Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kesempatan Terakhir Generasi Emas Belgia atau Tidak Sama Sekali

9 Juli 2018   21:56 Diperbarui: 18 September 2018   18:48 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertanding di laga semifinal Piala Dunia bagi negara Belgia merupakan barang istimewa. Luar biasanya lagi untuk melangkah sejauh itu, Die Roten-Julukan Belgia, menyingkirkan Brasil, negara kampiun turnamen lima kali dan favorit terkuat di Rusia 2018. Pembalasan sempurna Belgia atas kekalahan dari Brasil 16 tahun silam.

Pada perhelatan Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang, langkah Begia terhenti di babak 16 besar oleh kaki-kaki indah seniman bola tim Samba dengan skor 0-2, lewat sepasang gol Ronaldo da Lima dan Rivaldo.

Di laga tersebut, Belgia yang diperkuat Marc Wilmost sama sekali tak berkutik, tak mampu sekadar memberikan ancaman serius, dan itu bisa dimaklumi melihat materi pemain yang pas-pasan. Saya masih ingat, pertandingan itu tak ubahnya dijadikan laga konsolidasi Brasil untuk semakin padu, yang pada akhirnya menjadi kampiun penta.

Sejak itu, lebih sepuluh tahun Belgia mengalami masa-masa suram sepak bola. Dua Piala Dunia (Germany 2006 dan Afsel 2010) serta tiga Piala Eropa (Portugal 2004, Swiss-Austria 2008, dan Polandia-Ukraina 2012), "Setan Merah" harus absen karena tereleminasi di kualifikasi.

Mereka semakin dianggap tim kelas dua di Benua Eropa. Jangankan mengejar ketertinggalan pada dua negara tetangga, Belanda dan Jerman, Belgia juga telah terlewati negara-negara medioker seperti Swedia, Kroasia, Denmark, bahkan Ukraina dan pecahan negara Uni Soviet lainnya.

Padahal negara bentuk Monarki ini pernah sangat disegani pada era 1980-an. Sejarah mencatat Belgia adalah runner-up Euro 1980, dan semifinalis Piala Dunia 1986, sebelum dikandaskan oleh Argentina dengan mega bintang Maradona yang menggemparkan dunia ketika itu.

Belgia dulu dikenal sebagai tim militan yang sulit ditaklukkan. Padahal materi pemain yang rata-rata, hanya bermain di Liga Belgia, dimana klub negara tersebut tidak berprestasi di tingkat internasional. Tapi selalu berhasil membentuk tim tangguh dimana pemain saling mengisi kelemahan, sehingga mereka jadi padu.

Terkenal tangguh, ulet, tekun, dan sederhana. Jean Marie Plaff, Jan Ceulemans, Eric Gerets, Phillpe Albert, Enzo Scifo, Michel Preud Home' adalah deretan legenda yang menjadikan Belgia selalu bisa menjadi kuda hitam yang siap menjegal kesebelasan unggulan di ajang Piala Dunia maupun Piala Eropa.

Memasuki awal 2010-an, sepak bola Belgia mulai bergeliat lagi, bahkan jauh lebih berkembang daripada sebelumnya. Negara beribukota Brussels dengan populasi hampir 11 juta jiwa, secara meyakinkan lolos ke Piala Dunia Brasil 2014.

Belgia sedang memanen talenta-talenta sepak bola. Materi pemain Belgia sangat mumpuni. Formasi pertahanan dihuni bek-bek kelas wahid yang beredar di Eropa : Vincent Kompany (Manchester City), Jan Vertonghen dan Toby Alderweireld (Tottenham Hotspurs).

Lini tengah beredar darah-darah segar pesepak bola muda Belgia yang sedang di puncak prestasi. Ada Marouane Feallaini (Manchester United), Kevin de Bruyne (Manchester City), Nacer Chadli (WBA) dan bintang terang paling dinanti aksinya, Eden Hazzard yang kini bermain untuk The Blues Chelsea. Untuk posii striker, Belgia punya dua predator, Romeru Lukaku (MU) dan Dries Merten, yang sangat tajam di depan gawang lawan.

Meski belum solid sebagai tim bermateri bintang yang melakoni debut di Piala Dunia, mereka bisa melangkah hingga quarter final, dan dihentikan lagi-lagi oleh Argentina dengan skor tipis saja 0-1.

Dengan pengalaman berharga di Brasil, Belgia berangkat ke Piala Eropa 2016 Perancis dengan predikat favorit kuat. Namun dengan skuad mentereng, prestasi Belgia di bawah Marc Vilmost di ajang Euro 2016 sangat mengecewakan. Kompany cs ditaklukan Wales di perempat final, 1-3. Pemain bintang yang gagal bersinar. Terbukti, talenta saja tak cukup untuk bersinar.

****

Federasi KBVB lalu menunjuk Roberto Martinez untuk menyelamatkan generasi emas ini agar tak hilang percuma ditelan waktu. Martinez, sebetulnya bukan pelatih papan atas Eropa, sehingga banyak pihak yang ragu pada orang Spanyol tersebut.

Namun waktu akhirnya membuktikan Martinez sejauh ini sukses. Saat ini Belgia sedang pas dalam segalanya. Taktik, disiplin, teknik, semuanya prima. Belgia sekarang menjadi tim menakutkan di Benua Eropa. "Setan Merah' lolos ke Piala Dunia 2018 tanpa kekalahan di fase kualifikasi zona Eropa.

Putaran final di Rusia, Belgia telah menjalani lima pertandingan dengan lima kemenangan. Menjadi tim paling tajam dengan tiga gol per pertandingan. Vincent Kompany Cs tampil spartan dan impresif melibas lawan-lawannya. Mereka menampilkan sepak bola yang menghibur, permainan yang enak disaksikan.

Lebih dari sekadar pemain dengan talenta istimewa, mereka telah memperlihatkan mental dan semangat juang luar biasa. Sebelum menundukkan Brasil, Roten secara luar biasa membalikkan defisit dua gol ketika melawan Jepang di babak 16 besar. Itu adalah tes karakter, ujian mental.

Martinez telah berhasil menyolidkan tim bermateri bintang Die Roten menjadi tim hebat, bukan sekadar menjadi kumpulan beberapa pemain hebat. Mereka memiliki spirit tim, dan sudah bisa melepaskan beban dari ekspektasi tinggi, dan menikmati permainan.

Hazard, Bryune, dan kawan-kawan, telah menyamai prestasi terbaik senior mereka 32 tahun lalu. Namun mereka tentu berharap melampauinya, menembus final dan menjadi kampiun dunia.

Belgia sadar tak akan selalu datang generasi emas seperti skuad yang mereka bawa ke Rusia. Piala Dunia 2018 barangkali bisa menjadi kesempatan terbaik untuk  menorehkan sejarah. Atau tidak sama sekali.

Setelah Brasil, mampuka Belgia mengempaskan Perancis ?

Mari kita nantikan. Jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.  

Lebih seru nonton bola dengan Kacang Garuda (dok.pri)
Lebih seru nonton bola dengan Kacang Garuda (dok.pri)
                                             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun