Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Malam Bersejarah Dortmund di Munich

28 Mei 2020   19:20 Diperbarui: 28 Mei 2020   21:36 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: https://www.uefa.com/uefachampionsleague)

Alih-alih sengatan yang membangkitkan motivasi Bianconeri, gol itu adalah pukulan yang telak. Hanya lima menit berlalu, Riedle menggandakan keunggulan, juga bermula dari sepak pojok Moeller. Juventus-Borussia Dortmund 0-2.

Dalam lima menit saja tim juara Italia, Eropa, dan Dunia, berada pada posisi yang sangat sulit. Tertampang sudah kegelisahan Lippi di tepi lapangan. Tapi, Bianconeri bagaimanapun tidak menyerah, karena tim ini bisa mencetak gol kapan saja. Peluang mendekati skor terjadi pada menit ke-42 saat sepakan Zidane menerpa tiang gawang Kiper Stefan Klos.

Pada babak kedua, Alesandro Del Piero yang masuk lapangan pada akhirnya, pada upaya kesekian kali, berhasil mencetak skor pada menit ke-64 yang membuat peluang mereka kembali terbuka. Il Pinturicchio, julukan Del Piero, membuat gol cantik dengan tumit yang mengecoh bek dan kiper Dortmund. Juventus mendapat momentum terbaik melewati masa sulit. Semuanya bergembira menanti waktu yang tersedia bagi Deschamps dan kawan-kawan membalikkan situasi.

Tetapi malam itu, beberapa menit kemudian setelah gol Del Piero, satu pemain cadangan Dortmund bersiap masuk lapangan. Namanya adalah Lars Ricken, anak muda 21 tahun. Ricken hanya butuh 16 detik sejak dia memasuki lapangan, menciptakan gol mematikan, dari sentuhan pertamanya, menjadikan Ricken pemain tercepat yang mencetak gol di final kompetisi tertinggi Eropa.

Takdir memilih Lars Ricken sebagai penghancur impian Juventus. Golnya sangat indah. Dirancang dari serangan balik, Moeller lagi-lagi melepaskan umpan jauh ajaib dari area lapangan sendiri mengincar Ricken yang berlari tak terkawal. Tanpa kontrol, Ricken melepaskan tendangan lob dari jarak 30 meter. Bola itu melintas naik ke udara dan kemudian tiba-tiba jatuh di bawah mistar gawang. Peruzzi benar-benar terkejut, nyaris membatu, dan hanya mengangkat kepalanya untuk melihat bola bersarang ke jaring.

Gol ketiga yang sensasional menghancurkan kebangkitan Juventus. Pertandingan praktis berakhir di sana. Juventus seperti baterai mati malam itu, segalanya berjalan buruk, menjalani pertandingan senahas demikian. Statistik permainan tidak berarti, Juventus memiliki penguasaan bola yang jauh lebih tinggi dan menembak lebih banyak ke gawang, dua diantara tembakan menghantam tiang dan mistar gawang.

Kemenangan sejarah bernilai ganda bagi Dortmund dan fans, mereka membungkam raksasa Italia, Juventus, dan tak kalah penting mereka juara Piala Eropa di markas Bayern Munchen, rival dan tim paling sukses di Bundesliga. Mereka menetapkan malam final Liga Champions di Munich sebagai Dortmund’s Day.

****

Sementara di belahan dunia yang jauh dari Munich, beberapa jam setelah euforia menyaksikan Sammer Cs mengangkat trofi silver berkuping besar, saya menjalani ujian semester SMA pada pagi hari. Saya juga masih ingat hari itu, Kamis, 29 Mei 1997, bangsa Indonesia menggelar Pemilu. Hajatan politik terakhir di zaman Orde Baru, yang hanya diikuti 3 partai politik. Dan pemenangnya adalah Golkar dengan raihan suara hampir 87 persen. Hehe.

Salam Bola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun