Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bola Klasik: Pesta Gli Azzuri di Jerman 2006

9 Juli 2020   14:00 Diperbarui: 9 Juli 2020   14:00 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berlin, 9 Juli 2006, hari ini tepat 14 tahun yang lalu, tim Italia, sukses menjuarai Piala Dunia setelah mengalahkan Perancis di pertandingan final yang diwarnai skandal Zinedine Zidane.

Perjalanan Italia menjadi campeone del ondo penuh liku, drama, kontroversi, serta ketangguhan mental pemain anak-anak asuh Marcello Lippi, ditengah hantaman badai skandal calciopoli di dalam negeri.

Trofi Emas keempat Gli Azzuri tersebut salah satu momen terindah saya sebagai penggemar sepak bola, sebagai penggemar fanatik kompetisi Serie-A sejak lama.

Piala Dunia 2006 merupakan turnamen yang banyak sekali momen yang masih saya ingat dengan baik. Salah satu yang terbaik yang pernah diselenggarakan. Piala Dunia edisi ke-18 tersebut kembali berlangsung di benua biru, tepatnya Jerman. Piala Dunia bagi Jerman, seperti wahana untuk memamerkan tingginya standar mereka dalam mengurus sebuah ajang yang menjadi pusat perhatian global. 

Kultur sepak bola, stadion representatif, sistem transportasi rapih, akomodasi memadai, dan fasilitas lain, membuat semua orang yang datang ke Jerman berdecak kagum. Bos FIFA saat itu, Sepp Blatter, mengapresiasi tinggi kerja komite panitia yang dipimpin Sang Kaisar, Franz Beckenbauer, legenda hidup.

Italia tergabung dalam grup keras, mengawali turnamen dengan susah payah menekuk Ghana. Sempat ditahan imbang Amerika Serikar, 1-1, lewat permainan keras cenderung brutal. Baru di pertandingan ketiga, Italia memastikan lolos ke fase knock-out, setelah unggul 2-0 atas Ceko, yang dimotori Pavel Nedved. Itu laga perpisahan emosional bagi Nedved di persaingan sepak bola yang karirnya begitu panjang di Serie-A. Ia menangis haru dengan empati dari rekan, rival, dan penonton yang memadati Stadion Volkspark Hamburg.

Seperti yang sudah-sudah, jika lolos ke sistem gugur, Italia sangat sulit dihentikan. Di perdelapan final, Italia menang kontroversial lewat gol penalti di injury time, akibat aksi pura-pura jatuh bek Fabio Grosso yang merangsek ke kotak penalti Australia. Francesco Totti tak menyiakan kesempatan emas pada menit ke-94. 

Socceros Australia dan pendukungnya marah besar dan mengecam wasit Luis Medina Cantalejo asal Spanyol, mengutuk drama Grosso, dan memprotes FIFA. Hal semacam ini bukan pertama kali terjadi, dan Australia mungkin belum siap menerima, bahwa apa saja bisa terjadi dalam event Piala Dunia.

Di perempat final, Gli Azzuri sedikit mulus dengan unggul telak, 3-0, atas tim kejutan Ukraina. Selanjutnya mereka sudah ditunggu Jerman, tuan rumah. Kali ini Jerman sangat difavoritkan menghentikan laju Italia. Kemenangan atas Argentina di perempat final, membuat skuad Jurgen Klinsmann berada pada puncak kepercayaan tinggi. Die Mannschaft diyakini segera terbang ke Berlin, menuntaskan misi di final akbar.

Pirlo dan Grosso

Namun Jerman dan pendukungnya sedikit lupa data sejarah tak memihak Jerman. Panser tak pernah bisa menggilas Azzuri di ajang Piala Dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun