Menurut Sagan, ada kekosongan yang tidak bisa diisi dalam pengetahuan sejarah kita. Informasi harus menjadi pengetahuan. Mempelajari posisi kita di alam semesta dan menerima mengapa itu penting secara intelektual, kultural, dan emosional. Sagan menyelami masa lalu, masa kini, dan masa depan sains, berurusan dengan keluasan kosmos yang menakjubkan, tempat kita berada.
Sagan mengingatkan kisah manusia mengawali petualangan intelektual selama enam ratus tahun sejak 300 SM, di Alexandria Mesir, kota cantik yang memiliki perpustakaan megah. Alkisah, Herofilos, ahli fisiologi berkata pada rajanya di Alexandria, bahwa kecerdasan terletak di otak, bukan di jantung.
Sebagaimana seluruh organ kita, otak pun telah berevelusi, meningkat dalam kerumitan dan muatan informasinya. Salah satu hasil evolusi otak adalah membaca dan menulis, sebagai dasar berkembangnya sains.
Barangkali menulis adalah penemuan terbesar manusia. Menyatukan umat manusia, orang-orang dari zaman yang berbeda yang tidak pernah saling mengenal. Buku memutuskan belenggu zaman, bukti bahwa manusia bisa menciptakan keajaiban.
Buku ini menelusuri pengetahuan masa kini dan metode ilmiah sekarang hingga ke akar-akarnya. Ada penjelasan perenungan Albert Einstein yang mengubah dunia; inspirasi pelukis agung Leonardo da Vinci; cerita Kristoforus Kolumbus sebelum menemukan benua Amerika; perjuangan presiden Amerika Serikat ke-32 Franklin Roosevelt yang menderita virus polio, dan banyak peristiwa penting dihubungkan dengan sains yang mengubah arah sejarah dunia.
Termasuk buku sains terlaris sepanjang sejarah. U.S Library of Congress menjadikan Kosmos salah satu dari delapan puluh buku yang "membentuk" Amerika Serikat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H