Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sejarah Baru Perancis di Tanah Rusia

13 Juli 2018   21:00 Diperbarui: 7 September 2018   14:31 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.fifa.com/worldcup/teams/team/43946/photos/

Perancis yang kini menjadi negeri impian banyak orang, pernah pula mengalami masa kegelapan. Revolusi Perancis (1789-1799) menjadi titik balik sejarah. Perancis menjadi negara terbuka, semangat keterbukaan menjadi kekuatan Perancis di semua aspek kehidupam. Tak ada negara yang memiliki warna sekaya Perancis.

Dengan sejarah panjang tersebut, tidak usah heran tim nasional sepak bola Perancis selalu bisa bangkit dari keterpurukan. Bahkan lebih dari itu, mereka tampak lebih termotivasi, berhasrat dan memiliki rasa percaya diri tinggi.

Les Bleus sejak memenangi Piala Dunia 1998 pertama kali, kemudian menjuarai Piala Eropa 2000, seperti terperosok jauh dari kekuatan mereka sebenarnya. Di Piala Dunia 2002, penampilan Perancis sebagai juara bertahan sangat mengecewakan dan membuat malu. Zinedine Zidane Cs. langsung tersingkir dari grup tanpa meraih kemenangan dan tanpa mencetak satu gol dari tiga laga.

Kemudian kembali mengecewakan di Piala Eropa 2004. Mereka sempat bangkit di Piala Dunia 2006 Jerman, dengan melangkah ke final, sebelum harus mengakui kekalahan dari Italia lewat pertandingan dramatis yang diwarnai aksi tidak sportif dua pemain, Zidane dan Marco Materazzi. Saat itu Perancis dilatih Raymond Domenech, sosok kontroversial.

Dua tahun kemudian Perancis lagi-lagi tampil buruk di Piala Eropa 2008. Puncak kehancuran Perancis terjadi pada Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Mereka datang ke Piala Dunia pertama tanpa sosok bintang Zinedine Zidane sebagai pemimpin, walhasil lagi-lagi Perancis menjadi tim yang pulang ke negaranya paling cepat. Dan kondisinya diperparah dengan konflik internal yang memecah kesatuan tim, bocor kemana-mana.

Domenech yang nyeleneh karena sangat percaya zodiak pemain mempengaruhi penampilan, akhirnya diberhentikan. Dia diganti Lauren Blanc, mantan penggawa Perancis kelas '98 dan 2000. Blanc bertugas tak lama, Mr. President-julukan Lauren Blanc, masih belum dapat mengatasi penyakit mental para pemain yang menonjolkan individualistis dan arogansi yang menghancurkan keutuhan tim. Hasilnya Perancis takluk begitu mudah dari Spanyol di Piala Eropa 2012. Bisa dikatakan rentang waktu 2008 hingga 2012 merupakan masa paling suram sepak bola Perancis.

Perancis perlahan bangkit, pelatih baru Didier Deschamps membangun skuad dari nol. Tak mudah bagi Deschamps memulihkan aspek psikologis mengenai masalah mental. Padahal Perancis diberkahi pemain-pemain muda bertalenta dan berkekuatan fisik prima.

****

Sebulan lalu, menjelang Piala Dunia 2018, untuk kali pertama, saya memilih Perancis sebagai favorit di sebuah turnamen besar (Piala Dunia dan Piala Eropa. (ada artikelnya bisa dibaca di sini).

Tentu saya senang dengan performa Perancis hingga dapat melaju ke final. Rasa-rasanya tidak ada yang membantah kelayakan Perancis tampil di laga puncak.

Tim Perancis yang  multikultural bermain solid dan stabil sebagai sebuah tim. Mereka saling buka ruang, saling isi, dan saling membutuhkan. Tak ada seorang pemain yang sangat menonjol. Mulai laga pertama melawan Australia hingga menekuk Belgia di semifinal, tim ini bertumbuh kembang, baik teknik dan mental para pemain. Tampak dengan jelas para pemain sudah mampu meredam sifat egois, musuh terbesar di ajang Piala Dunia.

Piala Dunia adalah tempat tim yang paling terorganisasi, paling fit, disiplin, dan punya mental dan semangat baja yang akan bertahan. Perancis memiliki semua syarat itu.

Sektor pertahanan yang rapih dan gigih pada kuartet Umtiti, Varane, Hernandez, dan Pavard. Di depan barisan bek tersebut Perancis punya lini tengah yang solid. Lapangan tengah adalah sektor yang sangat menentukan bagi keberhasilan suatu tim. Dari lapangan tengah inilah Ngolo Kante, Blaise Matuidi, dan Paul Pogba membangun dan mengatur serangan, tak pernah tergesa-gesa, apalagi panik. Mereka pula yang membangun blokade sehingga bola tidak sampai mengancam ke daerah pertahanan. Di lini depan tiga predator Oliver Giroud, Kylian Mbappe, dan Antoine Griezmann juga sangat ditakuti bek-bek lawan.

Deschamps adalah motivator ulung, tegas, dan jenius. Otak dibalik revolusi sepak bola Perancis. Mengarahkan timnya pada efektivitas. Kemampuan Deschamps membaca serangan lawan juga brilian, penuh antisipasi. Semua dia lakukan dengan perhitungan cermat lewat visi sederhana, taktis, terukur, dan efektif.

Penggemar bola dunia sudah melihat dengan jelas, mereka maju ke final dengan cara yang paling efektif sekaligus mematikan. Tak perlu menjalani satu laga pun dengan perpanjangan waktu dan adu penalti. Bukan berarti diperoleh dengan kerja singkat dan mudah.

Duo raksasa Amerika Latin, Argentina di perdelapan final, dan Uruguay, di perempat final dibuat tak berkutik. Di semifinal duel sesama Eropa, gol tunggal Samuel Umtiti menamatkan kiprah apik Belgia yang memesona di Rusia.

Perancis sekarang memetik hasil kerja keras bertahun-tahun. Mereka mulai menuai apa yang dulu telah mereka tabur dengan tekun. Keringat, darah, dan tenaga telah mereka korbankan.

Hari Minggu ini, Deschamps membawa pasukannya ke Luzhiniki Stadium, Moskow, untuk berlaga melawan Kroasia di final akbar Piala Dunia Rusia 2018.

Semua bersatu demi mimpi baru Perancis di tanah Rusia.

Mari kita saksiskan bersama, dan Jangan lupa nonoton bola tanpa Kacang Garuda

thumbnail-5b48b1f0f1334458306588b4.jpg
thumbnail-5b48b1f0f1334458306588b4.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun