Sungguh, Kompas selalu saja memberikan saya kepuasan batin. Saya banyak mendapat informasi yang berkualitas, akurat, dan netral. Variabel ini mampu menepis keraguan saya terhadap banjir informasi yang makin bebas seperti sekarang ini. Kompas adalah contoh media yang mengedepankan substansi ketimbang sensasi. Bahkan saya sering amati, informasi, kajian, dan analisa Kompas, kerap dijadikan acuan kebijakan pemerintah.
Berprofesi sebagai dosen bidang ilmu sosial, saya selalu memperkaya bahan pelajaran, dengan tiap hari mencari referensi tambahan dari Kompas. Saya sering memberikan contoh dan pemahaman pada mahasiswa, berdasarkan pendekatan Kompas, khususnya berita dan ulasan ilmu Humaniora dan Kependidikan, yang nampaknya mendapat perhatian serius redaksi Kompas.
Kini Kompas sudah 53 tahun hadir mencerahkan kita semua, usia lebih dari setengah abad, lebih tua daripada usia saya, 37 tahun. Â Saya sering membayangkan dan bertanya-tanya bagaimana bisa sebuah media bisa bertahan sedemikian lama bahkan terus berkembang ditengah banyak rintangan yang semakin kompleks. Â
Terima kasih Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama yang telah mendirikan dan menerbitkan Kompas. Terima kasih kepada seluruh Redaksi Kompas yang penuh dedikasi dan inspirasi mendidik masyarakat Indonesia. Ke depan saya berharap banyak Kompas selalu menjadi pedoman dengan menjaga kredibilitas dan kualitas pemberitaan.
Dirgahayu Kompas, Amanat Hati Nurani Rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H