Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kisah Kroasia di Lyon, Wina, dan Moskow

15 Juli 2018   07:04 Diperbarui: 15 Juli 2018   16:45 2203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nonton Bola lebih asik dengan Kacang Garuda (dok.pri)

Dalam dunia bola, apa yang dulu tidak mungkin, kini menjadi kenyataan. Sepak bola telah mengangkat derajat Bangsa Kroasia setelah Piala Dunia 1998.

Kroasia yang baru tujuh tahun merdeka dari negara Yugoslavia, berangkat ke Perancis sebagai debutan, dan pulang tampil sebagai juara ketiga turnamen paling prestius tersebut. Medali perunggu tim juga dilengkapi sepatu emas yang berhasil diraih striker Davor Suker, mengungguli penyerang-penyerang papan atas dunia seperti Ronaldo da Lima, Gabriel Batistuta, dan Denis Berkamp.

Publik sepak bola tidak lupa momen mereka menghancurkan Jerman di babak perempat final, juara Piala Eropa 1996 itu dihajar tiga gol tanpa balas. Davor Suker, Prosinecky, Cs juga nyaris mengempaskan mimpi tuan rumah Perancis menjadi juara dunia untuk kali pertama. Mereka akhirnya menyerah 1-2 di semifinal.

Namun kemenangan negara kecil atas raksasa dunia, Jerman, di kota Lyon itu menjadi satu malam bersejarah bagi Kroasia. Merupakan tonggak menyongsong masa depan yang gemilang. Mereka mulai mendapat pengakuan, tak lagi dipandang sebelah mata dari negara-negara kuat sepak bola.

Sepak bola pun menjadi sangat popular setelahnya. Ketika anak laki-laki terlahir, hadiah pertama adalah bola sepak.  Demikan dikatakan Vedran Corluka, Bek senior yang telah membela Kroasia sejak Piala Eropa 2008.

****

Dalam perjalananya selama dua dekade hingga sekarang timnas Kroasia mengalami pasang surut. Jangankan menyamai, mendekati raihan generasi emas pertama sangat sulit. Pada Piala Dunia 2002, dan Piala Dunia 2006, mereka kandas di fase grup dengan penampilan biasa-biasa saja.

Generasi Emas kedua Vatreni mulai terbentuk akhir 2000-an, yang beberapa pemain tersebut menjadi kekuatan utama tim saat ini. Seperti Luka Modric, Ivan Rakitic, dan Corluka.

Modric dkk. menjadi tim yang solid di Piala Eropa 2008 Swiss-Austria, tim ini juga yang menghabisi tim Inggris di kualifikasi dan membuat tim Tiga Singa gagal ke putaran final.

Di Swiss-Austria, mereka tampil sebagai juara grup, dan kembali mengalahkan Jerman 2-1. Banyak pengamat kemudian memfavoritkan Modric Cs minimal bisa melaju ke semifinal Piala Eropa.

Namun sama halnya kehidupan ketika kita mengira bernasib baik, nasib buruk-lah kenyataan yang harus kita jalani. Vatreni yang perkasa di babak grup dikalahkan Turki di perempat final dengan cara paling menyakitkan yang bisa terjadi di pertandingan sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun