Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

The Death of Expertise; Ketika Google Benar dan Pakar Salah

5 September 2019   21:42 Diperbarui: 3 Desember 2019   19:33 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika berjalan lancar, proses ini mengundang pakar kolega untuk berperan sebagai pihak lawan yang ketat namun bermaksud baik. Untuk mencegah bias pribadi yang dapat memengaruhi proses pemeriksaan. Metode ilmiah: serangkaian langkah yang terjadi dari pertanyaan umum ke sebuah hipotesis, pengujian, dan analisis.

Bias konfirmasi menganggap semua bukti yang bertentangan sebagai tidak relevan, sehingga bukti SAYA selalu menjadi peraturannya, dan bukti ANDA selalu salah atau pengecualian (hlm. 64). Salah satu ciri paling penting seorang pakar menurut Tom adalah kemampuan untuk tak terbawa emosi, bahkan saat membahas isu paling kontroversial sekalipun.

Oleh karena itu, berpikir kritis merupakan bekal untuk terus belajar. Berhati-hati pula dengan batas-batas keahlian orang lain. Kita tak dapat berfungsi tanpa mengakui batas pengetahuan kita dan percaya keahlian orang lain. Mengetahui sesuatu tidak sama dengan memahaminya.

Sebagian besar ketidaktahuan dapat diatasi jika kita bersedia belajar. Tidak seorangpun yang dapat menguasai begitu banyak informasi. Dari sejarah imperialisme, gizi anak, vaksin, politik, keamanan, dan perdagangan. Idealnya memang begitu, kita hidup dalam memiliki pembagian kerja, sistem yang membebaskan kita dari keharusan mengetahui semua hal.

Kembali lagi kita perlu ingat kita hidup pada era post-fact--masa yang berbahaya dengan banyak alasan. Saran Tom saat mengakhiri bukunya yang begitu menampar saya sebagai akademisi: bersikaplah rendah hati terkait apa yang tidak kita ketahui, kurangi sinisme, dan jauh lebih selektif (hlm. 202).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun