Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kisah Kroasia di Lyon, Wina, dan Moskow

15 Juli 2018   07:04 Diperbarui: 15 Juli 2018   16:45 2203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laga berlangsung sangat alot walaupun Kroasia mendominasi permainan. Kedua tim tak mampu mencetak gol dalam waktu normal, dan mesti dilanjutkan ke perpanjangan waktu 2x15 menit. Extra time inilah puncak antiklimaks dan dramatis, menit '119 satu menit menjelang pertandingan berakhir, Kroasia unggul dari gol Ivan Klasnic, dan diambang kemenangan.

Kroasia sudah merayakan kemenagan, seakan lupa masih ada sekitar dua menit tambahan jalannya laga. Mereka lengah, dan bencana itu terjadi saat pemain Turki Semih Sentruk, menembakkan bola liar di kotak penalti Kroasia ke gawang yang dikawal Pletikosa,  gol, 1-1.

Pertandingan harus ditentukan lewat adu penalti. Namun comeback luar biasa Turki membuat para algojonya di atas angin dan percaya diri, semuanya sukses menjalankan tugas. Sebaliknya bagi Kroasia, mental para pemainnya ambruk ke titik terendah, tiga dari empat eksekutor gagal menyarangkan bola, termasuk Luka Modric dan Ivan Rakitic.

Duel tersebut itu merupakan salah satu pertandingan Piala Eropa paling magis dan dramatis. Bisa disebut malam paling tragis bagi sepak bola Kroasia. Jika 10 tahun sebelumnya, Kroasia menciptakan malam indah di Lyon, maka saat itu di kota klasik Wina, Austria, mereka harus melewati malam paling gelap bagi persepak bolaan Kroasia.

Tragedi Wina membuat pemain-pemain Kroasia terpuruk. Mereka membutuhkan butuh waktu yang lumayan panjang untuk pulih dan bangkit. Dan mereka seperti mulai dari nol, Kroasia gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan untuk pertama kali sejak Piala Dunia 1998.

Perlahan mulai di Piala Eropa 2012, generasi emas kedua ini bangkit walaupun belum sepenuhnya pulih. Modric Cs kembali lolos ke Piala Dunia 2014 Brasil walaupun terhenti di fase grup. Dua tahun kemudian tim mulai menunjukkan kekuatan dahsyat di Piala Eropa 2016,  sayang Vatreni dihentikan Portugal di perdelapan final, yang kemudian menjadi kampiun baru Eropa.

***

Seiring waktu dan semakin matangnya pemain mereka, berbagai kegagalan selama satu dekade menempa mereka memiliki mental tangguh.

Performa mereka di Piala Dunia 2018 Rusia merupakan bukti keperkasaan. Kroasia tampil sempurna di tiga laga grup dengan meraih tiga kemenangan, termasuk menghajar Lionel Messi cs 3-0.

Tak seperti turnamen besar sebelumnya, dimana Kroasia selalu melempem di babak knock-out, di Rusia, Modric, Rakitic, dan kawan-kawan menunjukkan mental baja.

Melawan Denmark di perdelapan final, Rusia di perempat final, dan Inggris di semifinal mereka selalu tertinggal dulu. Namun mampu bangkit dan kemudian menang. Ketiganya harus dilewati dengan dua kali adu penalti dan sekali perpanjangan waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun