Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Otak yang Mengidam

24 September 2019   16:53 Diperbarui: 24 September 2019   18:46 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebiasaan manapun bisa diubah, asalkan kita tahu bagaimana kebiasaan itu berfungsi. Bila memilih kebiasaan kunci yang benar bisa menciptakan perubahan yang menakjubkan, sebaliknya memilih kebiasaan kunci yang salah justru mendatangkan bencana.

Contoh paling sederhana, ketika orang mulai berolahraga sebagai suatu kebiasaan, meskipun hanya seminggu sekali, mereka mulai mengubah pola-pola lain yang tak terkait dalam hidup mereka, seringkali tanpa menyadarinya. Berolahraga adalah kebiasaan kunci yang memicu perubahan yang menyebar luas.

Ingin cepat tertidur dan bangun dengan perasaan enak ? Perhatikan pola-pola anda waktu malam, demikian saran Duhigg.

Saya punya kebiasaaan selepas membaca buku ini. Pada subuh hari setelah salat, saya berolahraga kecil--jongkok-berdiri-jongkok-berdiri--selama 10-15 kali. Gerakan jongkok bersamaan dengan lidah ditempelkan ke langit-langit mulut dan juga mengambil napas. Saat gerakan berdiri secara pelan-pelan berbarengan dengan mengembuskan napas tersebut. Selesai rutinitas di atas yang saya contoh dari Sri Sultan Hamengku Buwono X, kebiasaan saya selanjutnya menyeduh kopi pahit, lalu menyiram tanaman dan jalan depan rumah.

Rangkaian kegiatan tiap pagi itu telah menciptakan otak saya yang mengidam, menjadi candu. Mengidam menggerakkan lingkar kebiasaan, menemukan tanda-tanda yang sederhana dan jelas, pada momen-momen kecil dan mengembangkan momen-momen itu menciptakan gagasan baru. Sejatinya otak memiliki kemampuan menakjubkan untuk mencari kebahagiaan.

Dari buku ini kita dapat belajar mereka-ulang kebiasaan dalam kehidupan. Kita perlu tujuan dalam hidup, sesuatu untuk dikejar.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun