuh mentalitas baja, sedikit keberuntungan, dan keajaiban. Hasil laga bisa berubah dengan cepat. Kemenangan yang sudah di depan mata, tiba-tiba hilang dengan cara sangat menyakitkan. Sir Alex Ferguson, Manager legendaris Manchester United pernah mendeskripsikan persaingan Liga Champions sebagai "Neraka Berdarah".

Final Liga Champions adalah satu laga wajib sepak bola yang senantiasa saya nanti-nantikan untuk merayakan satu momen spesial.

Hampir lima bulan berhenti karena pandemi korona, Liga Champions 2020 kembali dengan wajah baru.

Sejak fase perempat final, bahkan empat laga leg-2 perdelapan final yang ditunda sejak Maret 2020 menerapkan format dan aturan baru. Mulai babak perempat final, semi final dan laga final, mengharuskan seluruh tim bertarung di satu tempat yang steril, yaitu Lisbon, Portugal. Sehingga seperti menjadi turnamen mini yang menarik.

Ada dua stadion disiapkan UEFA, yakni Estadio Jose Alvalade, homebase Sporting Lisbon, dan Estadio da Lux, kandang Benfica, stadion cahaya yang juga menjadi venue final Piala Eropa 2004 saat tuan rumah Portugal kalah dari Yunani, dan juga saksi bisu Real Madrid menciptakan la decima pada final Liga Champions 2014 melawan Atletico Madrid.

Kedelapan tim hanya akan menjalani satu laga pada setiap babak karena sudah tidak ada lagi sistem kandang dan tandang. Tak ada lagi greget keunggulan agrerat, dan paling menyesakkan jika tersingkir akibat kalah gol tandang. Selain itu setiap tim boleh menggantikan lima pergantian pemain, bahkan enam jika extra time.

Format baru ini pun menuntut setiap tim untuk bisa fokus karena jika melakukan kesalahan, tim tidak bisa menebus kesalahan itu pada laga kedua. Setiap laga pada setiap babak akan terasa dan setara laga final. Hanya perlu tiga atau empat laga untuk juara. Kira-kira sama dengan turnamen Piala Dunia dan Piala Eropa.

Kembalinya Liga Champions adalah momen besar sepak bola, jawaban atas keraguan mengenai nasib kompetisi elite. Liga Champions seperti simbol global bahwa kita bisa pulih dari pandemi.

Kompetisi ini tak akan kehilangan pesona dan persaingan berdarah, walaupun dengan stadion yang kosong, tanpa festival, tanpa kerumunan penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun