Sebelum memasuki bulan Ramadhan beberapa hari lalu, puluhan bahkan ratusan pesan di aplikasi WhatsApp baik melalui direct message maupun di grup percakapan saya terima di telepon seluler pribadi untuk mengucapkan selamat datang bulan suci dan selamat menjalankan ibadah di bulan penuh berkah ini.
Terima kasih kepada semua keluarga, sahabat dan seluruh teman yang telah menyempatkan waktu untuk tetap menyambung silaturahmi diantara kita melalui media handphone.Â
Namun tidak ada maksud lain, entah kenapa hampir semua ucapan tersebut tidak memberikan suatu kesan yang mendalam dan menyentuh hati, walaupun rangkaian kalimat dalam ucapan itu begitu puitis dan indah.Â
Banyak sekali ucapan yang kalimatnya nyaris serupa, ataupun bahkan sama persis. Hasil copy paste yang langsung forward ke ponsel lainya.
Pesan-pesan demikian bukan hal yang baru lagi dalam satu dekade ini semenjak era telepon seluler sudah menjadi kebutuhan utama dalam berkomunikasi.
Ingatan saya tiba-tiba mundur sekitar dua puluh tahun lalu, ketika saat itu pada hari- hari spesial seperti hari raya Idul Fitri, hari Natal, Tahun Baru, ataupun sekadar ingin menyampaikan berita personal, banyak orang memilih Kartu Pos.Â
Ya selembar kartu bergambar yang menarik. Lambat laun keberadaan Kartu Pos semakin tergeser di era serba digital saat ini, seperti pengiriman berita melalui, SMS, E-mail, dan WhatsApp.
Walapun tidak banyak, ketika masa itu, saya juga beberapa kali mendapat kiriman kartu pos dari beberapa teman di luar kota dan di luar negeri, yang ingin memberi tahu kabarnya, menitip salam kepada teman-teman yang lain, sekaligus mengucapkan selamat lebaran. Bahagia rasanya mengingat membaca dan melihat berulang kali kartu pos tersebut.Â
Kartu Pos bersifat romantis karena terkirim dari sentuhan langsung secara pribadi. Mulai dari proses pemilihan gambar atau obyek yang sesuai dengan momen, menuliskan suatu pesan atau ucapan selamat dengan tinta klasik, serta tidak ketinggalan membubuhkan tandatangan pengirim, dan kemudian pergi ke kantor pos untuk mengirim secarik lembar itu.
Menerima Kartu Pos sungguh memberikan nuansa kepemilikan pribadi. Kartu Pos bersifat memorable karena hadir secara fisik berupa selembar kertas tebal yang dapat disimpan dan dikoleksi. Secarik Kartu Pos bisa tersirat banyak cerita yang menyenangkan dan menghangatkan antara pengirim dan penerima.
Keberadaan Kartu Pos sangat romantis sepanjang hidup ditampilkan juga dalam film The Curiouis Case of Benjamin Button (2008). Dalam beberapa adegan, Brad Pitt yang memerankan Benjamin Button dikisahkan pergi mengarungi belahan dunia lain di Asia, Afrika, dan Eropa.Â
Sebelum pergi, kekasihnya, Daisy Fuller (Cate Blanchet) hanya memohon kepada Benjamin untuk mengiriminya kartu pos dari semua tempat yang dikunjungi dan semua tempatnya bekerja.
Pada akhir film, kita dikejutkan dengan puluhan kartu pos dengan berbagai ragam kisah Benjamin yang tersimpan rapi di sebuah kotak rahasia Daisy selama lebih dari 60 tahun.Â
Puluhan kartu pos itu dikirim sesuai janji Benjamin untuk mengabari Daisy sepanjang dia mengembara di mana pun. Kartu Pos adalah satu tanda kesetiaan dan perhatian.
Jadi menjelang nanti momen spesial hari raya lebaran, di tengah kehidupan Ramadhan kita yang berbeda karena berlangsung di tengah wabah ini, sekaligus kita mematuhi peraturan pemerintah untuk tidak mudik demi memutus rantai penyebaran virus Corona, lebih baik kita mengirimkan selembar Kartu Pos penuh makna pada orang tua, keluarga dan kerabat di kampung tercinta.
Salam.