Laga yang berlangsung di Westfalen Stadium, Dortmund inilah pertandingan terbaik di Piala Dunia kali ini. Berlangsung dengan tempo tinggi, ketat, dan sangat mendebarkan. Meski menguasai lapangan dengan serangkaian kans, Jerman tak bisa membobol gawang Gianluigi Buffon di waktu normal. Italia pun belum berhasil meski juga sesekali mengancam lini belakang Jerman. Pertandingan dilanjutkan ke babak tambahan, dan sepertinya harus diitentukan melalui adu penalti.
Nyatanya tidak. Italia mendapat sepak pojok setelah sepakan jarak jauh Andrea Pirlo dihalau kiper Jens Lehmann. Alesandro del Piero mengambil dan menendangkan bola ke tengah kotak penalti yang dikeremuni banyak pemain kedua tim. Arne Friedrich menghalau bola penjuru dengan sundulan. Bola jatuh di kaki Andrea Pirlo, yang dengan tenang mengontrolnya. Dugaan saya Pirlo akan menendang langsung dari luar kotak. Pada saat itulah intuisi deep playmaker ini berperan krusial yang mengubah hasil laga besar.
Dalam sekejap dan tak terduga, Pirlo ternyata mengumpan pelan kepada Grosso, yang entah dari mana sudah berada di sisi kiri tak terkawal pertahanan Jerman. Assist Pirlo itu dilepas dengan sangat gaya, tanpa melihat Grosso, seperti gerak khas asis pebasket Magic Johnson. Ketika bola tersodor kepadanya, posisi Grosso setengah memunggungi gawang, tanpa kontrol, sepakan kiri Grosso melaju dengan melengkung dan menghujam telak di pojok kanan atas gawang. Kiper Jens Lehmann, sudah membuang badan mencoba memblok, namun tak kuasa menggapai bola. Gol, 1-0, di menit 118 !!!
Jerman masih berusaha menyamakan di waktu yang sangat sempit. Sempat ada satu peluang melalui umpan tarik ke area gawang Buffon, namun berhasil dicegah keluar kapten Fabio Cannavaro, yang bermain tanpa kesalahan sepanjang turnamen. Haluan Canna itu merupakan peluang terakhir Jerman, sekaligus awal serangan balik Italia yang berbuah gol kedua oleh Del Piero, tepat di menit 120. Skor hasil 0-2.
Dramatis, impian bangsa Jeman yang disaksikan langsung Kanselir Angela Merkel terhenti dengan cara menyesakkan. Italia lah yang ke Berlin memburu trofi emas, sedangkan Jerman dengan sisa air mata, terbang ke Stuttgart hanya untuk pertandingan hiburan melawan Portugal. Bagi saya klimaks Piala Dunia 2006 adalah Italia membungkam Jerman dan dunia yang meremehkannya.
Zidane vs Materazzi
Di laga final akbar, juga akan selalu dikenang publik sepak bola. Apalagi kalau bukan tandukan kepala Zinedine Zidane terhadap Marco Materazzi. Insiden itu terjadi saat emosi tak bisa dikendalikan Zidane ketika dilecehkan Materazzi yang konon mengolok-olok ibu dan saudara perempuannya. Zizou diusir, lalu Perancis takluk melalui adu penalti.
Sangat disayangkan, sang Maestro menutup karirnya yang bergelimang trofi dengan cara tak sportif, apapa pun alasan yang melatarbelakangi. Â Sama halnya mengapa muncul spekulasi-spekulasi yang lebih heboh daripada faka yang terjadi di lapangan hijau menilai tragedi terebut.Â
Italia pada akhirnya menang melalui drama adu penalti 5-4. Lima algojo Italia: Pirlo, Materazzi, De Rossi, Del Piero, dan Grosso sukses menjalankan tugas beratnya. Sedangkan David Trezeguet, pahlawan Perancis pada Piala Eropa 2000 saat mengalahkan Italia, kali ini justru menjadi faktor kegagalan. Eksekusi penaltinya menghantam mistar dan terpental keluar. Sepak bola kadang-kadang seperti demikian, tak ada yang bisa menjelaskan.
Saat Fabio Cannavaro mengangkat tinggi-tinggi trofi di podium, tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa indahnya sepak bola (Italia). Campeon del mondo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H