Hanya semusim ia di Catalan, kemudian ia hijrah ke Inter Milan dengan rekor kontrak termahal dunia dan pemain terbaik dunia. Serie-A musim 1997/1998 inilah satu musim penuh yang paling bisa saya kenang dari aksi-aksi Ronaldo. Ia bertanding di Liga Italia yang bisa saya tonton tiap pekannya karena RCTI membeli hak siar, sedangkan kompetisi La Liga dan Eredivise Belanda belum tayang di Indonesia.
Ronaldo bergabung dengan predator ganas di Seri-A seperti Gabriel Batistuta, Filipo Inzaghi, dan Alesandro del Piero. Saya ingat membaca tabloid Bola, beberapa pengamat meragukan ketajaman Ronaldo di La Liga bisa terjadi di Serie-A.
Serie-A adalah kompetisi terketat yang dihuni bek-bek sangar seperti Ciro Ferarra, Paolo Maldini, Fabio Cannavaro, dan Alesandro Nesta. Di liga demikian sengit, jumlah peluang tercipta sangat minim. Pendekatan klub Italia memang cenderung merapatkan barisan, jadi Ronaldo tak mungkin bisa mengulang mencetak seperti golnya ke Compostella ke gawang klub-klub Italia.
Kehadiran Ronaldo di Inter dan Italia adalah tontonan sepak bola yang bermutu tinggi. Inter yang sebelum kedatangannya adalah tim yang menurun dratis prestasinya, tak pernah lagi menjuarai Liga Italia selama sembilan tahun, kini punya kesempatan besar berkat penampilan konsisten Ronaldo.
Ronaldo dipandang sebagai jenis striker baru pada 1990-an. Dia adalah pemain yang sangat kuat, cepat, dan teknis, finisher yang tenang dengan gerakan dribbler paling terampil dalam permainan. Ia bisa dibilang striker paling berbahaya di dunia yang pernah ada. Ronaldo mampu menggunakan kedua kaki, meskipun secara alami kaki kanan.
Sayang Inter gagal mendapatkan scudetto di pengujung musim karena salah faktornya merasa dirampok oleh wasit Piero Ceccarini di pertandingan penting melawan Juventus di Delle Alpi. Laga kontroversi Derby d'Italia itu sampai sekarang masih menjadi perdebatan.
Satu-satunya gelar yang ia persembahkan untuk Massimo Moratti dan Interisti pada musim tersebut adalah Piala UEFA. Di Final edisi pamungkas yang dihelat di Paris, Inter mencukur Lazio 3-0 dengan penampilan fantastis. Salah satu golnya ikonik yang diciptakan Ronaldo, ia melewati Nesta dan menggocek Luca Marchegiani.
Bagi saya laga tersebut merupakan salah satu penampilan terbaik Inter Milan dan Ronaldo. Sungguh menakjubkan, tiap kali Ronaldo mendapat bola, ia melakukan sesuatu yang hebat dengan keterampilan olah bola luar biasa, menggocek, mengelabui dua tiga lawan yang menghadangnya dengan gerakan sangat lembut dan halus. Ia fenomena pada pada malam itu.
Dengan penampilan tersebut dan status pemenang Ballon d'Or, Ronaldo menjadi bintang paling dinantikan di Piala Dunia Perancis 1998. Bisa dikatakan 1998 adalah tahun yang 'aneh' bagi Ronaldo. Di Perancis ia membuktikan sebagai pemain terbaik sejagad, namun ketika menjelang pertandingan final melawan Perancis, ia menderita sesuatu hal yang membuatnya tampil jauh di bawah levelnya. Brasil hancur lebur 0-3.
Bagi banyak pundit, Piala Dunia 1998 merupakan akhir fase pertama Ronaldo. Secara garis besar karir Ronaldo dapat dibagi menjadi dua. Satu, saat ia kembali setelah cedera lutut panjang pada 2002. Menjelma pemain yang berbeda, tapi masih brilian, masih menjadi pencetak gol yang produktif.
Justru karirnya lebih sukses, dengan mengantarkan Brasil juara dunia, sekaligus sebagai trofi penebusan 1998. Ia juga berhasil mendapatkan juara Liga Spanyol bersama Real Madrid pada 2003, titel yang luput saat bersama Barcelona di fase pertama.