Kebiasaan manapun bisa diubah, asalkan kita tahu bagaimana kebiasaan itu berfungsi. Bila memilih kebiasaan kunci yang benar bisa menciptakan perubahan yang menakjubkan, sebaliknya memilih kebiasaan kunci yang salah justru mendatangkan bencana.
Contoh paling sederhana, ketika orang mulai berolahraga sebagai suatu kebiasaan, meskipun hanya seminggu sekali, mereka mulai mengubah pola-pola lain yang tak terkait dalam hidup mereka, seringkali tanpa menyadarinya. Berolahraga adalah kebiasaan kunci yang memicu perubahan yang menyebar luas.
Ingin cepat tertidur dan bangun dengan perasaan enak ? Perhatikan pola-pola anda waktu malam, demikian saran Duhigg.
Saya punya kebiasaaan selepas membaca buku ini. Pada subuh hari setelah salat, saya berolahraga kecil--jongkok-berdiri-jongkok-berdiri--selama 10-15 kali. Gerakan jongkok bersamaan dengan lidah ditempelkan ke langit-langit mulut dan juga mengambil napas. Saat gerakan berdiri secara pelan-pelan berbarengan dengan mengembuskan napas tersebut. Selesai rutinitas di atas yang saya contoh dari Sri Sultan Hamengku Buwono X, kebiasaan saya selanjutnya menyeduh kopi pahit, lalu menyiram tanaman dan jalan depan rumah.
Rangkaian kegiatan tiap pagi itu telah menciptakan otak saya yang mengidam, menjadi candu. Mengidam menggerakkan lingkar kebiasaan, menemukan tanda-tanda yang sederhana dan jelas, pada momen-momen kecil dan mengembangkan momen-momen itu menciptakan gagasan baru. Sejatinya otak memiliki kemampuan menakjubkan untuk mencari kebahagiaan.
Dari buku ini kita dapat belajar mereka-ulang kebiasaan dalam kehidupan. Kita perlu tujuan dalam hidup, sesuatu untuk dikejar.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H