Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kosmos, Menjelajah bersama Carl Sagan

1 Agustus 2020   12:17 Diperbarui: 1 Agustus 2020   12:16 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita diberi kehormatan untuk hidup dalam salah satu era terpenting dalam sejarah umat manusia. 

Menjelajah adalah sifat kita. Kita memulai sebagai pengembara, dan sekarang pun kita masih pengembara. Jalan mana pun yang kita pilih, takdir kita selamanya terikat dengan sains.

Penting bagi kita memahami sains karena ini adalah perkara bertahan hidup. Kita menempati planet (bumi) yang mengalami perubahan, sehingga kita mencoba memahami perubahan itu. Kita juga tinggal di planet yang dapat diprediksi, tempat segalanya berubah secara teratur, memiliki pola, yang sering kita sebut hukum alam, sehingga kita terus berupaya memahaminya. Karena dengan begitu itu sains perlu ada.

Sains merupakan proses yang terus berlangsung, tidak ada satu kebenaran pamungkas diraih, yang setelahnya semua ilmuwan berhenti bekerja. Menepis ambiguitas yang penting bagi sains.

Buku Kosmos yang ditulis Carl Sagan sejak 1980 ini mengajak pembacanya dengan penuh harapan dalam mengkomunikasikan gagasan, metode, dan kegembiraan dalam sains. Sagan, pemenang penghargaan Pulitzer adalah ahli astronomi, penuh ambisi dan pengetahuan. Mengajak kita bersenang-senang untuk menyingkap rahasia langit, keanekaragaman fenomena alam yang sungguh luar biasa, sehingga akal manusia tidak akan pernah kekurangan nutrisi segar.

Menurut Sagan, Pythagoras, intelektual dan spiritual pada abad ke-6 SM yang pertama menggunakan kata Kosmos untuk menggambarkan alam semesta yang sangat teratur dan selaras, dunia yang bisa dipahami manusia. Pythagoras menggunakan metode yang sangat berbeda yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa hukum alam dapat disimpulkan melalui pemikiran semata, yakni argumentasi matematika.

Sagan yang wafat pada 20 Desember 1996, selalu menasihati bahwa bumi sangatlah kecil dan rapuh, yang perlu dilindungi dan disayangi. Kosmos sangat kaya, jumlah total bintang di alam semesta jauh lebih banyak daripada seluruh butiran pasir di semua pantai di planet Bumi. Yang kita lihat pada malam hari hanyalah segelintir bintang-bintang terdekat.

Sagan menguraikan 14 miliar tahun evolusi kosmik melalui peristiwa-peristiwa alam dengan akurat. Bagaimana kehidupan berevolusi untuk menghasilkan makhluk yang serinci dan serumit kita serta mampu mendalami misteri asal usul kita? 

Evolusi adalah fakta, bukan teori. Kalau seleksi buatan bisa mengakibatkan perubahan besar dalam waktu singkat, bagaimana dengan seleksi alam yang berlangsung selama miliaran tahun? Jawabannya adalah segala keindahan dan keanekaragaman hayati.

Sejak awal manusia berevelosi, dan kini manusia menjadi faktor baru dan mungkin faktor penentu. Kecerdasan dan teknologi telah memberi kekuatan untuk memengaruhi iklim. Seks, contohnya, tampaknya baru ditemukan sekitar dua miliar tahun lalu. Berkat penemuan seks, dua organisme dapat saling bertukar seluruh paragraf, halaman, dan buku kode DNA, dan menghasilkan varietas baru yang siap diseleksi (hlm. 32).

Sagan menulis dengan indah, gaya puitis dan cakupannya menyentuh hampir semua aspek pengetahuan manusia. Sangat luwes dan cemerlang mencampurkan sains, filsafat, dan fenomena masyarakat modern dari aspek politik, ekonomi, dan budaya dengan cara yang memesona, sehingga enak dibaca dan penuh imajinasi. 

Menurut Sagan, ada kekosongan yang tidak bisa diisi dalam pengetahuan sejarah kita. Informasi harus menjadi pengetahuan. Mempelajari posisi kita di alam semesta dan menerima mengapa itu penting secara intelektual, kultural, dan emosional. Sagan menyelami masa lalu, masa kini, dan masa depan sains, berurusan dengan keluasan kosmos yang menakjubkan, tempat kita berada.

Sagan mengingatkan kisah manusia mengawali petualangan intelektual selama enam ratus tahun sejak 300 SM, di Alexandria Mesir, kota cantik yang memiliki perpustakaan megah. Alkisah, Herofilos, ahli fisiologi berkata pada rajanya di Alexandria, bahwa kecerdasan terletak di otak, bukan di jantung.

Sebagaimana seluruh organ kita, otak pun telah berevelusi, meningkat dalam kerumitan dan muatan informasinya. Salah satu hasil evolusi otak adalah membaca dan menulis, sebagai dasar berkembangnya sains.

Barangkali menulis adalah penemuan terbesar manusia. Menyatukan umat manusia, orang-orang dari zaman yang berbeda yang tidak pernah saling mengenal. Buku memutuskan belenggu zaman, bukti bahwa manusia bisa menciptakan keajaiban.

Buku ini menelusuri pengetahuan masa kini dan metode ilmiah sekarang hingga ke akar-akarnya. Ada penjelasan perenungan Albert Einstein yang mengubah dunia; inspirasi pelukis agung Leonardo da Vinci; cerita Kristoforus Kolumbus sebelum menemukan benua Amerika; perjuangan presiden Amerika Serikat ke-32 Franklin Roosevelt yang menderita virus polio, dan banyak peristiwa penting dihubungkan dengan sains yang mengubah arah sejarah dunia.

Termasuk buku sains terlaris sepanjang sejarah. U.S Library of Congress menjadikan Kosmos salah satu dari delapan puluh buku yang "membentuk" Amerika Serikat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun